Part 29

366 100 10
                                    

●○●○●○●○happy reading●○●○●○●○


Reva melirik mama yang sedang asik rebahan di depan televisi, wanita paruh baya itu menikmati upin upin episode baru. Setelah tadi mereka mengobrol banyak hal tentang ujian akhir hari ini, serta keberhasilan Reva serta Zean dalam menjawab soal, mama kembali rebahan.

Reva sendiri memang pamit guna mengganti pakaian, ia gigit jari ketakutan Zean sekeluarga disuruh pulang oleh mama. Sungguh tidak lucu jika itu terjadi bukan?

Apa sebaiknya Reva spal-spil sedikit ya agar nanti mama tidak jantungan?

Menarik napas, Reva hembuskan kasar sambil mengumpulkan tekad. Iya! Dia akan memberitahu mama sedikit gambaran yang akan terjadi, untuk itu si cantiknya Zean melangkah mendekati wanita yang melahirkannya itu.

Reva ambil duduk di sisi kiri tubuh mama."Ma," panggilnya menusuk lengan mama.

Beliau menoleh, membalas tatapan anaknya dengan mimik sangat berseri. Orangtua manapun pasti senang anaknya sudah melewati masa ujian dengan baik. Mama termasuk ke dalamnya karena mama sangat berbahagia. "Iya, Kak? Kenapa? Mau makan siang?" sahut mama bertanya lembut.

Reva menggeleng, ia remat ujung kausnya dengan satu tangan yang tidak menusuk lengan mama tadi. "Ada yang mau aku sampein, tapi jangan kaget dan jangan marah ya?"

Seketika wajah lembut berseri mama hilang diterpa Perjalanan. Bukan tanda tanya. "Kamu nggak hamil, 'kan?"

Reva melotot lebar. "Ya enggak lah, Ma!" Tidak ia sangka mama menebak ke arah sana, itu pemikiran terliar tentang hubungannya dengan Zean. Boro-boro hamil, ciuman saja Reva masih tidak ada nyali.

"Oh syukurlah, jadi kenapa Kak? Ada apa?" tanya mama membawa tubuh yang tadi berbaring menjadi duduk, bahkan duduknya condong ke arah Reva, siap mendengarkan dengan serius.

Reva garuk pipi beberapa detik. "Zean sama keluarganya mau dateng ke rumah, Ma."

"Oh ya? Kapan?!" Mama kembali bersemangat.

"Sekarang, mereka udah di jalan."

"Loh?! Kok mendadak banget?! Di rumah nggak ada apa-apa, Kak!" Sekian detik mama jadi panik, Reva paling bisa membuat mama terlihat seperti berkepribadian ganda.

"Zean yang larang ngasih tau, Ma. Tapi tadi katanya mereka udah bawa makanan sendiri."

"Aduh kalian ini gimana sih! Mana ada tamu bawa makanan sendiri, pantang! Ya Tuhan. " Mama langsung berdiri dari duduk, siap melesat menuju dapur guna melihat apa saja yang bisa ia sajikan dengan cepat.

Namun, Reva menahan mama, ikutan berdiri. "Ma, aku belum selesai ngomong."

"Ada lagi? Apa?" tanya mama to the poin tak ingin berbasa-basi.

Reva tidak langsung berbicara, yang ada diam dulu beberapa detik sampai mama gregetan sebab beliau merasa ini buang-buang waktu.

"Kak!"

"Mereka dateng karna Zean mau ngikat aku ke hubungan yang lebih serius," ucap Reva cepat, ia menatap mama takut-takut. "Tunangan ...," lirihnya melanjutkan.

"Ha?"

●○○●



Mereka sampai di rumah Reva, total ada tiga mobil yang memenuhi jalanan depan rumah itu. Sengkoyong-koyong semu keluar dari kendaraan dengan tangan yang tak mungkin kosong, terutama Zean.

Belum sempat mereka mengetuk pintu rumah, pintu itu sudah terbuka, terlihat Reva yang menyambut dengan pakaian super sederhananya. Tidak ada yang tidak tersenyum, tapi senyum terlebar adalah mami, Shani dan, Nia.

Saat Reva ingin bergerak keluar dari rumah, tiba-tiba mama muncul dari belakang tubuh cewek itu. "Ayo pada masuk, Pak, Buk," ujar mama malah melangkah paling depan, membukakan pagar dan menyambut keluarga Zean penuh hangat, yang tanpa semua ketahui diam-diam saat mama dan Zean saling bersitatap wanita paruh baya itu melototi pacar anaknya. Dalam hati mama berencana mengomeli calon mantunya itu.

"Nggak ganggu kita, 'kan?" tanya mami pada mama. Dua wanita itu melangkah beriringan.

Reva komat-kamit dalam hati, tadi ia sudah diamuk oleh mama sebab mengikuti mau Zean yang mana merahasiakan hal ini dari mama. Bukannya apa, mama malu sekali karena tidak bisa menyuguhkan apapun, hanya ada buah-buahan seadanya.

Ketika semua sudah duduk dan meletakan apa yang dibawa ke atas meja ruang tengah baru lah mama mengeluarkan isi hatinya. "Ini anak-anak nggak ada info ke saya, Bu. Baru lima menit lalu Reva ngomong kalau pada mau ke sini, maaf ya saya nggak bisa nyiapin apapun."

Mami tertawa lembut. "Nggak papa, tujuan kita ke sini buat silaturahmi, Bu." Mami melirik Reva lagi, dan yang dilirik tersenyum kaku, yang ada Reva balas melirik Zean dan memasang mimik galak.

Zean? Cowok itu mengedikkan bahu ringan, seperti biasa, tidak memiliki rasa bersalah. Jadi mendengkus lah Reva dibuatnya.

Mama dan mami cerita ke sana kemari dulu, mereka saling memperkenalkan kehidupan keluarga mereka, pun memperkenalkan siapa saja yang ikut dalam acara ini.

Mama tidak menyangka di sana ada mantan bos Reva alias Nia. Sebagus itu kah pertemanan mereka semua?

Sampai tiba dimana mami berujar, "Sebenernya selain silaturahmi kita juga punya niat lain, Bu. Terutama Zean."

Mama langsung menatap Zean. "Apa itu, Zee?" tanyanya ramah.

Zean berdeham, lirik kanan kiri dan ia temukan Vino dan Jeki memberikan ibu jari tanda semangat. Begitu Zean kembali menatap mama, ia pasang mimik paling serius yang bisa ia pasang.

"Sebelumnya aku mau minta maaf datang mendadak begini, Tante." Ia menyadari kesalahannya di mata mama yang sedari tadi terus menyindirnya. "Nggak maksud diem-diem atau gimana, aku berpikir lebih baik diberitahu saat semua udah kumpul jadi Tante nggak bisa berpikir panjang buat nolak."

"Kamu ngejebak ini," sahut mama ditertawai oleh semuanya.

Zean menyengir, ia tegakkan lagi duduknya. "Tante pernah bilang Tante mau Reva jatuh ke tangan laki-laki yang tepat, yang jelas arah tujuannya, pendidikannya, pekerjaannya," jeda, Zean beralih menatap Reva. "Dan itu benar, Reva memang pantas dengan laki-laki seperti itu."

Reva membalas tatapan Zean, kedua tangannya saling bertautan di atas pangkuannya. Zean Bramanatio..., cowok tengil tukang cari ribut yang selalu mengusilinya benarkah yang duduk di hadapannya saat ini? Kenapa auranya sangat berbeda?

"Aku berusaha memantaskan diri untuk jadi laki-laki beruntung itu," lanjut Zean menarik napas banyak. "Tante, boleh aku mengikat Reva lebih dari sekedar hubungan tanpa arah ini? Boleh kami bertunangan?"

Tidak bisa dipungkiri semua sangat bangga pada keberanian Zean, bahkan kata-kata yang cowok itu lontarkan tanpa persiapan, tidak ada yang mengajari sekalipun papi atau bang Cendy.

Mama diam tidak langsung menjawab, beliau menatap Zean dalam, tatapan yang tidak bisa dibaca ke mana arahnya. Namun, selang beberapa detik beliau tersenyum hangat. "Mama kasih restu, tapi tanya langsung sama Revanya mau atau enggak sama kamu."

Beralih lah semuanya menatap ke arah Reva, demi Tuhan jantung Reva siap meledak! Benarkah jalan ini? Benarkah perjalanan mereka sudah sampai sejauh ini? Zeannya, Zean yang selalu melibatkannya dalam hal apapun, Zean yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuknya, pacar tengil tak tahu diri yang lebih sering menyebalkan daripada mempesona. Reva menyukai semua yang ada di diri Zean.

Tanpa satu kata pun kepala Reva mengangguk sebagai jawaban bahwa ya, dia mau.

●○●○●


























Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love Twists and Turns ║⁠ ZeedelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang