◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇happy reading◇◆◇◆◇◆◇◆◇◆◇
Diam-diam dengan modal yang sudah Zean berikan Reva sedikit berdiskusi pada Nia apa saja yang bisa Reva cicil, agaknya tidak perlu menunggu memiliki modal besar-besar untuk memulai sesuatu.
Hal paling menyenangkan dan menarik adalah fakta dimana Nia sangat excited membantu Reva dan Zean.
"Jualan di toko aja dulu, Dek. Titip nggak pakek bayar," ujar Nia memberikan saran.
Saat ini mereka berada di pasar, Reva berniat membeli berupa tempat jasuke, plastik, sendok juga beberapa alat lain.
"Serius nggak masalah, Mbak?" tanya Reva menatap Nia berbinar.
"Ya nggak papa lah, kan seru menu kita nambah. Udah ayok langsung kita beli aja jagungnya, terus kita cari toping yang lo mau." Nia merangkul lengan Reva, menggeret pacar Zean itu memasuki pasar lebih jauh guna mencari lapak penjual jagung manis. "Entar beli topingnya di langganan Mbak aja, dijamin berkualitas terus murce."
Kepala Reva mengangguk-angguk setuju, sumpah nih dia sudah bisa mulai berjualan sambil bekerja di toko Nia?! Kalau boleh jujur Reva bersyukur mampus bisa mengenal kakak-kakak satu ini, Nia definisi bos rasa sahabat, sangat mengayomi Reva menuju jalan kebaikan.
Well, dua cewek itu sangat menikmati proses perbelanjaan demi menghasilkan uang lebih.
"Gue tuh sukak banget sama hubungan modelan kayak kalian, mau ngerangkul satu sama lain dan nggak nuntut ini itu. Ya walau gue tau Zean serba berkecukupan, tapi dia udah cerita sama Raka apa aja masalahnya. Gue harap lo bisa paham sama jalan pikirnya, karna sudut pandang cowok dan cewek itu beda jauh," ujar Nia sambil memberikan sebotol air mineral dingin untuk Reva.
Sejenak Reva diam, menerima pemberian Nia. Mereka sudah berdiri di sisi mobil abang Nia yang cewek itu pinjam, istirahat sebentar guna menarik napas, mengisi paru-paru.
"Gue boleh nanyak tentang hubungan Mbak sama bang Raka nggak?"
"Tanyak aja lah."
Reva memeluk botol minum yang isinya sudah setengah ia teguk. "Gimana kok bisa sama-sama sukses banget kayak sekarang? Kok bisa ada kepikiran bukak usaha dibidang masing-masing? Emang pendidikannya nggak keganggu ya?"
Nia tertawa pelan mendengar pertanyaan Reva. "Keadaan."
Dahi Reva mengerut.
"Gue cukup sadar diri karakter cowok gue, dia ambis jadi kaya dengan keringatnya sendiri, jadi gue nggak mau kalah lah," ujar Nia santai. "Pesen gue satu, di dalam hubungan itu ego harus bisa di kontrol walau kita pihak cewek. Kalo lo udah bisa ngatasi itu, delapan puluh persen hubungan lo nggak akan berakhir sia-sia."
Reva mendengarkan dengan serius. Masuk akal, Reva setuju dengan pesan Nia perihal ego.
"Udah ayok balik, kita praktek masak-masak sebelum ngeluarin jualan lo." Nia pun mengajak Reva balik ke toko.
Pacar Zean itu mengangguk, bergerak menghampiri pintu mobil tapi sambil merogoh saku celana mengeluarkan ponsel. Saat ia tatap layarnya sudah ada notif chat dari Zean.
'Lagi dimana, Cinte?'
'Kabarin kalo udah santai.'
'Gue kerja dulu.'
Reva tidak menyangka bergaul dengan Nia dan Raka, pastinya juga lingkungan pasangan itu bisa membuat mereka jadi seberani ini melangkah. Parahnya baik Reva maupun Zean jadi mata duitan.
Sejenak sebelum masuk ke dalam mobil Reva mengambil waktu membalas chat Zean. 'Otw ke toko mbak Nia, Sayang.'
Reva menggigit kecil pipi dalamnya, berpikir tiga detik sebelum mengetik lagi. Kalimat penutup sekaligus penyemangat untuk Zean. 'Love you.' Baru lah Reva masuk ke dalam mobil. "Mbak, manggang-manggang yuk pakek gaji pertama Zean."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Twists and Turns ║ Zeedel
Romansahanya cerita fiksi. . . . . intinya zeedel. slow up.