Alana ia melepaskan diri dari Zeyden, ia ingin pergi Namun pria di hadapanya kembali menarik tanganya hingga ia terjatuh di pangkuan Zeyden.
"Mau kemana" tanya Zeyden
"S_saya mau ambil minum mas" pipi Alana semakin merah seperti kepiting rebus
"Terus kenapa masih disini, betah dipangkuan saya"goda Zeyden.
Alana bangkit dan bergegas kedapur, tanpa mengucapkan apa pun.
"Alana, semakin terlihat malu, kamu semakin lucu" gumam Zeyden di iringi dengan senyuam tipis.
Di dapar, Alana mengambil sebotol air dingin dan meneguknya, setelah itu ia tempelkan botolnya ke pipi yang tersa panas.
"Perasaan aneh apa ini, kenapa aku merasa senang dengan perlakuan Mas Zeyden" ucapnya sambil memegangi bibir dan memori yang mengulang kejadian tadi.
Alana mengelengkan kepalanya lalu menepuk pelan pipinya "Sadar Al Mas Zeyden menikahi kamu cuma karena kasian, gak mungkin dia cinta kamu"
Alana kembali dengan sebotol minum di tangannya,
Zeyden kembali ke meja kerjanya, "Alana, kamu istirat saja, biar saya yang kerjakan proposal ini"
"Sampai kapan masa tengangnya memang?"
"Besok, saya sudah harus membahas bersama klien" jawab Zeyden
Sesuai permintaan Zeyden, ia ingin pergi ke kamar untuk beristirahat.
"Alana tunggu"
Alana kembali menoleh pada Zeyden "Kita tidur terpisah dahulu sampai kamu siap, saya tidak ingin memaksakan kamu, dan ya, di kantor, kita rahasiahkan dahulu pernikahan kita,"
"Baik lah" Alana setuju dengan permintaan Zeyden, akan aneh kalau ketauan tiba-tiba ia nikah sama bosnya sendiri.
Setelah mencium Alana tadi, Entah kenapa Zeyden merasa kepanasan, degup jantungnya tak beraturan, "Saya harus keluar mencari udara segar"
Di kamar Alana juga merasakan hal yang sama, Memorinya terus memutar kejadian tadi, ia mencoba untuk tidur, Namun ia tidak bisa tidur, ia sudah 1 jam berguling, Akhirnya ia memutuskan ke balkon untuk mencari angin, Namun.
Saat di ruang TV Alana melihat Zeyden yang tengah tertidur dengan leptop yang masih di depannya
"Apa mas Zeyden selalu sekeras ini dalam bekerja, ini pasti melelahkan."
Alana mengambil selimut dari kamarnya untuk menutupi tubuh Zeyden. Lalu mengambil Alih pekerjaannya.
Jam sudah menunjukan pukul 03.00 pagi, akhirnya pekerjaan Alana selesai, ia kembali ke kamarnya untuk tidur.
Sebelum pergi ia membenarkan posisi Suaminya agar tidur lebih nyaman.
Alaram di ponsel Zeyden berbunyi begitu nyaring, matahari mulai menyelinap disela sela gorden, jam sudah menunjukan pukul 7 pagi.
Zeyden mulai mengucek matanya, ia sadar ada yang menyelimuti dan merapihkan meja yang sedikit berantakan semalam.
"Siapa yang lakukan ini" gumamnya yang belum sadar jika ia sudah menikah satu hari yang lalu..
"Astaga, Alana ini pasti kerjaan dia"
Zeyden memeriksa leptopnya, ia melihat proposal yang sudah selesai dibuat, lalu tersenyum tipis "Sampai jam berapa dia mengerjakan ini"
Zeyden menyelinap masuk ke kamar di mana Alana berada, dia berjalan sangat pelan agar tak membangunkan istrinya yang masih tertidur pulas,
Zeyden pergi menuju walk in closet, di sana ia mendapati setelan jas lenkap dengan celana, yang sudah Alana siapkan, "Kamu sangat perhatian Al, lelaki yang udah ninggalin kamu pasti nyesel."