part 3

1K 122 2
                                    

◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇happy reading◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇


Zean memakaikan jaket denimnya ke tubuh Reva yang akan ia antarkan pulang. Langit sudah menjingga, tanda senja sedang bersantai menunggu matahari terbenam.

"Gue bisa naik ojol," ujar Reva menatap Zean yang sedang menyematkan kancing-kancing jaket dengan teliti.

"Capek naik ojol, nggak bisa lo peluk," jawab cowok itu lempeng.

Reva berdecak. "Serah dah," sahutnya malas.

"Ya emang serah gue."

"Nyebelin banget sih lo!"

Zean mengedikkan bahu ringan, pekerjaannya sudah selesai. "Besok mau gue jemput? Berangkat bareng."

"Nggak!" jawab Reva cepat.

Zean menyentil dahi Reva. "Argh!" Membuat cewek itu meringis.

"Dipikirin dulu sebelum ngejawab, buru-buru amat idup lo."

Reva mengusap dahinya. "Udah gue bilang motor lo jamet! Berisik! Nggak sukak!"

Zean merotasi bola mata. "Padahal keren."

"Keren biji mata lo! Nggak ada keren-kerennya!"

Sudah lah, Zean menyerah. Ia naiki motor kesayangannya yang selalu dikatai seperti jamet oleh Reva. "Yok," ajaknya menyalakan motor, menimbulkan keributan yang sangat-sangat menjengkelkan.

"Udah kepikiran belom?" tanya Zean, mengendarai motor dengan sangat pelan.

"Apaan?!" Reva balik bertanya.

"Ya, lo mau beli apaan?!"

"Belom, kayaknya gue tabung aja deh buat dana darurat kapan hari." Reva menumpukan dagunya ke atas bahu Zean, memeluk pinggang cowok itu seadanya, formalitas agar tidak diributi.

"Yakin?"

"lya, Zee!"

Kepala Zean mengangguk, tangannya menarik gas lebih dalam, menambah kecepatan sampai suara knalpotnya meledak-ledak.

"Zee, berisik banget!" keluh Reva, mengganti dagu menjadi dahi. Ia sembunyikan wajahnya dari orang-orang yang bisa saja mendoakan mereka nyungsep ke got.

Zean tertawa, meraih satu tangan Reva agar memeluknya lebih serius, minimal erat. "Lo boleh pulang malem nggak?!"

"Mau kemana lagi?!" Reva balik bertanya.

"Jalan. Gue lagi males nongkrong sama anak-anak."

"Bentar gue telpon nyokap gue dulu!"

Segera saja Zean memelankan kecepatan, dan Reva merogoh saku seragam, mengambil ponselnya yang ada di sana, sedang tangan yang satu masih memeluk Zean, dan tangan itu dimain-mainkan oleh si cowok. Diusap-usap punggungnya, sampai di pijat-pijat ujung jarinya.

"Ma, Kakak boleh pulang malem? Ini masih sama temen!" ucap Reva sudah terdengar tersambung.

"Tadi abis ke rumah temen, kan udah bilang sama adek karna tadi Mama aku telpon nggak aktif." Reva menepis tangan Zean yang memainkan tangannya, tapi, cowok itu kan tukang paksa, mustahil tidak kembali melakukan apa yang di mau. "Mau jalan aja, Ma. Paling makan nasgor pinggir jalan."

Zean tersenyum tipis, ia genggam tangan Reva yang masih memeluk pinggangnya.

"lya, Kakak dianterin kok. Janji sebelum jam sembilan. Makasih ya, Ma!"

"Dikasih izin?" tanya Zean.

"Sebelum jam sembilan udah sampek rumah," jawab Reva menyimpan ponsel, membawa tangan yang satu kembali memeluk Zean.

Love Twists and Turns ║⁠ ZeedelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang