"Kasih sayang itu, sudah tak ada lagi.. "
.
.
..・✫・゜・。.
Arum terbangun dengan wajah yang panik, sekarang jam menunjukkan pukul tujuh lebih, ia terlambat ke sekolah.
Rumah sepi meninggalkan arum sendiri, dirinya tak ada waktu untuk memikirkan hal lain.Arum segera memakai sepatunya dan berlari keluar rumah, ia kembali celingukan melihat tak ada satupun bis bahkan angkot yang lewat. Tak ada pilihan lain, ia segera berlari sekencang mungkin berharap tak tertinggal pelajaran.
Saat sampai sekolah, kakinya terasa kebas dan lemas karena ia belum makan sama sekali di tambah jarak antara rumah dan sekolahnya bisa terbilang jauh. Ia menatap gerbang yang sudah tertutup dari 15 menit yang lalu, terlihat pak satpam yang bangkit dan berjalan kearahnya.
"Jam berapa ini? Kenapa bisa telat?"
Arum di buat gelagapan, nafasnya masih tak beraturan karena berlari tanpa berhenti sedikitpun. Ia menarik nafas dan menghembuskannya perlahan menetralkan jantungnya.
"Maaf pak, saya telat bangun. Tolong perbolehin saya masuk, sekarang ada ulangan."
"Udah tau ada ulangan kok bisa telat? Apa orang tua kamu nggak ngebangunin kamu?." Tenggorokan arum tercekat, ia terdiam.
Benar, ia baru ingat, dimana sang kakak?
Apa rama sengaja membiarkan dirinya seperti ini? Ia baru ingat, tak ada siapapun dirumah itu yang artinya sang kakak sudah berangkat ke sekolah beserta keluarganya yang sudah berangkat ke kegiatan masing-masing.
Itu berarti kejadian kemarin malam emang benar adanya? Kakaknya benar-benar telah berubah.
Arum kembali tersadar saat pak satpam menyentuh bahunya, bisa arum lihat pak satpam yang memandang dirinya dengan pandangan bingung.
"Maaf pak, mungkin keluarga saya lupa bangunin jadinya telat deh." Balas arum diiringi tawa kecil di akhir kalimat, tak ingin membuat pria paruh baya didepannya semakin penasaran.
Jeki, pak satpam yang menegurnya terlihat semakin mengerutkan alisnya bingung. Ia merasa kurang dengan jawaban yang diberikan oleh anak perempuan di hadapannya, apa yang dimaksud lupa? Setiap orang tua kan punya kewajiban buat anak-anaknya, ngebangunin untuk pergi kesekolah aja lupa, gimana dengan kedepannya?
"Arumiya!"
Pak jeki sedikit terkejut dan segera membungkuk saat mengetahui guru bk yang memanggil anak perempuan dihadapannya.
Berbeda dengan arum, ia menunduk dalam dengan jantung yang berdebar, guru yang bergelar menjadi guru bk itu menuju kearahnya dan sekarang sudah dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARUM | On going
Ficção Geral𝕿𝖚𝖑𝖎𝖕: Arum yang masih terlalu kecil harus dipaksa dewasa oleh keadaan, kehidupan yang berubah saat perginya sang ibu membuat dirinya menjadi pribadi yang sering merasa ketakutan dengan yang namanya kehilangan. Arum awalnya masih punya alasan...