"KAKAK!"Seorang anak lelaki menoleh dan mendapati anak perempuan yang lebih muda darinya berlari menuju kearahnya.
"Jangan lari, arum" Rama, bocah berusia 15 tahun itu memperingati adiknya agar tak terlalu terburu-buru, ia hampir saja meninggalkan adik kecilnya yang ia tau memiliki sifat pelupa seperti dirinya.
Arum mengerucutkan bibirnya. "Kakak tega tinggalin arum disana" Kesalnya sambil kaki yang mencak-mencak.
Rama hanya terkekeh dan berjongkok menyamai tinggi adiknya yang sekarang berusia 11 tahun, Arum, bocah yang tak bisa jika ditinggal oleh kakaknya walau hanya satu detik saja. Arum rela mengikuti kakaknya kemana saja yang penting dirinya bisa disamping sang kakak tanpa terpisah seinci pun.
Kadang Rama dibuat jengkel sama kelakuan aneh adiknya yang terus mengikutinya, bukan tak senang. Ia hanya tak mau adiknya mengikuti jejak dirinya jika ia tak sengaja melakukan kesalahan dan menjadi bahan peniruan buat arum. Rama pernah memperingati adik satu-satunya ini untuk jangan terus-menerus bergantung padanya, adiknya harus bisa mandiri agar jika besar nanti ia tak akan bergantung padanya lagi.
Arum harus bisa mengikuti jalur takdir bahkan jalur masa depannya sendiri tanpa ada dirinya disamping anak itu.
Tapi, bukan arum jika tidak keras kepala. Entah sudah berapa kali dirinya memberi adiknya nasihat tapi hanya di anggap angin lalu oleh dia, ia bahkan sampai menyerah menasehati anak itu. Biarlah arum sendiri yang sadar jika sudah beranjak dewasa nanti.
"Habis ini mau ikut kakak?"
"Kemana?"
"Ke makam ibu"
Inilah yang buat arum tak ingin jauh dari kakaknya, ia hanya takut. Takut merasakan kehilangan untuk kesekian kalinya, setelah ibu yang ninggalin mereka dan disusul dengan kedatangan seseorang yang buat mereka lagi dan lagi kehilangan sosok ayah membuat arum menjadi takut dan tak ingin merasakan yang namanya kehilangan lagi.
"Hari ini.. Hari dimana ibu ninggalin kita ya kak?"
Rama tau bahwa adiknya sangat takut dengan yang namanya kehilangan, di umur mereka yang bahkan belum menginjak remaja harus di paksa dewasa oleh keadaan. Ayah yang seharusnya bisa membuat kedua anak itu bahagia ternyata sebaliknya, karena ayah yang mereka kenal bukan lagi ayah yang menyayangi mereka seperti dulu.
Semua berubah saat kehadiran sosok pengganti ibu dihati ayah, arum sangat membenci orang yang berani menggantikan ibu mereka. Kadang Rama yang menerima imbasnya saat adiknya yang membantah perkataan ibu tiri mereka, rama hanya tak ingin wanita yang memiliki status ibu pengganti melukai adiknya.
"Ayah, Kira-kira ke makam ibu nggak ya?"
Pertanyaan itu membuat rama terdiam, setelah satu tahun ibu meninggalkan mereka, salah satu dari saudara itu tak pernah lagi melihat ayahnya berkunjung ke tempat terakhir ibu mereka. Rama mengangguk, dan mengelus lembut rambut hitam tebal adiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUM | On going
Ficción General𝕿𝖚𝖑𝖎𝖕: Arum yang masih terlalu kecil harus dipaksa dewasa oleh keadaan, kehidupan yang berubah saat perginya sang ibu membuat dirinya menjadi pribadi yang sering merasa ketakutan dengan yang namanya kehilangan. Arum awalnya masih punya alasan...