88

432 75 28
                                    

"Kita sembuhkan kondisi hyung, sungguh hyung, aku tidak sanggup kalau hyung terus seperti ini."

Seokjin terdiam.

"Ah iya, aku mengerti. Tentu, siapa yang sanggup menghadapiku yang bermasalah seperti ini."

"Tidak, bukan seperti itu, maksudku-"

"Kalau begitu kita batalkan saja pernikahan kita."



*****



"Apa yang hyung katakan!!"

"Kamu bilang kamu tidak sanggup kalau aku terus seperti ini kan? Aku mengerti, aku sendiri saja lelah menghadapi diriku yang seperti ini. Tidak apa apa, aku pasti akan menyulitkanmu, kita batalkan saja, dan kamu bawa saja Jaehyun bersamamu, aku tidak akan bisa merawatnya sendirian dengan kondisi seperti ini."

"Ah eomma, halmeoni, lihatlah putra dan cucu kalian ini berprasangka buruk padaku, padahal niatku baik ingin mengobatinya agar dia sembuh, tapi dia malah berpikir kalau aku tidak mau dengannya karena kondisinya," adu Jungkook.

"Aku bodoh tidak memikirkan ini, seharusnya aku mempertimbangkan hal ini dulu sebelum membawa hubungan kita ke jenjang yang lebih serius," ucap Seokjin.

"Apa sih hyung! Hentikan!"

Seokjin menoleh pada Jungkook, "Kamu yakin mau menikah denganku?"

"Tentu saja!"

"Kamu yakin sanggup menghadapiku setiap aku seperti ini?"

Jungkook menghela napas, "Hyung, kalau aku tidak sanggup menghadapi hyung sudah dari dulu aku menyerah, tidak mungkin aku bertahan bersama hyung sampai sekarang. Aku bertahan dengan hyung untuk menemanimu, untuk menguatkanmu, menyemangatimu, memberi kebahagiaan, memberi kasih sayang dan cinta yang selama ini tidak hyung dapatkan. Aku dengan tulus dan sepenuh hati ingin bersama hyung, menemani sisa hidup hyung selamanya, tak peduli bagaimanapun kondisi hyung atau kondisiku, aku ingin selalu di sisi hyung agar hyung tidak merasa kesepian lagi. Aku siap dan sanggup menghadapi kondisi hyung ini dengan sabar, aku akan jadi sumber segalanya bagi hyung selamanya. Hyung mau kan aku selalu di sampingmu selamanya?"

Seokjin terdiam, ia menundukkan kepalanya, tiba tiba saja ia jadi merasa tidak yakin dengan keputusannya untuk menikahi Jungkook, ia merasa dirinya akan menyulitkan Jungkook di masa depan nanti setiap kondisinya yang seperti ini kambuh.

"Hyung?"

Seokjin menghela napas, ia menekuk kedua kakinya dan memeluknya, tatapan matanya tertuju pada ke-dua batu nisan di hadapannya.

"Eomma, halmeoni, apa keputusanku ini tepat?"

"Hyung, kenapa hyung tiba tiba jadi ragu seperti ini?"

"Entahlah, aku tidak tahu."

"Yakin lah hyung, kita juga sudah sampai sejauh ini, perjalanan kita hingga bisa di titik ini pun tidak mudah. Kalau semisal kita tidak jadi menikah, lalu kita berpisah, bagaimana dengan Jaehyun? Apa hyung tidak kasihan padanya? Pikirkan dia hyung, dia butuh kita berdua, tidak hanya salah satunya saja, dia butuh aku sebagai peran ibu, dan dia butuh hyung sebagai peran ayah, dia tidak akan merasa lengkap kalau hanya denganku saja, aku dan hyung berbeda baginya."

Tidak ada jawaban dari Seokjin, Jungkook menghela napas dan ia menundukkan kepalanya, Jaehyun terlelap dalam dekapannya.

Seokjin terkejut saat mendengar sebuah isakan, ia pun menoleh dan mendapati Jungkook sedang menangis.

"Sayang, jangan menangis," Seokjin mendekat pada Jungkook kemudian memeluknya.

Jungkook hanya diam menangis, sambil terisak dan sesenggukan.

Until I Make You Mine [JinKook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang