◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇happy reading◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇
"Pak, bentar-bentar, Pak" Zean menahan tangan pak Jabieb selaku guru BK yang ingin memotong rambut badainya.
"Apalagi?!"
"Saya potong sendiri aja, Pak."
"Gaada-gaada, lepas!" geram Pak Jabib begitu galak, melotot lebar, ingin menepis tangan Zean.
"Pak! Saya kutuan! Bapak mau ketularan?!"
Seluruh siswa-siswa lain yang bernasib sama dengan Zean menahan tawa, mendengar bualan itu. Kesialan di hari senin bagi anak sekolahan memang sangat lah banyak. Mulai dari hari pertama dalam seminggu, ditambah upacara, masuk pula kegiatan baru yaitu razia besar-besaran! Tidak ada hari senin yang cerah, itu kata Zean dan semua teman tongkrongannya.
"Kutu-kutu! Kutu apa?! Kutu air?" sahut pak Jabib benar-benar menepis tangan Zean. "Cepet bungkuk atau saya botakin kamu!" tegas guru BK itu.
Zean menghembuskan napas kasar. "Janji deh, Pak, besok saya sudah pangkas." tawar Zean.
"Nggak berlaku, cepet!!"
Kalau si Jabieb sudah berkata seperti itu, mau tak mau hasilnya mutlak. Zean bergerak membungkuk setengah hati, dan harus merelakan rambut gondrong yang sudah memperindah penampilannya itu. "Pak, udah lah!"
"Kamu itu rewelnya minta ampun!" kesal pak Jabib malah memangkas rambut Zean lebih dalam.
"Bangke!" umpat cowo itu tanpa suara, kedua matannya terpejam menahan kesal.
Sedangkan teman-temannya juga mendapatkan hal serupa. Jadi jangan heran kalau besok sekolah di penuhi tuyul-tuyul berbadan besar.
"Nah, gini kan kan ganteng!" ujar pak Jabib selesai menodai rabut Zean.
"Iya deh, Pak, iya." Zean mengacak-acak rambut hingga yang sudah terpotong jatuh berhamburan keatas rumput lapangan. Kemudian ia toleh kanan, toleh kiri, menatap teman-temannya, menahan tawa agar tidak meledak. "Anjir, ternyata lo jelek, Fre!"
"Ngaca cok, ngaca!" balas Freo.
"Udah, masuk kelas kalian!" titah pak Jabieb pada Zean dan Freo yang sudah selesai dipitakin. "Besok pakai dasi kalian, jadi penerus bangsa itu harus yang bener!" lanjut beliau mengiringi kepergian Zean dan Freo dengan omelan.
"Tolol lo, razia aja gatau! Harusnya ngomong sama gue!" Zean menggeplak kepala Freo.
"Asu! Gue juga gatau goblok!" Freo membalas dengan tindakan serupa.
Dua cowo itu bukanya mengincar kelas malah mengincar kantin, segera berkumpul dengan korban pak Jabieb yang lainnya.
Zean, nama lengkap cowo itu adalah Zean Guntur Bramanatio. Umurnya masih tujuh belas tahun dan dia masih duduk di bangku SMK kelas dua belas. Jurusan yang Zean ambil adalah tehnik komputer dan jaringan, TKJ, tapi bergaulnya dengan anak-anak mesin.
"Oi para goblok-goblok yang malang, tugas siapa yang ngintai minggu ini?! Kecolongan pula, ada tolol-tololnya!" oceh Freo sesaat sampai di meja yang di isi sekitar lima cowo, ditambah ia dan Zean menjadi tujuh.
"Si tolol ini!" jawab Jessen menendang kursi yang sedang di duduki oleh Febri.
"Ya maap gaes, gue ditipu ciwi, katanya emang gaada." jawab Febri santai, sibuk menyisir rambutnya yang tinggal kenangan.
Hampir semua cowo anak kejuruan terperangkap razia minggu ini.
"Nanyak siapa lo?" tanya Zean, membasahi kepala dengan air mineral yang ada di meja, hal itu sengaja ia lakukan agar pitak-pitak karya pak Jabib tak terlalu terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Twists and Turns ║ Zeedel
Romancehanya cerita fiksi. . . . . intinya zeedel. slow up.