chapter 7. caper

348 80 1
                                    

Zee gak berhenti mencari perhatian Ferrel, baik di kantor atau di luar. Dia selalu berusaha keras buat mendekati Ferrel, meskipun usaha itu sering kali berujung sia-sia. Di kantor, Zee sering mampir ke ruang kerja Ferrel dengan alasan yang kadang dibuat-buat.

Suatu hari di kantor, Zee pura-pura butuh bantuan teknis.

“Ferrel, lo bisa bantuin gue gak? Komputer gue tiba-tiba ngehang nih,” kata Zee sambil senyum manis.

Ferrel menghela napas pelan, tapi tetap berdiri. “Oke, gue cek. Tapi gue cuma ada waktu sebentar, soalnya ada deadline nih.

”Ferrel mengikuti Zee ke ruangannya dan mulai mengecek komputer Zee. Ternyata gak ada masalah besar, cuma perlu restart.

Setelah selesai, Ferrel kembali ke ruangannya tanpa banyak bicara.Zee menatap punggung Ferrel dengan tatapan sedih.

Dia tahu Ferrel masih dingin, tapi dia gak mau nyerah.Di luar kantor, Zee juga gak ketinggalan mencari perhatian Ferrel.

Saat makan siang, dia sering sengaja duduk di dekat meja Ferrel dan Floran.

“Eh, Ferrel, Floran, gue boleh gabung gak?” tanya Zee suatu hari.Floran langsung senyum lebar.

“Boleh banget, Zee. Duduk sini.”Ferrel hanya angguk tanpa berkata apa-apa, terus fokus ke makanannya.

Zee mencoba membuka obrolan.“Ferrel, lo tau gak, minggu depan ada acara kumpul-kumpul alumni kampus kita. Lo dateng gak?” tanya Zee sambil berharap Ferrel bakal merespons lebih hangat.

Ferrel mengangkat bahu. “Gak tau, mungkin enggak. Sibuk banget sama kerjaan.”

Zee menghela napas dalam hati. Setiap usaha untuk mendekati Ferrel selalu berakhir dengan jawaban singkat dan cuek. Tapi dia gak mau menyerah begitu aja.

Sementara itu, Ferrel juga punya masalah lain yang bikin pikirannya terus-menerus kacau. Partner game misteriusnya, yang biasa dia panggil dengan nama in-game "Mystique" mulai jarang online dan ngechat. Ferrel merasa kehilangan dan rindu akan obrolan seru dan kerjasama mereka dalam game.

Di sela-sela kerja, Ferrel sering kali ngecek HP-nya, berharap ada pesan dari Mystique. Tapi setiap kali dia lihat, gak ada apa-apa. Ini bikin Ferrel tambah dingin sama Zee, karena pikirannya terus kepikiran tentang Mystic.

Suatu malam, Zee ngundang Ferrel dan Floran buat makan malam bareng. Floran yang antusias langsung ngajak Ferrel.

“Fer, Zee ngajak makan malam bareng. Ayo ikut lah, sekalian refreshing,” kata Floran.

Ferrel menggeleng. “Lo aja yang ikut, Flor. Gue ada urusan.”

Floran mengerutkan kening. “Urusan apaan, sih? Lo butuh refreshing juga, Fer.”

Ferrel tetap teguh. “Gue ada janji sama temen”Akhirnya, Floran pergi sendiri ke acara makan malam itu, sementara Ferrel tetap di rumah. Di rumah, Ferrel mencoba login ke game favoritnya, berharap Mystic bakal online.

Tapi lagi-lagi, Mystic gak muncul. Ferrel merasa kecewa dan kesepian.Di restoran, Zee dan Floran ngobrol sambil makan. Zee tampak sedih.

“Kenapa Ferrel gak mau dateng, Flor? Apa gue bikin salah?” tanya Zee dengan suara serak.

Floran menggeleng. “Bukan gitu, Zee. Ferrel emang lagi banyak pikiran. Lo sabar aja, dia pasti bakal luluh suatu hari.”

Zee mencoba tersenyum. “Gue harap begitu.”Hari-hari berikutnya, Zee tetap berusaha mencari perhatian Ferrel.

Dia sering mengirimkan pesan lucu atau meme ke Ferrel, berharap bisa membuatnya tertawa. Tapi setiap kali, Ferrel cuma membalas dengan emoji atau jawaban singkat.

Suatu siang di kantor, Zee ngumpulin keberanian untuk ngajak Ferrel ngobrol serius.

“Ferrel, bisa ngomong bentar gak? Di ruang meeting,” kata Zee.

Ferrel angguk dan mengikuti Zee ke ruang meeting. Setelah pintu tertutup, Zee langsung bicara.

“Ferrel, gue tau lo sibuk dan punya banyak pikiran. Tapi gue cuma mau bilang, gue serius sama perasaan gue ke lo, Gue gak tau harus gimana lagi buat nunjukin itu.”

Ferrel diam sejenak sebelum menjawab. “Zee, gue ngerti. Tapi gue... gue gak punya perasaan yang sama. Gue minta maaf.”

Zee menatap Ferrel dengan mata berkaca-kaca. “Kenapa, Ferrel? Apa yang salah dari gue?”

Ferrel menghela napas. “Gak ada yang salah dari lo, Zee. Masalahnya ada di gue. Gue masih kepikiran orang lain.”

Zee terdiam. Dia tahu siapa yang dimaksud Ferrel, meskipun gak tahu identitas aslinya.

Setelah percakapan itu, Zee makin jarang mencoba mendekati Ferrel secara langsung. Dia memilih untuk fokus ke pekerjaannya dan berharap waktu bisa membantu menyembuhkan luka hatinya. Ferrel, di sisi lain, tetap berharap bisa kembali terhubung dengan Mystique, partner game misteriusnya yang selalu ada di pikirannya.

Sorry guys gua jarang up sekarang² soalnya sibuk bikin proposal skripsi, jadi gua sempetin up kalu luang oke, jangan lupa vote dan komen ya ...

The pursuit of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang