5. Pesta bertemu

30 3 0
                                    

"Apa dia ditakdirkan hanya untuk menjadi bayangan?"
.
.
.
.
👑👑

R

encananya berjalan dengan baik. Dua Minggu ini dia bebas. Walau monoton berada didalam kamar terus.

Sekarang dia bebas. Gadis itu mengatakan dia sudah bebas.

Seperti rencana awal. Dia akan mencari kontrakan, dengan menjual perhiasannya. Lalu mencari kerja.

Dia sudah mendapatkan kontrak. Malam ini dia akan pergi.

Ada acara perpisahan dari sekolah lamanya. Dia ingin sekali melihat. Atau sedikit mencicipi jajanan masa kecilnya.

Dia tidak mengira sekolah nya dulu yang sederhana kini berubah megah. Sekolah dasar elit. Banyak sekali gedung.

Kini pun nampak ramai sekali. Katanya acara ini mengundang artis besar. Juga orang yang paling dihormati.

Ia membeli beberapa jajanan yang dijual diluar gedung. Setelah itu masuk kedalam.

Ramai, panggung besar dengan lampu megah. Dia terpanah. Dulu perpisahannya tidak seperti ini.

Yah, itu 6 tahun lalu. Tapi cukup gila perubahannya.

Arti besar naik. Mereka nampak melakukan tanya jawab. Sesaat dia menggerutu karena harus merasakan ingin buang air kecil.

Sungguh, waktu yang tidak pas!

Dengan kesal dia meninggal aula. Keluar mencari toilet. Ternyata gedung lama sekolahnya masih ada. Lorongnya pun membuat dia bernostalgia.

Bahkan dia melewati satu kelasnya dulu. Dia tersenyum melihat pintu hijau yang tertutup itu. Kenangan dulu begitu dia ingat.

Masa anak-anak yang cerita. Bermain tanpa harus takut perbedaan. Ia ingat sekali satu lelaki yang dia kagumi.

Membuat pipinya bersemu. Bertanya apa kabar anak itu? Pasti dia tumbuh menjadi anak tampan.

Luapkan itu, dia semakin terdensak. Segera berjalan mencari toilet. Ia heran sesaat karena bagian ini sepi.

Akan tetapi menjawab segera. Dia ingat, bagaian ini selalu sepi. Apalagi saat malam. Berbeda karena semua orang berkumpul didepan.

Ia takut, tapi segera hilang melihat dua orang gadis.

Matanya melihat dua pintu toilet. Sungguh, dia terkejut. Mengapa sekolah bagai dua dunia?

Di depan begitu bagus. Tapi, toilet ini buruk sekali. Pintunya bahkan hanya setengah. Lalu bagaimana dia buang air? Dia malu dilihat.

Dua gadis itu nampak menatapnya sebentar, lalu berbincang. Mereka mengantri pada satu toilet yang terdapat orang. Sesaat dia melihat dia laki-laki.

Huh. Mereka mesum sekali.

Ia bimbang, apa harus menunggu mereka semua. Atau masuk ke dalam kamar mandi satunya yang nampak lebih parah.

"Katanya yang sebelah itu angker. Aku enggak mau. Nunggu gini aja, tapi jangan tinggalin aku ya?"

"Iya tenang aja. Aku juga takut."

Terdengar keduanya berbincang. Membuat dirinya berubah pikiran. Semakin bimbang.

Hingga seorang lelaki datang. Kedua gadis itu langsung diam. Lalu menunduk kecil. Ia heran, menatap lelaki itu bingung.

Namun sesaat, seolah ada harapan. Dia tidak tau siapa sosok itu. Akan tetapi hatinya mengatakan dia kenal dengannya.

Sosok itu masuk ke dalam toilet lain. Dia masih berdiri ditempat. Agaknya menimang, apa dia meminta tolong saja pada orang itu? Untuk menunggunya.

Kedua gadis itu nampak diam. Tak lagi berbincang.

Hingga lelaki dalam toilet keluar. Namun dia malah terkejut ditatap dengan tajam. Seolah menyimpan dendam. Ayolah, dia tidak kenal. Abaikan saja dia ini.


