Membuka tirai, Fiony mengerang, mungkin lebih keras daripada orang yang sedang tidur di ranjang yang sangat besar. Fiony tidak iri, hanya menyebalkan rasanya. Bosnya kaya, tetapi dia hanya menghabiskan uangnya untuk hal-hal yang tidak berguna.
Meskipun dia tidak suka kegiatan di pagi hari, tapi itu adalah bagian dari pekerjaannya. Dan yang terpenting bayarannya bagus.
Tidak ada alasan bagi Fiony untuk berada di sana, seharusnya Freya bisa mengurus dirinya sendiri, tapi nyatanya dia terlalu malas untuk melakukannya. Meskipun ranjangnya sangat besar, kamarnya kecil, hanya ada ruang untuk benda itu. Tidak ada yang masuk akal. Sekali lagi karna bayarannya bagus.
"Fiony..." Freya bergumam di balik selimut. "Hari ini dibatalkan. Bangunkan aku besok."
"Pasal ketiga dari kontrak. 'Bahkan jika Freya tidak mau bangun, kau harus tetap membangunkannya dari tempat tidur, tindakan paksa diijinkan.' Kau mengatakannya, dengan lantang. Lalu kau mencetaknya, dan aku menandatanganinya. Jadi, cepet bangun."
Fiony menarik selimut dan menarik Freya ke dapur, menyeretnya di lantai. Apartemen itu tertata rapi, terutama karena hampir tidak ada perabotan. Meskipun pemandangan kotanya menakjubkan, tirai jendelanya selalu tertutup. Itu menyebalkan, membuat Fiony menghentakkan kakinya ke mana-mana selama beberapa bulan pertama. Seiring berjalannya waktu, hal itu menjadi sedikit lebih bisa diterima.
Gadis itu duduk di kursi, menyilangkan tangan, rambut acak-acakan, dan cemberut.
"Aku seharusnya nggak mencantumkan itu dalam kontrak."
Fiony menaruh beberapa pancake di piring Freya. "Bagian yang mana? 'Harus membangunkannya dari tempat tidur', atau 'tindakan paksa diijinkan'?"
"Keduanya."
\\
Setelah sarapan, dia mendandani Freya. Dia tidak yakin mengapa, tetapi bosnya selalu meminta Fiony untuk memilih pakaiannya setiap hari, selalu bertanya setidaknya tiga kali apakah menurutnya Freya terlihat bagus dengan pakaian itu. Berapa umurnya, tujuh tahun? Bahkan jika Fiony mengingat tentang hal itu, dia cukup penasaran. Berapa umur Freya?
"Ayo kita pergi shoping!" Freya melompat ke arah Fiony, yang sedang menulis esay untuk tugas kuliahnya di ruang tamu.
Dia berbaring di sofa dan mengamati Freya. "Tadi kamu marah-marah sejam yang lalu dan sekarang kamu mau pergi shoping? Sejak kapan kamu suka shoping."
"Nggak asiik~" Dia cemberut. "Aku pernah baca di situs ini kalau cewek suka shoping. Jadi, ayo kita pergi shoping!" Kenapa dia perlu baca situs untuk tahu apa yang disukai cewek? Aneh.
Fiony terlihat pasrah. "Baiklah, baiklah. Mau beli apa?" tanyanya sambil mengambil kunci mobil.
"Entahlah. Apa yang kamu suka?"
//
Pasal kelima kontrak: "Kamu harus selalu jujur saat Freya menanyakan sesuatu padamu. Tanpa pengecualian."
Mereka pergi ke pusat perbelanjaan di dekat apartemen. Karena akhir pekan, tempat itu cukup penuh; Freya memeluk lengan Fiony dan tidak mau melepaskannya.
"Freya, tolong lepasin. Aku nggak bisa milih apa pun kalau kau menempel di lenganku."
Freya mempererat genggamannya. "Pasal pertama mengatakan kau harus mendengarkanku. Dan kukatakan, 'aku nggak akan melepasmu, sampai aku mengatakan aku bisa'."
Fiony menyerah saat sedang memilih beberapa pakaian dan berkata mereka sebaiknya makan sesuatu saja. Saat itu sudah mendekati waktu makan siang. Mereka memilih kafe di area yang tidak terlalu ramai dan duduk di pojok paling dekat pintu. Setelah mengambil menu, mereka segera memesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drafts of Frefio Story
Short StoryIrrassaimase... Selamat datang di kumpulan one shoot cerita freya dan fiony dari berbagai universe lain. Maybe this is not my original work because I translated a lot from the stories I read. Intinya aku lagi obsesi banget sama hubungan frefio ini...