"Kamu hanya anak menyusahkan, arumiya!"Raga kecil itu tetap diam, ia bahkan tak mampu untuk mengembalikan kesadarannya. Apa dirinya memang hanya anak yang menyusahkan dan tak berguna? Kenapa kakaknya tak pernah mengatakan itu padanya?
"Itulah sebabnya ibumu meninggalkan dunia!"
Ibu...
Apa benar, ibu?
Kepercayaan itu telah hilang, ibu yang ia sayang sebelum benar-benar meninggalkannya tak pernah mengatakan itu. Apa ibunya sengaja tak mengatakan bahwa dirinya hanya anak menyusahkan agar tak ingin membuat dirinya terluka atau sakit hati? Tapi, kenapa harus begitu? Dirinya hanya anak kecil yang nggak tau apa-apa dan dipaksa dewasa oleh keadaan.
Tubuh kecilnya tak beranjak sama sekali dari lantai dingin ruang tamu yang sudah gelap karena hari sudah malam, dimana kakaknya? Apa kakaknya lelah dengan sikapnya? Apa Rama meninggalkan dirinya juga di gelap dan dinginnya malam ini?
Arum hanya selalu merasa dirinya hebat dihadapan Tuhan dan seluruh keluarganya, arum tau bahwa dirinya tak sekuat sang kakak yang bisa menahan emosional dan perasaannya. Tapi apa daya? Ia hanya ingin keluarga yang ibu dan ayahnya bangun kembali berdiri lagi, bukan hancur seperti ini.
Sekarang tak ada lagi rumah untuk dirinya berteduh didalamnya, semua sudah hancur. Arum tau setelah ini pasti sang kakak juga akan membencinya, berawal dari kepergian sang ibu, ia tau bahwa rama pasti sangat berat menanggung semua keluhan yang ia timpa ke pundak sang kakak.
Sekarang kemana lagi dirinya akan mencari kasih sayang? Untuk kesekian kalinya dirinya kembali merasakan yang namanya kehilangan, kesadarannya kembali, arum tak bisa menahan air matanya lagi saat seseorang memberikan kehangatan yang ia butuhkan itu.
Ia salah, orang yang merengkuh nya tak pernah membencinya, karena ia tau sang kakak nggak mungkin membencinya.
Rama, bocah itu datang dengan wajah panik saat tak menemukan sang adik dikamar dan dibuat terkejut melihat arum yang hanya melamun dilantai dingin ruang tamu dengan kondisi rumah yang gelap. Rama tau adiknya pasti berpikir yang tidak-tidak dan membuat anak itu tak mempunyai sinar lagi dimatanya.
Ia rengkuh badan mungil adiknya yang berakibat sang adik kembali sadar dan langsung menumpahkan seluruh air mata yang dia tahan dari tadi.
"Jangan memikirkan hal bodoh seperti itu, kakak akan tetap disamping arum.. Karena dari awal, kakaklah rumah ternyaman arum, pulanglah ke pelukan kakak jika arum merasa semua perjuangan arum selesai, karena kakak-lah orang itu, yang senantiasa memberikan semua kasih sayang yang kakak punya kepada kamu"
Hujan serta dinginnya angin malam tak membuat pelukan kakak beradik itu goyah sedikit pun.
Karena mereka mempunyai kebahagiaan diantara kebencian mengelilingi dua anak itu, rama yang senantiasa menyayangi adiknya dan arum yang akan memberikan semangat pada kakaknya. Sikap saling memahami itulah yang membuat arum tak bisa untuk jauh dari jangkauan sang kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUM | On going
General Fiction𝕿𝖚𝖑𝖎𝖕: Arum yang masih terlalu kecil harus dipaksa dewasa oleh keadaan, kehidupan yang berubah saat perginya sang ibu membuat dirinya menjadi pribadi yang sering merasa ketakutan dengan yang namanya kehilangan. Arum awalnya masih punya alasan...