SELAMAT DATANG
Di
THE INHERITORS
Part 3
.
.
.
.HAPPY READING
..
Pagi-pagi sekali Sean dan Jendral sudah siap dengan setelan kantor mereka. Keduanya tengah duduk di ruang tengah sembari menikmati roti dan juga susu sebagai sarapan mereka pagi ini.
Tidak hanya sarapan, kedua CEO itu juga sibuk dengan gawainya masing-masing. Sean sibuk telfonan dengan salah satu rekan bisnisnya, sementara Jendral sibuk membaca beberapa laporan dari layar ponselnya.
"Sibuk amat sih pagi-pagi." komentar Juna yang baru saja turun dari lantai atas.
Kedua sepupunya itu menoleh bersamaan. Ekspresi keduanya yang datar ditambah dengan tatapan sinis mereka membuat Juna ingin tertawa melihatnya. Keduanya sama-sama protes lewat tatapan mereka kalau saat ini mereka sedang tidak ingin mendengar komentar apapun darinya.
Tidak ingin mengganggu, Juna langsung melenggang pergi menuju dapur. Ia ingin membuat sarapannya sendiri pagi ini. Walaupun para pelayan di rumah itu sudah menawarkan diri untuk membuatkan namun dengan sopan Juna menolak. Ia sedang ingin membuatnya dengan tangannya sendiri. Toh yang ia buat juga bukan makanan yang sulit. Hanya roti panggang dan juga segelas susu coklat hangat.
"Jadi ke Banjarmasin, mas?" tanya Jendral saat melihat Sean selesai dengan telfonnya.
"Engga. Di handle sama yang lain." jawab Sean.
"Kamu sendiri, jadi ke Jogja?" tanyanya kemudian. Ia tahu kalau Jendral ada jadwal meeting di Jogja sampai lusa. Karena Aditama Corp ada proyek rumah sakit yang baru di daerah Jogja.
"Engga juga. Udah aku alihin ke Pak Dandi, karena dia yang dari awal ngurus proyek ini." jelas Jendral.
"Tapi soal masalah tiga direktur cabang itu gimana? Jadi lo kasusin Jen?" tiba-tiba Juna nimbrung dari arah dapur.
Pria tampan itu langsung mengambil tempat di samping Jendral dan mulai memakan roti panggangnya sembari mendengar jawaban dari adik sepupunya itu.
"Jadi. Udah di proses juga. Beberapa mafia tanah yang kemungkinan terlibat juga udah mulai di periksa."
"Mafia tanah? Emang itu aliran dana di proyek lo yang mana?"
"Yang di Jember sama Surabaya. Ternyata ada satu orang mafia tanah yang ikut terlibat. Karena ternyata dia ada andil di pembebasan tanah yang di Surabaya waktu itu."
Juna nampak berfikir sejenak. "Taufik Hartono maksud lo?"
Jendral dan Sean kompak menoleh bersamaan. Mereka tidak mengira kalau Juna bisa tahu soal pria itu.
"Tau dari mana lo?"
"Dia udah terkenal juga kok di kalangan artis. Waktu itu ada salah satu temen gue yang kena kasus sengketa tanah. Ada beberapa surat jual beli dan transaksinya itu banyak yang bocor. Dan si Taufik itu makelar sekaligus mafianya waktu itu. Udah banyak juga kok korban dia di kalangan artis juga."
Mendengar hal itu Jendral dan Sean cukup terkejut. Ternyata target mafia itu bukan cuma dari kalangan pengusaha dan pejabat. Publik figur pun bisa jadi korbannya juga.