chapter 25. masih berkecamuk

259 59 5
                                    

Di sisi lain, di kantor pusat perusahaan pengembangan game tempat Zee dan Floran bekerja, bos mereka, Nabilah, memutuskan untuk mengambil langkah cepat. Karena ada kekurangan staf di kantor cabang yang terletak di daerah kecil, dia memerintahkan Zee dan Floran untuk pindah sementara ke sana demi mempercepat produksi game terbaru mereka yang akan segera dirilis, "Summertime Saga: The Fight."

Zee dan Floran tidak punya pilihan selain mematuhi perintah itu. Dengan perasaan campur aduk, mereka bersiap untuk perjalanan panjang ke daerah yang jauh dari keramaian kota. "Aku tidak menyangka kita harus pindah secepat ini," kata Zee, duduk di dalam mobil kantor yang dikemudikan Floran.

"Ya, aku juga tidak mengira. Tapi kurasa ini kesempatan bagus untuk kita," jawab Floran sambil fokus mengemudi. "Lagipula, perubahan suasana mungkin akan membawa angin segar. Siapa tahu, kita bisa lebih fokus di sana."

Zee hanya mengangguk, tatapannya menerawang keluar jendela, pikirannya melayang ke Ferrel yang sudah lama ia tidak jumpai. Perjalanan itu terasa panjang, dan dalam diam mereka berdua terjebak dalam pikiran masing-masing.

Sementara itu, di kampung halaman Ferrel, pagi itu ia memutuskan untuk mengambil cuti dari pekerjaannya di perusahaan pengembang game kecil tempat ia bekerja. Hari ini, dia akan merawat Fiony sepenuhnya, memastikan gadis itu mendapatkan perhatian yang dia butuhkan. Keadaan Fiony memang mulai membaik. Perlahan tapi pasti, senyum yang dulu sering menghiasi wajah Fiony kini mulai kembali.

Sore itu, mereka duduk berdua di tepi kasur, menikmati momen tenang bersama. Kepala Fiony bersandar manja di bahu Ferrel, sementara Ferrel dengan sabar mengupas buah-buahan untuk mereka makan bersama. Jendela kamar terbuka, memperlihatkan pemandangan desa yang menenangkan, dengan sinar matahari sore yang hangat menyelimuti ruangan.

"Ferrel, kamu tahu nggak," kata Fiony pelan, sambil memutar sepotong apel di tangannya. "Aku pernah berpikir bahwa hidup ini hanya akan penuh dengan kekecewaan. Tapi sekarang... aku merasa sedikit lebih baik. Mungkin karena kamu."

Ferrel tersenyum kecil, tapi matanya tidak bisa menyembunyikan perasaan bersalah. "Aku senang kalau kehadiranku bisa membuatmu merasa lebih baik, Fiony. Aku hanya ingin kamu bahagia, apapun yang terjadi."

Fiony menatap Ferrel dengan tatapan lembut. "Kamu terlalu baik, Ferrel. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi kalau kamu tidak ada di sini."

Ferrel menghela napas, berusaha mencari kata-kata yang tepat. "Aku hanya melakukan apa yang harus kulakukan, Fiony. Kamu berharga, dan aku nggak ingin melihatmu terluka lagi."

Mereka terdiam sejenak, hanya mendengarkan suara burung-burung kecil di luar jendela. Ferrel mengambil sepotong jeruk, menyuapkannya ke mulut Fiony dengan senyum hangat.

"Aku selalu suka jeruk," gumam Fiony sambil mengunyah perlahan. "Manis dan asam, tapi segar. Seperti kamu, Ferrel."

Ferrel tertawa kecil, mencoba mengalihkan perasaannya yang campur aduk. "Itu pujian yang aneh, Fiony. Tapi aku terima."

Fiony tertawa pelan, lalu mengeratkan kepalanya di bahu Ferrel. "Makasih, Ferrel, karena udah mau ada di sini buat aku. Aku nggak tahu bagaimana caranya aku bisa balas kebaikanmu."

Ferrel menggenggam tangan Fiony, memberikan sedikit tekanan lembut. "Kamu nggak perlu balas apa-apa, Fiony. Aku cuma ingin lihat kamu bahagia lagi. Itu sudah cukup buatku."

Mereka berdua kembali terdiam, menikmati kebersamaan yang tenang. Tapi di hati Ferrel, ada perasaan yang terus mengganjal. Ia tahu, keputusannya untuk menolak perasaan Fiony dan tetap berada di sampingnya bisa membawa kebahagiaan sementara. Namun, ia juga sadar bahwa ada bagian dari hatinya yang masih belum sepenuhnya move on dari Zee.

Tapi saat ini, yang bisa ia lakukan hanyalah merawat Fiony, memastikan bahwa gadis itu tidak merasa sendirian. Dan mungkin, suatu hari nanti, ia akan menemukan jawabannya sendiri.

The pursuit of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang