Ketika Casaen masih kecil, dia sangat berharap jika ibunya akan merayakan ulangtahunnya. Casaen terus memintanya pada sang ibu, hanya saja hal seperti itu akan terus menjadi angan-angan dalam hidupnya.
Silvi tidak pernah mengabulkan hal sesederhana itu, dengan sebuah alasan yang mulia raja tidak mengizinkannya. Lagi-lagi Casaen mendapatkan sebuah pengecualian dari ayahnya sendiri. Di saat Aldan diberikan apa saja, maka Casaen justru di batasi kebahagiaannya.
Ibunya tidak akan peduli pada apapun, dia hanya peduli pada sebuah tujuannya. Bisa menjadikan Casaen menjadi putra mahkota, dan menjadi seorang raja di masa depan.
"Namamu itu yang memberikannya adalah yang mulia. Hal seperti itu sudah menjadi bukti, bahwa kau sempat di akui sebagai anaknya. Bagaimanapun kau putra pertama, kau harus bisa menjadi seorang raja," ucap Silvi yang terus mengatakan hal sememuakan itu.
"Aku tidak bisa memenuhi harapan ibu," setelah Silvi keluar dari kamarnya. Casaen justru berkata demikian.
Bukan karena dia tidak berani mengatakannya langsung di depan ibunya sendiri. Hanya saja, dia tahu. Akan ada banyak perdebatan jika Casaen mengatakannya, sama saja Casaen mencari masalah.
Keinginan ibunya untuk membuatnya menjadi seorang raja itu terlalu berlebihan. Di masa depan Casaen tidak akan benar-benar di hormati. Orang-orang pasti akan membicarakannya di belakang, mengenai asal usulnya.
Apalagi jika Aldan masih hidup, mereka pasti akan memperdebatkannya. Casaen mana mungkin bisa mengambil kedudukan adiknya itu, karena dia menyayanginya lebih dari apapun.
Besok merupakan ulangtahun Aldan yang ke 17 tahun. Dia akan menjadi seorang pemuda yang bijaksana, karena di masa depan Aldan lah yang akan menjadi raja menggantikan ayahnya. Sementara Casaen akan selalu bersedia melindunginya dari belakang.
"Count, anda di undang ke ulangtahun putra mahkota. Undangan ini berikan langsung oleh ratu," ucap seorang maid sambil memberikan undangan tersebut pada Casaen.
Casaen merasa senang mendapatkan undangan tersebut. Dia akan menghabiskan banyak waktunya di sana untuk bersenang-senang. Tanpa perlu memikirkan segala tuntutan dari ibunya, agar dia bisa menjadi seorang raja.
Bagi Casaen hidup dalam kesederhanaan itu merupakan ketenangan. Dia tidak pernah tergila-gila akan jabatan. Di berikan gelar count, dan merupakan bagian dari bangsawan saja sudah cukup baginya.
"Tolong panggilkan penjahit ke sini, aku akan memesan baju baru lagi," perintah Casaen yang tersenyum saat melihat isi undangan tersebut.
Ternyata undangan itu memang diperuntukkan padanya, ratu benar-benar mengundangnya secara khusus. Di sana tertuliskan bahwa ratu menunggunya, anak pertama dari raja yang merupakan anaknya juga.
Violin memang seorang ratu yang baik hati, dia memperlakukan orang-orang disekitarnya sama. Tidak pernah memandang mereka rendah, dan bertutur katakanya lemah lembut.
Sifatnya bertolak belakang dengan raja, dan Casaen mengetahuinya dengan baik. Maka dari itu, dia tidak pernah menyapa ayahnya terlebih dulu jika tidak ada kepentingan. Casaen kehilangan rasa hormatnya, karena sang raja yang merupakan ayahnya. Tidak mau mengakuinya sebagai seorang putra.
Casaen tidak apa-apa jika dia tidak di jadikan seorang putra mahkota. Tapi, dia tidak terima jika kenyataan bahwa dia anak dari raja tidak di akui. Maka Casaen beranggapan itu perihal kejahatan. Dan nyatanya hal itu dilakukan oleh ayahnya sendiri.
Bagaimana bisa seorang raja seperti Carel di hormati. Dia bahkan tidak pantas untuk dijadikan panutan. Hanya saja tidak semua orang tahu sifat aslinya. Para rakyatnya, bawahannya bahkan selirnya pun menganggapnya sebagai orang yang sangat baik. Dia memerankan perannya dengan sempurna. Sementara kenyataannya tidak seperti itu sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Ibu [✓]
Teen FictionCasaen terlahir dari seorang selir, dia tidak di anggap sebagai anak dari raja. Tidak peduli jika dia merupakan anak kandungnya sendiri, jika dia bukan putra mahkota maka dia tidak akan mendapatkan kehormatan. Dia merupakan anak haram, anak dari wan...