Hari ini adalah hari Sabtu. Seperti biasa, setiap weekend Rania lebih suka menghabiskan waktunya di kamar untuk menonton anime ataupun hanya memainkan handphonenya. Gadis itu hanya keluar kamar untuk pergi ke kamar mandi dan untuk makan.
Kemarin, pertengkaran kecil antara dirinya dengan Noah belum kunjung membaik. Setelah berhenti di depan rumah, Rania langsung memberikan jaket kepada pemiliknya, mengucapkan terima kasih sedikit ketus, dan memutar badan untuk membuka pagar.
Tidak ada chat di antara mereka juga. Rania enggan untuk meminta maaf, dia juga tidak masalah dengan Noah yang sampai sekarang belum meminta maaf.
Formulir pendaftaran osis masih tergeletak rapih di atas meja belajar. Gadis itu belum memiliki keinginan untuk mengisinya, menonton anime sembari memakan cemilan di atas kasur merupakan surga duniawinya.
Suara ketukan pintu yang disambut dengan kedatangan seorang perempuan paruh baya, membuat Rania sedikit terbangun dari posisi tidurnya. "Kenapa, ma?" tanyanya.
"Ada Noah di depan."
"Bilang aja aku lagi sibuk."
Mendengar sebuah penolakan keluar dari mulut anak semata wayangnya membuat perempuan itu sedikit khawatir. "Lagi berantem?"
"Nggak, Noah kemarin nyebelin aja," jawab Rania seperti tidak ingin membahas kejadian yang sudah berlalu.
"Temuin dulu atuh, siapa tau mau minta maaf," ucap mama lembut.
"Kalau mau minta makan gimana?"
Mama tertawa kecil. "Ya gapapa dong, nanti mama suruh dia makan di dalem."
"Mama ih," gerutu Rania. Dia pun menyingkirkan cemilan dan laptopnya. "Tapi aku lagi males banget ketemu sama dia, ma."
"Kita nggak boleh menolak niat baik orang lain, lho."
Gadis yang masih membiarkan rambutnya terkuncir sembarangan pun terdiam. Niat Noah selama ini memanglah baik kepadanya, tetapi sayangnya ada sesuatu yang tidak bisa Rania ceritakan kepada semua orang, alasan kenapa dirinya menolak niat baik Noah beberapa hari terakhir ini.
Tapi ini weekend, seharusnya mereka tidak akan melihat ini, kan?
"Yauda tolong bilang tunggu sebentar, aku mau ganti celana dulu," ucap Rania sambil beranjak dari tempat tidurnya.
"Oke, jangan buru-buru gantinya."
"Kayak mau kemana aja sih, mah. Orang cuma mau baikan sama Noah."
Mama hanya memberikan seringai sebelum berjalan keluar dari kamar dan menutup pintu rapat-rapat. Rania menggeleng pelan melihat ejekan dari seseorang yang mengandungnya selama 9 bulan itu.
Rania langsung meraih celana panjang dan memakainya, membiarkan celana pendek selutut disembunyikan dengan baik. Dia pun langsung berjalan keluar kamar menuju pintu utama rumahnya. Namun, sebelum keluar tentu saja dia mengintip sosok Noah dari balik jendela yang berada di dekat pintu.
Noah terlihat sedang bersantai di bangku taman. Mama Rania merupakan ibu rumah tangga yang senang sekali merawat tanaman, bahkan tidak jarang menambah koleksi tanaman yang menarik perhatiannya.
Sebuah gumpalan asap terlihat tak jauh dari lelaki itu. Kehadiran Rania yang sudah tidak mengintipnya dari dalam, belum membuatnya tersadar.
"Ngapain ke sini?"
Noah reflek menolehkan tubuhnya dan mematikan rokoknya di asbak yang selalu berada di meja taman. "Kapan keluarnya?"
"Baru aja." Rania pun melanjutkan langkahnya dan duduk di bangku taman yang berada persis di samping temannya itu. "Udah habis berapa batang hari ini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Comfort Zone
Teen FictionMenjadi teman masa kecil primadona sekolah malah membawa petaka. Rania diharuskan untuk menjaga jarak dari Noah, teman masa kecilnya. Ketakutan Rania terhadap pembully-nya membuat gadis itu mau tak mau harus bisa menjauhi Noah. Cover by @SylicateGr...