Kedua gadis itu tak berani berbuat lebih. Salah satu nampak masuk kedalam. Dengan satu lain berjaga didepan pintu.

Filia masih berdiri disana. Menatap sosok yang kini menatapnya tajam. Auranya begitu menekan. Kebencian yang begitu dalam.

Ada apa dengannya?

Dia sedikit takut. Tapi setelah itu heran, lelaki itu nampak menurunkan pandangannya. Memalingkan wajah setelah itu.

Merasakan kehadiran orang dibelakangnya ia menoleh. Terkejut melihat lelaki yang seolah dia kenali berdiri menatap tenang.

Wajahnya sangat tampan. Tubuhnya bahkan ideal. Rambutnya legam lurus dengan poni membelah tengah.

Tidak ada suara. Anehnya dia mengerti tatapan lelaki itu.

Dia seolah mengakan, "pergilah, aku akan menjaga mu."

Tanpa bicara dia segera masuk ke dalam toilet. Awalnya sedikit ragu. Namun lupakan itu. Dia mencari celah yang begitu menutup.

Setelah puas. Dia segera keluar.

Namun dia hanya menemukan lelaki itu yang masih berdiri ditempatnya. Membelakanginya dirinya. Tidak ada lelaki yang ingin membunuhnya atau kedua gadis itu.

Dia bingung harus bagaimana. Berterimakasih tapi lelaki itu melangkah pergi. Dia pun mengikuti tanpa sadar.

Sekolah ini begitu luas dan semakin bagus. Bahkan langkahnya sampai pada lorong dengan interior ala kerajaan.

Banyak sekali kamar. Ini seperti hotel. Mungkin memang sebelah sekolah adalah hotel. Sebagai tempat menginap artis yang disewa.

Ia tidak sadar terus mengikuti sosok itu. Entah apa yang ada dipikirannya. Dia begitu percaya dengan sosoknya.

Hingga sosok itu berhenti pada satu pintu. Dia nampak berdiri disana. Menanti dia mendekat.

Dengan penasaran dia mendekat. Menatap lebih tanya.

Sosok itu lalu membuka pintu. Mempersilahkan dia masuk.

Kamar yang mewah, itu yang dia pikirkan saat melihat pertama kali. Namun heran melihat dua ranjang besar dengan kelambu yang menutupi.

Ia lebih heran mendengar suara tangis. Anak bayi.

Sosok itu mendekat asal suara. Membuka kelambu, lalu mengendong seorang bayi cantik. Ia heran melihatnya.

Filia pun melangkah pada kelambu lain. Melihat ada bayi lelaki yang sesuai. Tengah duduk dengan tenang menatapnya diam. Wajahnya mirip sekali sosok itu.

Lelaki itu mendekat, penyerahan bayi itu. Ia pun menerima dengan heran.

"Eh, anak siapa ini?" Tanyanya bingung. Bayi itu diam dalam gendongannya setelah dia timang.

Ia lalu duduk ditepi ranjang. Menepuk pantat bayi itu dengan kebingungan. Lalu menatap lelaki itu yang mengendong bayi lelaki lain.

"Anak kita."

Jangan tanyakan reaksi nya. Wajahnya memucat, bahkan tubuhnya bak patung. Jantungnya pun berdegup dengan kencang.

Ia menatap bayi dalam gendongannya kaku. Anak itu menatapnya dalam. Mata nya berbeda.

"Dia haus, susui dia."

Gila!

Kapan dia hamil ha?

Dia bahkan belum menikah!

Apalagi melakukan kegiatan membuat anak!

"Istirahat lah disini, tunggu aku kembali. Mereka akan menjaga mu."

Otaknya blank. Tak tau lagi.

Namun dia seolah terhipnotis. Dengan pelan dia membuka setengah baju. Ingin memberikan asi.

Akan tetapi seolah ada bisikan.

Sadarlah!

Filia sadar!

Dia bukan anak mu!

Semuanya gelap.


.
.
.
.

Prince? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang