Part 13

736 99 3
                                    

✦✧✧happy reading✧✧✦





Kalau orang-orang membawakan martabak untuk camer, Zean ada gila-gilanya, remaja laki-laki itu tak kenal kata tanggung, langsung saja membelikan belanja mingguan kulkas keluarga Reva.

Dibilang pusing, Reva ya pusing. Tapi, dibilang lucu, Reva juga merasa lucu. Zean definisi cowok bercanda yang serius bukan main. Satu lagi, ingat pula cari perhatian keluarga Reva.

Mama cewek itu saja sampai ternganga saat menerima pemberian Zean. Bayangkan saja ada remaja laki-laki yang baru dikenal langsung menyodorkan plastik besar berisi bahan masakan seperti segala perbumbuan, minyak makan, beras dan, beberapa lainnya. Aneh bin ajaib, aneh bin rezeky.

"Jadi, Nak Zean bukan temen sekelas Reva?" tanya mama yang duduk di hadapan Zean. Reva sedang di dapur membuatkan minuman untuk cowok itu.

"Iya, Tante. Cuma temen satu sekolah."

"Bagus juga pergaulan Reva sampek ke luar jurusan. Tante pikir anak itu pendiam, introvert yang nggak mau bergaul ke sembarang orang gitu."

"Memang, Tan. Sama saya juga keberuntungan saya ini," sahut Zean.

"Iya, 'kan? Anaknya kuper, kurang pergaulan."

Tiba-tiba Reva datang. "Siapa yang kuper?" tanyanya melirik mama dan Zean bergantian. Keduanya malah tatap-tatapan berujung tertawa.

"Ada manusia, Kak," jawab mama ringan.

Zean terbahak. "Manusia cantik," sambungnya.

"Aku ya?!" tanya Reva memicingkan kedua matanya.

"Emang situ cantik?!" sinis mama main-main.

Di sini, hari ini, Zean jadi menemukan satu fakta, bahwa ternyata papa Reva sudah tidak ada, pantas cewek ini besar ego, melindungin diri, sampai takut membuka hati.

"Cantik dong, Ma!" Reva mengibaskan rambutnya sok cantik, cewek itu bangkit dari posisi berjongkok dan mendudukan diri di sofa lain.

"Serah deh," sahut mama malah bergerak bangkit saat Reva sudah duduk. "Tante izin ambil ya, Zean," permisi mama sebelum mengambil plastik besar berisi bahan makanan yang Zean berikan.

"Iya, Tante. Ambil aja," ujar Zean tersenyum manis, sampai-sampai Reva merotasi bola mata melihat senyum itu, ditambah wajah Reva bersemu menyadari fakta bahwa Zean sudah bertemu dengan sang mama, walau masih mengaku sebagai teman.

Mama pun mengambil. "Mama ke dapur dulu buat nyusunin ini, kalian ngobrol-ngobrol aja. Jam sepuluh kudu balik ya, Zean. Nggak mungkin dong mau nongkrong sampek besok," ujar mama bercanda di kalimat terakhir.

Zean tertawa. "Siap, Tante! Aman," sahutnya.

Mama tersenyum, pelan-pelan bergerak pergi ke dapur, meninggalkan Zean dan Reva berduaan di ruang tengah.

Beberapa detik terjadi hening, sampai akhirnya Zean menendang kecil kaki Reva yang membuat cewek itu menoleh menatap ke arahnya. Zean memainkan alis pakai seringai songong.

"Apaan?" tanya Reva belagak bego.

"Sesuai perjanjian lah, Yang, " bisik Zean.

Reva mendengkus. "Berisik!" katanya kembali membuang wajah dari Zean. Sialan, sekarang Reva baru merasa menyesal mau-mau saja menerima tantangan Zean saat emosi jiwa.

Jadi, tadi saat mereka membeli semua yang Zean bawakan untuk mama di indoapril, Reva sudah marah-marah. Mulai dari mahal sampai mengatai Zean aneh. Lalu, Zean melontarkan tantangan, jika mama menerima pemberiannya penuh suka cita alias tidak ada drama sok menolak, Reva harus melakukan satu hal yang Zean pinta.

Love Twists and Turns ║⁠ ZeedelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang