Part 12

849 110 2
                                    

✧○ꊞ○ꊞ○ꊞ○ꊞ○happy reading○ꊞ○ꊞ○ꊞ○ꊞ○✧





"Apaan sih?!" tanya Reva menatap Zean kesal sekaligus gugup. Cowok itu tak henti menatap wajahnya, mana pakai acara tersenyum-senyum segala, Reva jadi ngeri, kalimat gila macam apa yang akan dilontarkan cowok itu lagi?

"Gimana?" tanya Zean.

"Apanya lagi?"

"Yang tadi."

Reva menghembuskan napas terang-terangan. "Idup lo belom bener, males," ujarnya menopang dagu, menyomot kentang goreng yang masih ada di atas meja.

"Benerin lah, itu guna lo gue ajakin sama-sama."

"Zee." Reva menatap ke arah Zean, serius. "Seseorang bisa berubah, bisa sukses, bisa produktif, itu karna kemuannya buat maju, bukan karena orang lain yang minta."

Zean tersenyum tipis, ia usap ubun kepala Reva yang tentu harus menjulurkan tangannya. "Jadi mau gimana?" tanyanya lembut.

"Ya berusaha berubah jadi yang lebih baik dengan kemauan lo lah."

"Lebih baik menurut lo gimana?" Zean tarik lagi tangannya.

Reva itu definisi cewek paling enak diajak ngobrol, bukan satu dua cewek yang Zean ajak bicara serius perihal sesuatu, tapi, tidak ada yang seringan Reva saat mengeluarkan pendapatnya.

"Belajar yang bener, jangan bolos, rapih, rokoknya diberentiin, kalo nggak bisa berenti ya minimal dikurangin, sadar diri kalo lagi di sekolah jangan ngerokok di kamar mandi atau pun gudang!" jawab Reva panjang.

Zean tersenyum lebar, senyum yang auto membuat jantung Reva berdebar tak normal. "Kalo gue jalani, mau jadi temen idup gue?"

"Come on, Zee." Reva hampir mengeluarkan rengekannya lagi.

"Ya gue maunya gitu. Gini aja deh jalan tengahnya," jeda, Zean menyingkirkan kentang yang Reva makan, ia ingin bicara benar-benar serius! "Kita pacaran sebulan, kalo gue nggak ada perubahan atau lo masih nggak yakin banyak hal tentang gue, kita stop."

"Dih, apa untungnya buat gue?" tanggap Reva pasang wajah sewot.

"Lo sukak sama gue, 'kan, Yang? Untungnya kita bisa sama-sama dan gue nggak akan deket-deket cewek lain."

Reva belagak merotasi bola mata malas, padahal tangan sudah beku, cewek ini memang paling jago soal menyembunyikan reaksi tubuhnya. "Nggak ada yang bilang gue sukak sama lo."

Zean terkekeh. "Iya, oke fine. Yang penting mau kita trial?"

Ha! Reva tidak habis pikir, Zean memiliki bayak cara agar mereka official. Kenapa Reva jadi ngeri sendiri ya?

"Yang." Zean panggil lembut, ia raih tangan Reva yang dihiasi minyak dari kentang goreng tadi. "Coba-coba nggak ada salahnya," lanjut cowok itu meyakinkan.

Reva berdecak, ia hela napas berat, seakan-akan jawaban yang akan ia keluarkan adalah kalimat maut yang akan menghantarkan ke alam lain.

Zean sendiri menunggu sabar, ia tatap lembut bidadari di hadapannya. Duh cantiknya, tidak sabar memiliki, mengurung di rumah hanya untuk diri sendiri. Kalau ini novel, Zean rela cosplay jadi psikopat ganteng.

Reva sudah membuka mulut, siap memberikan jawaban, tapi, kembali tertutup. Cewek itu menarik dan menghembuskan napas.

Zean menunggu dengan sabar walau dalam hati ingin mencubit ginjal Reva, tinggal iya saja kenapa sulit sekali?!!!

"Nggak yakin," jawab Reva berakhir menunduk.

Zean berteriak dalam hati, lagi-lagi semua dalam hati atau ia dan Reva akan jambak-jambakan, kasihan Reva tidak bisa menjambaknya yang masih botak. "Iyain aja, sebulan doang."

Love Twists and Turns ║⁠ ZeedelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang