Jennie Charlotte Kim dan Jane Ruby Kim mereka berdua adalah saudara kembar indentik. Namun, meskipun begitu, Jennie dan Jane memiliki sifat yang samgat berbanding terbalik.
Jennie, tumbuh dan besar di negara Paman Sam membuat jiwa liarnya keluar, keras kepala dan juga penuh akan obsesi. Apapun yang diinginkan maka hal itu harus didapatkannya.
Berbeda dengan Jennie, Jane adalah pribadi yang lembut dan sangat baik. Bahkan sangat penurut terhadap orang-orang di sekitarnya.
Jennie baru saja menginjakkan kakinya kembali di tanah kelahirannya sekitar dua hari yang lalu. Kini, dirinya berada di ruang keluarga bersama dengan kedua orang tuanya dan Jane.
"Papi udah daftarin kamu di sekolah yang sama, sama Jane. Dan kamu bisa masuk lusa." ucapan dari Jiyong barusan mendapat anggukan pelan dari Jennie.
"Kamu sekolah yang bener di sini. Kebiasaan buruk kamu waktu di LA jangan kamu bawa kesini, paham kan, sayang?" kali ini, Tiffany-lah yang bersuara.
"Namanya masih muda mih, masih nyari jati diri." jawab Jennie dengan santai.
"Nyari jati diri apa yang sampai mabuk-mabukan ke club, pulang tengah malam dan sering banget bolos dari sekolah?" tanya Tiffany.
"Benar apa yang mami kamu bilang, ubah kebiasaan kamu itu Jennie. Kamu masih di bawah umur." tambah Jiyong.
Jennie memutar malas kedua bola matanya, paling malas jika mami dan papinya sudah berceramah seperti ini. Ayolah? Jennie sudah besar, lagipula dia hanya menikmati hidupnya saja, hanya itu!
"Jennie udah 17 tahun, dan cuma beberapa minggu lagi 18 tahun. Jadi di mana letaknya Jennie masih di bawah umur?"
"Kamu itu ngejawab aja terus. Tinggal bilang iya aja susah banget." ucap Tiffany.
"Mami sama papi juga tinggal diem aja nonton apa susah ya? Ini ngomel terus." balas Jennie.
Jiyong dan Tiffany menghela nafas lelah, ini benar-benar kesalahan mereka karena telah melepas bebas Jennie di negara orang, seorang diri hingga anaknya tumbuh menjadi sangat keras dan pembangkang seperti saat ini.
"Terserah kamu, intinya jangan pernah kamu ngelakuin ataupun ngulangin kebiasaan buruk dulu di sini. Untung aja Shawn bilang ke papi kemarin, kalau nggak kamu pasti bakalan lebih kebablasan nanti." ucap Jiyong yang di angguki oleh Tiffany.
Jennie mendelik. "Shawn kan emang pengadu!"
Tidak lama, terdengar suara bel rumah yang berbunyi. Mengalihkan atensi mereka semua.
Jane yang sedari tadi hanya diam menyimak kini berdiri dari duduknya dan bersiap menuju pintu utama rumah mereka sebelum suara milik Jennie kembali terdengar.
"Mau kemana?"
Jane menoleh kearah Jennie. "Kedepan, Jisoo pasti udah sampai." jawabnya, lalu melangkah meninggalkan ruang keluarga.
Jennie menyergit. "Jisoo? Siapa dia?"
Jennie menatap bertanya kearah Jiyong dan Tiffany yang kini juga menatap kearahnya.
"Pacar adik kamu."
Ucapan dari Tiffany membuat Jennie sedikit mereka kaget mendengarnya.
"Seriously? Jane udah punya pacar?"
"Ya beneran lah. Masa mami kamu bohong."
Jennie berdiri dari duduknya, dan berjalan menuju pintu utama, mengabaikan panggilan dari kedua orang tuanya. Jujur saja, Jennie sedikit merasa penasaran dengan sosok Jisoo.