Bab 6

44 10 0
                                    

Ternyata ia hanya bermimpi! Harapan palsu yang kemudian lebih menyayat hati. Baru saja tiba di apartemen, sikap Mada langsung berubah dingin. Makan malam sama sekali tidak disentuh. Malah pergi, tak kembali sampai pagi menjelang.

Ada apa lagi? Mengapa sikap berbanding jauh dengan saat mereka menghabiskan 3 hari di rumah Ibu? Meski bicara seperlunya, setidaknya menunjukkan kepedulian.

Tiba di sebuah butik desainer sepatu, tempat Mika akan memotret desain terbaru. Wizzy langsung menyusun meja, background serta lampu-lampu, sementara ia berbincang dengan Mbak Retno, sang desainer.

Kali ketiga dipercayakan memotret di sini. Pekerjaan sampingan, mengisi kekosongan jadwal pemotretan pernikahan. Karir yang ia rintis sejak duduk di bangku kuliah, memulai hanya dengan modal ponsel.

Sebagai freelance photographer, reputasi perlahan menanjak. Pernikahan membuka kesempatan masuk ke dalam circle lebih luas. Banyak bisnis datang dari keluarga Mada yang kemudian diikuti para kolega.

"Ah, akhirnya ...!" Wizzy berteriak riang sembari menyandarkan punggung ke jok. "Lebih asyik motret pengantin dibanding benda mati. Meski capek banget, kan, ya?"

Mika tersenyum lebar sembari menjalankan mobil. "Makan enak?"

"Yes! Ayo! Ada kafe baru buka di seputaran kantor Zauji."

Ikut terbahak. Saat bersama Wizzy dengan mudah bisa menertawakan pernikahan. "Harus banget ke sana?"

"Hanya di belokan depan! Please, aku pengin difoto di sana. Suasananya rapi, cozy, dan instagramable banget."

"Oke, Bos."

Wizzy ikut mempromosikan bisnis mereka dengan memamerkan foto diri. Cukup berhasil, lumayan banyak ladang bisnis datang dari situ. Adik tingkat di kampus, sangat gigih merongrong agar diajari teknik memotret. Siapa sangka malah menjadi sahabat setia.

***

Jatuh cinta dengan suasana kafe pada pandangan pertama. Mengadopsi desain dari salah satu kafe dalam serial Emily in Paris. Tampilan luar sampai interior didominasi warna pastel, memperlihatkan kesan feminin kental.

Bunga-bunga artifisial dipasang di setiap sudut membuat suasana semakin menarik perhatian. Menolak kemauan Wizzy untuk langsung memfoto, rasa lapar menjadi-jadi dibuai aroma makanan yang tercium sangat lezat.

Suasana agak sepi, hanya ada beberapa pasangan yang tampak asyik berbincang mesra. Melangkah lebih ke dalam, sebuah pemandangan di ujung sana menghentikan langkah. Mada bersama seorang pria! Berbincang sangat akrab cenderung mesra dengan wajah berbinar bahagia.

"O ... Ooo!" Wizzy tanpa sadar bergumam kaget. Langsung berbalik, mengikuti Mika.

"Kita duduk di sana saja."

"Itu dokter Vicky!"

"Iya, gue tahu."

"Dia, kan, memang kemayu. Sekarang aku mengerti, kenapa rencana pernikahannya selalu gagal. Rupanya kaum belok." Wizzy cekikikan.

Mika melirik lagi, sukar menahan keinginan untuk membuktikan bahwa tebakannya adalah benar. Keakraban di luar batas! Siapa pun menyaksikan, pasti menebak hal sama.

Ngapain, coba? Dua orang pria nongkrong di kafe dengan suasana romantis? Coffee shop lebih cocok untuk mereka. Sangat menggelikan!

Mata terbelalak, mulut ternganga saat sang dokter mengelus-elus tangan Mada! Perut langsung bergelojak, serasa mau muntah. Ia saja sebagai istri sah, tidak mendapatkan kehormatan itu. Betapa malang nasib!

How Long Can You Survive?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang