ლ FOUR ლ

12 2 0
                                    

Hai haiii, happy reading everyone
JANGAN LUPA VOTE NYA YAAAAAAA(´∩。• ᵕ •。∩')

.
.
.

"Lo udah bikin gue kecewa vey,maaf,udah terlambat"

Aksara yang di lontarkan akra bagaikan ribuan belati yang baru saja menusuk ke dalam batin veya yang membuatnya seakan sesak.

"AKRA ENGGA ENGGA JANGAN ARKA JANGAN TINGGALIN GUE"

Veya berteriak histeris ketika melihat tubuh pria lawan bicaranya yang mulai menjauh hingga tak terasa air mata Veya telah mengalir deras di pipinya.

"Veya bangun,Lo kenapa,hei,Veya"
Samar-samar terdengar suara yang mirip seperti suara Sagara yang tengah memanggil Veya,dan entah mengapa Veya merasa suara itu semakin kencang.

"Ha—"
Seketika Veya tersentak dan terbagun dari tidurnya,tatkala ia melihat sosok Sagara yang berada di samping nya.

"G-gue ada di mana?kenapa Lo di sini?"
Ucap Veya heran karena ia tak berada di kampus lagi.

"Tadi pas Lo di kelas,Lo ketiduran terus badan Lo panas banget,jadi gw bawa ke rumah sakit"
Jelas Sagara menceritakan kejadian yang di alami Veya tadi.

"O-oh makasih ga"
Ucap Veya sambil tersenyum,Sagara hanya mengangguk dan memalingkan wajahnya ke samping, sehingga tercipta keheningan.

Setelah lima menit tidak ada suara,tak lama Sagara pun membuka mulutnya.

"Vey,gue boleh nanya?"
Dialog yang di lontarkan Sagara seketika menyadarkan Veya dari lamunannya.

"Hm,mau nanya apa?"
Ujar Veya.

"Tadi pas Lo pingsan,gue denger Lo panggill nama 'AKRA' terus,kalau boleh tau,AKRA itu siapa?"
Pertanyaan yang di ajukan Sagara seakan membuat dada Veya sedikit sesak,dan tak lama.

"Dia itu,akra orang yang paling gw kangenin,dia adalah orang yang istimewa bagi gue"

Jawaban Veya tersebut seakan merubah raut wajah Sagara yang semula penasaran,entah kenapa berubah menjadi sedikit sendu.

"Oh, gitu ya vey,emm,gue panggilin suster dulu ya"

Ucap Sagara dan langsung keluar dari ruangan tersebut,Veya kini hanya bisa diam melihat tingkah aneh Sagara.


°

Kini tampak seorang remaja yang  tengah berbaring di sebuah ruangan ICU,tampak tubuhnya yang sangat lemah dan pucat,juga ia tampak mengeluarkan banyak air mata dari maniknya.

'langit,aku rindu kamu,kamu kan janji mau jadi pendamping hidup aku,maafin aku dulu pergi,aku janji akan segera kembali,kamu lagi di mana sekarang?aku rindu kamu langit,sangat rindu'

Tatkala ia menyebutkan kalimat yang membuat mutiara bening yang keluar dari maniknya keluar semakin deras hingga membasahi pipinya.



Kini gadis itu—veya tengah berada di suatu ruangan yang hanya berisikan sebuah sofa,yang kini tengah di duduki oleh Veya,dan salah seorang pria.

Pria itu tengah memainkan sebuah gitar dan menyanyikan sebuah lagu bahasa Prancis.

"Est-ce que je mérite d'être avec toi ? Hmm, si ma tâche est terminée, puis-je y aller ?"

𝐀𝐍𝐕𝐄𝐘𝐀 𝐁𝐈𝐌𝐀𝐍𝐓𝐀𝐑𝐀 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang