6

70 16 1
                                    

Setelah acara usai, Akara dan Anjani segera bersiap untuk beristirahat karena keesokan harinya mereka harus kembali pada rutinitas masing-masing. Namun, saat Akara hendak merebahkan diri, Anjani menghentikannya.

"Akara, tunggu sebentar." kata Anjani dengan nada serius.

"Ada apa, Jani?." tanya Akara lembut, menatapnya penuh tanya.

"Sebelum kamu istirahat, aku mau minta maaf karena harus mengganggu, tapi ini penting." ujar Anjani, membuat Akara mengangkat sebelah alisnya.

Anjani meraih selembar kertas dari tangannya dan menyerahkannya pada Akara. "Ini surat perjanjian yang sudah aku buat sebelumnya." jelasnya. Akara menerimanya dengan sedikit bingung lalu mulai membacanya.

 Akara menerimanya dengan sedikit bingung lalu mulai membacanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku juga sudah tanda tangan. Sekarang giliran kamu." lanjut Anjani.

Dengan cermat, Akara membaca isi surat itu. Setelah beberapa saat, ia mengangguk kecil. "Aku akan memenuhi semua syarat ini, Jani. Tapi syarat kelima, aku tidak bisa melakukannya." ujar Akara dengan suara tenang.

"Tapi aku tidak mencintaimu, Akara. Aku tidak bisa." jawab Anjani dengan jujur.

"Jani, kamu bisa. Kita coba dulu, ya? Aku berjanji akan membuatmu bahagia dan menjadikanmu satu-satunya wanita dalam hidupku. Tapi, tolong, jangan tinggalkan aku." pinta Akara dengan penuh harap.

Anjani menatap mata Akara lama, terlihat ragu. Akhirnya ia menghela napas panjang dan mengangguk pelan. "Baik, aku akan mencoba. Tapi sesuai isi perjanjian, ini hanya untuk tiga bulan. Kalau setelah itu aku tetap tidak mencintaimu, kita cerai, dan kamu tidak boleh melarang." jelas Anjani tegas.

Meski berat, Akara menyetujui kesepakatan itu. Dia tidak punya pilihan lain. Dalam hatinya, ada ketakutan jika Anjani marah dan benar-benar meninggalkannya.

"Anjani, aku tidak tahu apakah aku bisa atau tidak. Tapi aku berjanji, aku akan mempertahankan pernikahan ini semampuku." gumam Akara dalam hati.

____

Pagi datang dengan merdu, suara burung-burung terdengar bersahutan di sepanjang jalan. Di dalam sebuah mobil, pasangan suami istri muda menikmati musik yang mengalun lembut.

"Akara, nanti pulangnya aku agak terlambat. Ada rapat OSIS, dan aku pulang bareng Maya sama Nindya." kata Anjani.

Akara mengangguk pelan. "Lama nggak rapatnya? Kalau cuma sebentar, aku bisa tungguin." jawabnya.

"Kayaknya lama, soalnya bakal bahas anggaran acara sekolah sama lokasi kegiatannya." balas Anjani.

"Begitu ya, ya sudah, kalo begitu." ujar Akara sambil kembali memusatkan perhatian pada jalan di depannya.

Saat tiba di belokan menuju sekolah, Anjani meminta Akara menurunkannya di sana.

"Kenapa nggak langsung di depan sekolah saja? Ini masih jauh, Jani." tanya Akara heran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang