...
Minwoo melangkahkan kakinya dengan riang menuju ruang makan. Hari ini adalah hari pertamanya masuk di sekolah barunya. Sesampainya di ruang makan, ia segera meletakkan tasnya di kursi. Kepalanya menoleh ke sebelah, melirik orang yang sedang makan roti disana
"waeyo ? Jangan menatapku seperti itu !" Balasnya dengan ancang-ancang ingin melempar roti yang ia makan
Minwoo mendudukkan dirinya di kursi dan mengambil selembar roti dan selai di meja makan "tumben belum pergi. Biasanya kau sudah pergi entah kemana pagi-pagi buta begini." Tangan Minwoo bergerak-gerak mengolesi rotinya
"yak !" Kini Donghyun mengubah posisi duduknya menghadap Minwoo "bocah tengik ini benar-benar.." Tangannya mengepal hampir memukul Minwoo
"Donghyun-ah !" Tegur eommanya.
Terpaksa Donghyun menahan tangannya dan mengubah posisi duduknya seperti semula lagi. Minwoo diam-diam tersenyum penuh kemenangan. Untung saja ada eommanya. Jika tidak, rumah ini bakal berantakan seperti beberapa tahun lalu saat mereka bertengkar dulu.
Tunggu ? Eomma ? Minwoo mendongak memastikan tadi benar-benar suara eommanya dan dia juga ada di rumah.
"kau juga belum berangkat ?" Tanya Minwoo
"hari ini kan hari pertama kita disini. Jadi bos memberikan kelonggaran waktu." Eommanya meletakkan dua kotak bekal makanan untuk mereka.
"aku berangkat" ucap Donghyun merangkul tas kuningnya.
Minwoo menoleh dan mendengus kesal. Hyungnya selalu begitu. Terakhir mereka berangkat bersama saat Minwoo masih duduk di bangku sekolah dasar
...
Kreekk
Pintu kayu besar yang sudah tua itu terbuka. Dua orang namja yang sedang bermain melempar makanan ke dalam mulut itu menghentikan kegiatannya, melihat siapa yang masuk ke dalam. Tak berapa lama, suasana ruangan yang tadinya ricuh itu mendadak hening.
Semua orang disana menoleh saat melihat Donghyun memasuki ruangan itu. Donghyun duduk di sebuah sofa kecil berukuran untuk satu orang tanpa memperdulikan beberapa orang yang menatapnya tak suka. Ia memasang kacamata besarnya dan duduk menyilangkan kedua kakinya hingga terlihat sombong.
"oh, kau sudah datang rupanya." Sapa seseorang yang baru masuk.
Namja berambut ungu itu segera duduk di single sofa yang tersisa disana. Letak sofa ini tidak beraturan, sesuka hati si pemilik pantat, dimana ia ingin duduk, disitulah sofanya di taruh. Sekarang semua orang disana mengalihkan pandangan pada namja berambut ungu itu.
"jadi, kita kedatangan anggota baru ? Apa tidak berlebihan ?" Tanya kim jong in dengan nada agak tidak suka
"yah, setidaknya dia punya tujuan yang sama seperti kita."
"selain itu menambah jumlah anggota kita juga."
Seorang namja berambut coklat melempar sebuah koran hingga teregeletak tepat di depan kaki namja berambut ungu itu. Namja itu membungkuk meraih koran itu lalu membaca sebuah berita dengan judul 'sebuah mayat di sekitar pemukiman dengan luka cakaran pada tubuhnya.'
"ck, dasar bodoh. Bertindak semaunya sendiri." Gerutu jong in
"ahh, aku harus berangkat sekolah." Namja pelempar koran itu meraih tas abu-abunya lalu melambai pada hyung-hyungnya. "bye hyungnim !!" Dia adalah member paling muda di organisasi itu.
...
"mohon kerjasamanya" Minwoo membungkuk sopan menyalami teman-teman barunya.
Yoon seongsaenim menunjuk sebuah bangku kosong di belakang namja yang masih asyik dengan kacanya. Minwoo menurut lalu meletakkan tasnya dan duduk disana.
Seongsaenim membalikkan tubuhnya dan mulai menerangkan materinya hari ini.
"psst !" Minwoo yang sedang mengambil buku dan alat tulisnya segera menoleh, dan namja kaca yang duduk di depannya itu sudah menghadapnya dengan wajah sumringah
"namaku lee Jeongmin." Ia mengulurkan tangan kirinya untuk bersalaman dengan Minwoo
Minwoo mengulurkan tangannya, namun segera di tarik lagi melihat seongsaenim sudah memasang ancang-ancang untuk melempar spidol kea rah mereka. Tentunya Jeongmin tidak tau itu karena ia membelakangi seongsaenim.
"eh, wae .. Ah .."
Tuk
Spidol itu sukses mendarat di kepala Jeongmin dan membuatnya meringis. Seisi kelas pun tertawa melihat kelakuannya itu.
"perhatikanlah perlajaranku tuan lee Jeongmin." Ucap yoon seongsaenim dengan nada horror.
Jeongmin akhirnya berbalik menuju posisi semulanya. Minwoo hanya nyengir, sepertinya yoon seongsaenim itu guru yang menakutkan. Atau Jeongmin yang terlampau penakut.
Kelas kembali normal seperti semula. Semua muridnya dengan tenang mencatat pelajaran dari yoon seongsaenim. Sesekali guru itu menjelaskan materi pelajarannya pada mereka. Kadang mereka tertawa karena guyonannya, termasuk Jeongmin. Bahkan dia yang tertawanya paling nyaring
"yak ! Nada do berapa yang kau gunakan saat tertawa Jeongmin-ssi !" Ledeknya, sekali lagi semua tertawa. Dia, bahkan tidak terlihat seburuk saat melempari Jeongmin dengan spidol kelas.
...
"ku kira dia sungguhan marah saat melemparmu dengan spidol" ujar Minwoo
Minwoo membereskan beberapa bukunya yang bertebaran di meja. Jam pelajaran sudah habis, dan semua sedang beristirahat sekarang.
"tentu saja dia marah." Jeongmin merapikan poni coklatnya "tapi dia tidak bisa marah lama-lama. Tidak ada orang yang bisa marah lama-lama dengan Jeongmin" ujarnya sambil tersenyum manis pada kacanya lalu melempar senyuman itu ke Minwoo. Senyum super narsis lee Jeongmin
"oohhh." Minwoo mengangguk menatap nanar ke Jeongmin.
"yak ! Jangan menatapku begitu !"
Jeongmin mengangkat tangan kirinya yang memegang kaca untuk menakut-nakuti Minwoo. Tapi yang di takut-takuti malah tertawa geli.
"igo .. Igo .. Mungkin ini bisa memperbaiki mood mu sedikit" ucap Minwoo yang masih tertawa geli. Tangannya mendorong kotak bekal miliknya yang tadi pagi disiapkan eommanya.
"ooo, kimbab. Kau buat sendiri ?" Jeongmin mengambil satu kimbab dan langsung memasukkannya ke mulut hingga mulutnya penuh
"aniyo. Eommaku yang buat"
Jeongmin mengangguk-angguk. Mulutnya terlalu penuh untuk memberikan jawaban "ya" atau sekedar berkata "meoshita" Minwoo menarik kotak makanannya lalu berbalik ke belakang, menawarkan si blonde itu.
"hei, kau mau kimbap ? Siapa namamu ?"
Namja blonde yang tadinya menatap keluar itu menoleh menatap Minwoo. "tidak terima kasih. Aku jo Youngmin."
Jeongmin bangkit dari bangkunya menuju meja Youngmin lalu mencomot lagi satu buah kimbap dan menggigit separuhnya "menyambut Youngmin dengan kimbap itu ide yang buruk." Jeongmin duduk di meja yang ada di sebelah meja Minwoo, lalu ia memakan habis separuh kimbapnya yang masih tersita "harusnya kau tawarkan dia ceker ayam"
Minwoo hanya melongo menatap Jeongmin dan Youngmin secara bergantian. Begitu juga Youngmin, ia menatap Jeongmin tidak wajar. Sedangkan Jeongmin, masih dengan santainya mengunyah kimbap itu. Bahkan tangan mungilnya sudah bergerak lagi mengambil kimbap yang ketiga
Youngmin mendengus "aku memang doyan ceker ayam. Tapi aku tidak akan mengambil tiga ceker ayam milik orang sekaligus"
...
Senyum Youngmin mengembang saat mendengar suara gemerincing lonceng. Ia segera menengok siapa pelanggan yang datang ke kafe. Seorang namja dengan poni blonde dan jaket biru dongker yang lumayan tebal dengan tudung jaket yang menutupi wajahnya serta sebuah masker yang ia kenakan. Sempurna seperti pencuri yang baru kabur dari penjara.
Tangan Youngmin dengan segera membuatkan segelas teh hangat lalu memasak pancake dengan lelehan madu dihias dengan krim coklat sehingga membentuk wajah pikachu. Setelah semua siap, ia menaruhnya di nampan dan mengantarnya ke namja blonde yang barusan datang.
Namja itu segera menengadah menatap bingung saat Youngmin menyajikan pancake dan teh di mejanya
"aku tidak memesan ini hyung"
"kau pasti lapar. Makanlah, aku masih punya waktu 2 jam lagi disini" ujar Youngmin sembari menepuk pundak dongsaeng 6 menitnya itu, jo Kwangmin.
Youngmin tidak bisa bicara banyak karena ia sedang bekerja, jadi dia dengan segera kembali setelah memberikan pancake itu pada adiknya.
Kwangmin menyandarkan tubuhnya dan menjauhkan piring berisi pancake itu. Dia hanya mengambil tehnya lalu meminumnya perlahan. Benar, hari ini agak dingin di luar. Mungkin efek hujan tadi sore.
Kwangmin menatap pemandangan luar kafe yang di penuhi orang yang lalu lalang. Matanya perlahan mulai basah saat melihat anak kecil yang begitu senangnya sedang berjalan bersama orang tuanya. Pasti senang jika masih memiliki orang tua.
Kwangmin menghela nafas sebentar melegakan dadanya yang sesak lalu menyandarkan kepalanya di meja. Perlahan-lahan matanya mulai terpejam dan nafasnya yang tadi sesak mulai berangsur-angsur teratur.
**
"Kwangmin-ah"
Kwangmin membuka sebelah matanya dan mendapati wajah hyungnya tepat di depannya.ia bangun dan membetulkan posisi duduknya. Kepalanya agak tertunduk karena masih terasa berat.
"apa segitu lelahnya menungguku 2 jam ?" Kwangmin mengangguk lemas menjawab pertanyaan hyungnya. Tubuhnya masih berusaha mengumpulkan nyawanya yang bertebaran
"kau tidak makan pancakemu ?" Tanya Youngmin
Kwangmin segera menarik piring pancake itu lalu memotongnya lalu menusuknya dengan garpu dan menyuap hyungnya. Youngmin menghindar
"aku membuatkannya untukmu, bukan untukku."
"kau kan juga butuh makan hyung. Jangan sok !" Sahut Kwangmin. Akhirnya Youngmin menyerah dan menerima suapan itu dari Kwangmin.
"kau sudah lihat ini ?" Youngmin menyodorkan sebuah koran
Kwangmin mengambil koran itu dan matanya langsung tertuju pada sebuah topic yang terpampang jelas di sana. Ia membacanya sebentar memastikan isi beritanya. Matanya yang tadinya berat sehabis bangun dengan cepat pulih berkat berita itu. Sungguh, efeknya lebih dahsyat dari secangkir kopi.
Flashback
Kwangmin dan Youngmin baru saja pulang dari kafe. Seperti biasa, mereka selalu bergantian menjemput dan bekerja. Malam ini, giliran Kwangmin yang bekerja dan Youngmin yang menjemput. Setiap hari mereka selalu melewati pemukiman warga yang sejak jam 8 malam sudah seperti kota mati. Syukurlah saat itu bulan purnama dan lampu jalanan juga menyala terang, walaupun hanya di beberapa titik
Youngmin mendadak tersentak dan berhenti berjalan, begitu juga Kwangmin yang ada di depannya.
Bree..eett
Ekor rubah keluar dari celana Kwangmin hingga membuat celananya robek. Ekor itu tumbuh memanjang dengan cepat sehingga bulu-bulunya menutupi sebagian tubuh Youngmin.
"ah, kau merobek celanamu lagi kwang" ujar Youngmin
Praa..ngg
Pisau yang tadi hampir menusuk Youngmin jatuh tepat di samping Youngmin. Pisau itu tidak bisa menusuk Youngmin karena ekor Kwangmin sudah lebih dulu melindungi tubuh Youngmin.
"heh, ternyata kalian bisa mengelak pisauku juga bocah ingusan"
Terdengar dari kejauhan suara berat seorang laki-laki yang tidak terlihat wujudnya karena ia tidak terkena cahaya lampu. Bisa di perkirakan usianya hampir menginjak setengah abad.
Kwangmin tidak merespon karena ia juga tidak bisa melihat keberadaan ajhusshi itu. Tapi tubuhnya sudah bersiap menyerang kalau-kalau ahjusshi itu mendadak menyerangnya.
"hei ! Apa yang kalian lakukan ? Menungguku menyerang eoh ?" Tantangnya
"Kwangmin, kurasa kita tidak perlu menghadapi orang tua ini." Youngmin menepuk pundak Kwangmin
"kau benar hyung."
Kwangmin mengontrol ekornya agar kembali ke ukuran aslinya sehingga tubuh Youngmin sekarang sudah tidak di selimuti ekor Kwangmin. Youngmin berjalan lebih dulu baru disusul Kwangmin
"huh, ternyata kalian tidak seseram cerita mitos" ujarnya
Kwangmin menghela nafasnya tidak memperdulikan omong kosong namja itu hingga tidak menyadari kalau ajhusshi itu sudah mereka lewati. Yah, tidak ada gunanya juga meladeni orang yang selalu bersembunyi di balik kegelapan. Lagipula dia sudah terlalu tua untuk menjadi sok misterius didepan remaja berusia 18 tahun.
Srug !!
Mendadak sebuah pisau menusuk punggung Kwangmin. Karena merasa di lecehkan oleh seorang remaja, ahjusshi itu menusuk punggung Kwangmin. Bagian yang terdekat dengan titik vitalnya.
Kwangmin segera menoleh dan wajahnya dengan cepat berubah menjadi garang dengan taring yang tumbuh memanjang dengan cepat melewati batas normal taring manusia. Matanya menyalang seperti mata kucing yang terkena sinar lampu.
Kwangmin segera menendang perut ajhusshi itu -karena ahjusshi itu menusuk tepat di belakang Kwangmin- sebelum ahjusshi itu sempat menusuknya lagi. Ahjhussi itu terpental lumayan jauh. Kwangmin membungkukkan badannya lalu berlari cepat menyerang ajhusshi itu.
Dan Youngmin ? Mengamati kondisi sekitar memastikan tidak ada cctv yang merekam aksi brutal adiknya mencakari ajhusshi itu. Matanya tidak menemukan satupun cctv disana, tapi ia menemukan bayangan hitam yang berdiri di atas tembok salah satu rumah.
Namja berbayang hitam itu melambai sekali pada Youngmin lalu lompat ke atap-atap rumah menjauh seperti ninja.
Youngmin segera sadar dan berlari menyusul Kwangmin yang masih mencakari namja itu.
"cukup kwang !!" Youngmin menahan tubuh adiknya lalu menjauhkannya dari ajhusshi yang sekarat itu. Kwangmin terus meronta supaya hyungnya mau melepaskannya.
"apa yang kau .."
"berhenti !!" Bentak Youngmin
Kwangmin langsung berhenti meronta, tetapi nafasnya masih memburu. Setelah nafasnya mulai tenang, perlahan-lahan tubuh Kwangmin melorot karena luka tusukannya makin terasa sakit. Syukur, ada Youngmin yang menahan tubuhnya.
"je..bal .. A ..nak ..." Ajhusshi yang masih sekarat itu berkata terbata, tangannya terulur seperti meminta tolong
"cih, menyedihkan." Youngmin meludahi ajhusshi itu lalu pandangannya beralih pada Kwangmin yang sudah melemas.
"apa kau masih bisa berdiri ?" Tanya Youngmin pada Kwangmin.
Kwangmin mengangguk lalu berusaha keras berdiri, walau hasilnya dia harus berdiri seperti orang mabuk. Youngmin menggendong tasnya di depan lalu berjongkok di depan Kwangmin dan menggendongnya.
"hyuungg~"
Kwangmin mengeratkan pelukannya pada Youngmin saat bulu-bulu halus dari ekor Youngmin menyelimuti luka tusuknya. Dalam waktu singkat jalanan sepi itu terlihat sedikit terang seperti mendapat cahaya dari lilin.
Flashback end
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Fox
FanfictionYoungmin dan Kwangmin, berusaha beradaptasi untuk hidup berdampingan dengan manusia. Menanti saatnya untuk hidup tenang tanpa berurusan dengan organisasi Shadow, pemburu para golden fox.