Menjadi seorang count yang tidak memiliki wilayah satupun sebenarnya sebuah penghinaan. Apalagi jika gelar bangsawan itu diberikan langsung oleh raja. Casaen menjadi seorang count karena ayahnya yang memberikan gelar tersebut, akan tetapi Casaen tidak menyangka. Bahwa dia tidak memiliki wilayah sama sekali.
Sebuah penghinaan yang diberikan langsung oleh raja, Casaen pun sudah sering mendengar penghinaan di mana-mana. Memang anak haram sepertinya tidak akan mendapatkan perlakuan baik.
Meskipun dia juga anak kandung dari raja, tetap saja dia dilahirkan atas dasar memuaskan napsu satu sama lain. Casaen tidak suka di panggil anak haram, karena dia tidak menganggap dirinya seperti itu.
"Wah sudah lama kita tidak bertemu, Casaen. Bagaimana kabarmu? Aku dengar adikmu itu sudah menjadi putra mahkota. Kau kapan akan menyainginya? Padahal kau anak pertama," kata Randel teman sekelasnya dulu saat di akademi.
Sampai sekarang Randel masih memberikan perlakuan buruk padanya. Dia juga tidak segan-segan menghinanya di tengah umum seperti ini.
Casaen hanya tidak ingin berdebat, dia benci pertengkaran. Lagian dia sengaja pergi bersama Dankel untuk bersenang-senang, bukan malah terlibat dalam suatu permasalahan. Hal seperti ini sudah sering terjadi, maka Casaen pastikan bahwa dia baik-baik saja.
"Oh dia anak haramnya raja ya," ucap salah satu temannya Randel.
Sambil mengepalkan tangannya, Casaen berusaha untuk menahan diri. Dia benar-benar tidak ingin berkelahi sekarang. Tapi kenapa dia harus terlibat dalam hal seperti ini sekarang. Padahal dia berkeinginan untuk membuat Dankel bersenang-senang.
"Bisa kau tidak menghina Casaen? Dia juga seorang count. Jadi jangan seenaknya mengatakan hal seperti itu. Kau malah membuat dirimu terlihat rendah," sahut Dankel yang justru tidak terima akan hal itu.
Casaen pun langsung meraih tangan Dankel, dan membawanya pergi bersamanya untuk menjauh. Mereka tidak mungkin mengalah, mereka hanya suka mengatakan hal-hal yang tidak berguna. Namun perkataannya itu tetap menyakitkan.
Hanya karena Casaen merupakan anak dari selir, dia mendapatkan banyaknya hinaan. Tidak peduli jika dia seorang count, lagian apa yang perlu di banggakannya. Jika menjadi bangsawan saja dia tidak memiliki apapun untuk dibanggakan.
"Kenapa kau tidak membungkam mulutnya. Kau bisa saja meninju mulutnya itu, kenapa dia harus mengatakan hal yang tidak perlu dikatakannya," ucap Dankel yang masih saja kesal.
"Jangan marah, mereka juga mengatakan kebenaran."
Dankel justru lebih terkejut saat Casaen mengatakan hal demikian dengan mudahnya. Mana mungkin dia tidak terluka, dia pasti sempat terluka karena di katai sebagai anak haram.
Di sini ibunya lah yang seorang selir, si wanita simpanan raja. Hanya saja Casaen yang mendapatkan penghinaan di mana-mana. Dan penghinaan itu sering dilakukan saat Casaen berada di luar.
"Tapi mereka tidak harus mengatakannya."
"Aku baik-baik saja, tenanglah ini bukan hal yang perlu dipikirkan," kata Casaen berusaha untuk menyakinkan Dankel.
Meskipun kenyataannya dia sangat terluka, dadanya sesak sekali karena menahan tangis. Tapi dia harus tetap berusaha untuk kuat, Dankel tidak perlu melihat sisi lemahnya. Karena dia sebenarnya sangat lemah sekali, Casaen tidak ingin teman baiknya itu melihat kelemahannya.
"Biasanya seorang bangsawan yang memiliki gelar count, akan di hormati dengan sangat hormat sekali. Aku kasihan padamu Casaen, aku akan membantumu untuk mendapatkan pengakuan dari orang-orang. Karena bagaimanapun kau tetaplah seorang count," sambung Dankel yang matanya berbinar-binar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan Ibu [✓]
Teen FictionCasaen terlahir dari seorang selir, dia tidak di anggap sebagai anak dari raja. Tidak peduli jika dia merupakan anak kandungnya sendiri, jika dia bukan putra mahkota maka dia tidak akan mendapatkan kehormatan. Dia merupakan anak haram, anak dari wan...