Part 19

692 116 7
                                    

✩。:•.───── happy reading ─────.•:。✩






Reva menatap Zean yang terlelap di sampingnya. Cowok itu tidak terganggu oleh alas yang hanya pasir, lalu, tidak terganggu dengan sinar matahari apalagi angin pantai.

Setelah makan, Zean dipaksa teguk obat oleh Reva, dan ini lah yang terjadi, cowok itu mengantuk hingga tertidur. Reva sih tidak masalah, ia malah senang. Sumpah demi apapun ia tidak tega melihat Zean sakit begini.

Sedari tadi Reva terus melantunkan doa sembari mengusap kepala Zean. Ia berharap ada yang cepat sembuh dan tidak sakit-sakit lagi. Minimal mendingan walau belum sembuh total.

Reva tersenyum kecil, saat terlelap Zean memang lucu. Hal menariknya cowok itu menganga juga mendengkur, walau dengkuran pelan.

Sudah jelas Reva merekam hal itu sambil cekikikan. Duh, cowok begini tak mungkin tak menarik hatinya, sangat mustahil.

Dulu juga Reva minta putus setelah sehari jadian ya salah satunya karena Zean sangat menarik. Membuatnya minder sendiri.

Beralih mengusap rahang Zean, Reva tusuk-tusuk rahang itu. Jika mengingat bagaimana keluarga Zean, Reva semakin insecure saja, merasa tak layak. Mereka berbanding terbalik. Mungkin, setelah lulus ini Zean akan kuliah, beda hal dengan Reva yang tidak mungkin menambah beban mama. Kalau ia ingin kuliah, ya dia harus mencari dana sendiri.

Reva hela napas, menolehkan kepala dari menatap Zean jadi menatap hamparan lautan. Cewek itu tidak bisa membayangkan masa depan hubungan mereka, tapi, terlalu dini pula memikirkan itu.

Disaat sedang asik-asiknya melamun, Reva dibuat terkejut saat tangannya diraih, ditarik dan, berakhir digenggam. Reva kembali menoleh menatap Zean, ternyata cowok itu sudah terbangun. "Cepet bener," ujarnya.

Zean menguap, mengangkat kepala dan memindahkan ke atas paha Reva. "Ngeri gue, takutnya lo dibawa lari sugar daddy."

Reva mendengkus. "Sugar baby baru bener, gue sukak yang muda tapi kaya," jawab cewek itu sinis.

"Kayak gue dong," songong Zean.

"Cangkem lo." Reva cubit bibir seksi Zean yang ingin terbahak.

Zean raih tangan Reva, ia singkirkan dari depan mulutnya. "Gue udah laper dah, Yang. Gerak yok."

"Gerak ke mana?" tanya Reva membiarkan Zean meletakan tangannya yang diraih cowok itu ke atas dada.

"Lo nggak pengen makan apa-apa?" tanyanya.

"Hm..." Reva berpikir, ia mengerutkan dahi. "Sushi?" tanyanya ragu.

"Dih, makanan tuh?"

Reva tampol dada Zean. "Makanan lah! Enak tau."

"Selera lo aneh-aneh, Yang. Udah lah dimsum, sekarang sushi, besok apaan lagi?"

Reva terkekeh mendengar keluhan Zean. "Tapi enak, Sayang." Mengusap-usap dada Zean.

Seketika Zean lupa keluhan. "Oke, kita cari warung sushi," ujarnya auto patuh pada ibu ratu.

Reva cekikikan. "Udah enak 'kan, badan lo?" tanyanya.

Kepala Zean mengangguk, tubuhnya bangkit dari posisi berbaring. "Aman, yok lah."

Reva tidak langsung bergerak, ia tepuk-tepuk punggung Zean guna membersihkan pasir di baju cowok itu. "Kalo pusing bilang," ingat Reva.

"Mau dicium?" tanya Zean iseng ingin menggoda.

"Kalo dicium bisa sembuh, boleh lah."

Zean menoleh, menatap Reva dengan picingan. "Serius?!"

Love Twists and Turns ║⁠ ZeedelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang