SELAMAT DATANG
Di
THE INHERITORS
Part 4
.
.
.
.HAPPY READING
..
"Permisi," ucap Laura saat memasuki ruang kerja Jendral.
Jendral dan juga Marsya yang tengah duduk di sofa pun dengan kompak menoleh ke arah gadis itu.
"Ada apa ya, Jendral ngga ada manggil kamu." tanya Marsya.
Wanita itu terlihat tidak suka melihat kehadiran Laura di sana.
"Maaf, saya hanya ingin memberikan laporan yang diminta pak Jendral pagi tadi." jawab Laura.
Gadis itu kemudian memberikan berkas laporannya pada Jendral dan diterima baik oleh pria itu.
"Terus ngapain masih di sini? Udah kan?" tanya Marsya setengah menyindir saat Laura masih berdiri di tempatnya.
Jendral yang awalnya tak peduli mulai mengarahkan pandangannya pada wanita itu.
Dan di tempatnya, Laura pun hanya bisa tersenyum tipis. Dalam hati ia merasa cukup puas bisa membuat wanita itu terusik dan kesal karena kehadirannya.
"Baik. Kalau begitu saya permisi." pamit Laura kemudian.
"Duduk!" ucap Jendral. Pria itu tiba-tiba memberi perintah membuat Laura yang sudah berbalik terpaksa kembali menghadap pada pria itu.
"Jendral, kita kan butuh waktu berdua." ucap Marsya.
"Jangan ada orang lain dulu bisa, ya?" dengan sangat manja wanita itu merayu Jendral.
Sejak tadi ia sudah berusaha menarik perhatian pria itu namun selalu terganggu karena perkerjaan. Dan sekarang, ia tidak bisa diam kalau Jendral kembali sibuk dengan pekerjaannya lagi. Terlebih melibatkan Laura di sini.
"Jendral," panggil Marsya lagi.
Namun Jendral tak menjawabnya. Wanita itu kemudian menatap pada Laura, memberi isyarat pada gadis itu untuk segera pergi dari sana.
"Maaf pak. Sepertinya saya lebih baik permisi."
"Duduk Laura!" tegas Jendral.
Mendengar itu Marsya sangat kesal. Kenapa Jendral justru memilih membiarkan Laura tinggal sedangkan ada dia di ruangan itu. Sepenting itukah pekerjaannya?
Laura yang tidak bisa membantah pun mendudukkan diri di sofa. Pandangannya bertemu dengan Marsya kembali yang kini menatapnya cukup tajam. Wanita itu benar-benar sudah terusik dengan kehadirannya di ruangan itu.
"Ada yang kurang dari laporan kamu. Berkas informasi Taufik Hartono belum kamu sisipkan di lampirannya. Saya paling butuh laporan itu, Laura." kata Jendral.
Laura pun segera memeriksa kembali berkas laporannya. Dan setelah ia periksa, ternyata benar, ada dua lembar lampiran yang belum ia sisipkan di sana.
"Maaf pak. Sepertinya berkas yang berisi informasi tentang pak Taufik Hartono masih tertinggal di meja saya." ucap Laura.
Mendengar nama Taufik Hartono disebut oleh Laura dan Jendeal, Marsya nampak terkejut sekaligus bingung disaat yang bersamaan. Kenapa mereka menyebut-nyebut nama pamannya. Apa ada sesuatu yang tidak ia ketahui?