Chapter 08 : Batasannya

1K 115 38
                                    

Happy Reading

●●●

Rora sibuk mengotak-atik chat di ponselnya, setelah selesai dengan sekolah ia akan diantar pulang oleh Asa sesuai janji mereka.

Perlahan tangannya meraih kacamata dan melepaskan dari tempatnya. Menangkup pangkal hidungnya dan memijat selembut mungkin, banyak hal berlalu begitu melelahkan hari ini.

Salah satu adalah persoalan sang adik, Rora pikir jika ia mengatainya sedikit dan melukai perasaan maka itu lebih dari cukup untuk membuat Chiquita membenci dan berinisiatif berhenti mengikutinya. Nyatanya sungguh keterbalikan dari apa yang ia inginni.

Sama seperti hari-hari sebelumnya, Chiquita tak pantang menyerah mengejar-ngejarnya tentu ada dampak buruk bagi Rora. Ia merasa risih sendiri dan menjadi kurang fokus mengikuti kelas.

"Aduh, Kak Asa kenapa lama sekali? Keburu Chiquita dat-"

"Hai Kakak brengsek!" Sapa ramah Chiquita.

Kebiasaan yang telah mendarah daging, terus mengendap-endap dan menganggetkan orang lain. Rora sungguh tak siap, ia pun hampir saja menjatuhkan ponsel dari genggaman karena terkejut.

Chiquita hanya menyungingkan cengiran khasnya, tak peduli mata panda sang kakak yang sudah muak melihat wajahnya.

"Kakak kangen ya sama aku?" Ia meruncingkan bibir mendekat kearah Rora.

"Tidak."

"Alah, bohong. Pasti iya, kan?"

Rora mendelik, kenapa memaksa sekali?

"Tau apa kamu memangnya." Saut agak ketus Rora, sebab menurutnya masih kecil masihlah pendek akal. Padahal mereka berdua hanya berjarak satu tahun.

"Aku tau kok, Kak. Sifat dan mulut Kakak memang jahat banget sama aku, tapi mata Kakak tidak pernah bisa berbohong." Jelas Chiquita menatap sayu.

Kerutan terlihat di alis Rora mencoba merenungi perkataan sang adik yang entah kenapa terdengar begitu tulus. Semakin sang kakak bertindak demikian, semakin pula Chiquita merasakan perasaan yang sama.

Keduanya benar-benar berlangsung menjadi  asing, mereka duduk dalam jarak yang lumayan jauh di halte bus tersebut.

Chiquita bolak-balik memeriksa kondisi Rora yang asik scroll ponselnya, tak ada pembicaraan. Tampak begitu tenang, namun kedua pihak tiada yang menikmati.

Suasana sunyi terasa mencekik lehernya, menahan supaya tak ada sepatah kata pun yang keluar dapat menghancurkan kesenyapan diantara sepasang kakak beradik itu.

"Kak Rora..." Panggil Chiquita lirih, lebih tepatnya ia berbisik.

Meski agak jauh pastinya Rora masih bisa dengar suara sang adik, akan tetapi begitulah ia mengabaikannya.

Chiquita mempersempit jarak mereka, mengangkat kedua tangannya berdekatan dengan mulut. "Kak Rora~" Bisiknya sekali lagi.

Si bungsu lucu ini ialah definisi dari pantang menyerah itu sendiri. Bahkan ia dengan berani menyita ponsel yang berada di genggaman erat Rora.

IMPERFECT [BM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang