1 - Noah dan Rania

20 6 18
                                    

"Kenalan dong, jangan malu-malu."

Seorang bocah yang masih berusia 7 tahun itu perlahan keluar dari balik badan mamanya. Rambutnya yang terkuncir dua itu perlahan ikut menari di setiap langkah kakinya.

"Rania," ucapnya sambil menyodorkan tangannya.

Rania tidak masalah dengan kedua orang tuanya yang memutuskan untuk tinggal di lingkungan yang baru. Dia hanya gugup, apalagi jika harus berteman dengan bocah lelaki yang sepantaran dengannya.

"Noah," balas bocah itu. "Kamu mau main bola?"

Di rumah lamanya, Rania terbiasa bermain dengan boneka ataupun bertukar kertas binder. Tentu saja kedua bola matanya membulat dan juga menyempatkan untuk menoleh ke arah mamanya yang mengisyaratkan untuk bermain dengan Noah.

"Tapi aku nggak bisa main bola," jawab Rania.

"Gapapa. Aku juga baru belajar." Noah menoleh ke arah lelaki yang sedari tadi berdiri tak jauh darinya. "Rania boleh main bareng kan, yah?"

Lelaki itu mengangguk. "Boleh, makin ramai makin seru. Sini Rania, berdiri di sebelah Noah."

Rania berhenti tepat di samping Noah. Ayah bocah itu kemudian memberikan aba-aba untuk bersiap-siap. Rania yang tidak tahu bagaimana caranya pun melirik Noah yang sudah berdiri dengan kuda-kudanya.

Dengan kikuk, bocah perempuan itu mengikuti kuda-kuda teman barunya. Meskipun dia tidak mengerti fungsinya untuk apa.

Bola pun dioper ke arah Rania. Wajah bocah itu terlihat mengkerut, dia sungguh tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Namun, yang dia ketahui dari bola hanyalah harus menendangnya dengan kaki.

"Aaakk-"

Bola yang ditendang oleh Rania melayang dan mendarat tepat di wajah Noah. Ayah korban tertawa melihat anak semata wayangnya terkena bola, sedangkan mama pelaku meringis dan segera mengucapkan permintaan maaf.

"Aduh, maaf ya," ucap mama Rania sembari berjalan mendekati Noah.

"Gapapa tante." Noah mengusap wajahnya. "Nggak luka, kok."

"Maaf ya, Noah," ucap Rania yang sedari tadi bergeming atas ulahnya.

Noah menoleh ke arah Rania. "Kan aku yang kena bola, kenapa kamu yang sedih?"

"Habisnya, baru kenalan tapi udah bikin masalah," ucap bocah berkuncir dua itu.

"Nih liat, wajahku gapapa, kan?"

Rania mengangkat wajahnya, menatap Noah tanpa ekspresi yang sedikit cemong karena bola. Suara gelak tawa akhirnya keluar dari mulut kecil bocah itu.

"Iya."

"Nah kalo gitu, masih mau main lagi, kan?" ajak Noah yang masih belum sadar dengan wajah kotornya.

Rania mengangguk. Berteman dengan Noah tidak seburuk yang ia kira dan ini adalah teman lawan jenis pertamanya.

***

"Hari ini kamu ekskul?"

Seorang lelaki yang sudah memakai helm full face-nya membuka kaca helmnya. "Iya, kamu les hari ini?"

"He'eh." Seorang gadis yang berdiri di samping motor lelaki itu segera memakai helmnya. "Tapi gampang, nanti aku naik gojek aja."

"Aku anterin aja, Ran."

Rania memicingkan matanya sebelum menaiki motor Ninja ZX-10R milih temannya itu. "Aku bisa sendiri, Noah."

Comfort ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang