Layaknya nama yang merupakan doa, kuharap Biru-mu hanya bermakna bahwa kamu dengan sikapmu seperti misteri lautan yang dalam, bukan sebuah kesedihan, maupun tenggelam yang betulan.
***
"Dilaporkan bahwa pesawat Merpati D005 rute Jakarta-Makassar mengalami kecelakann di area laut jawa pada pukul satu lewat tiga dini hari. Dapat kita lihat di sekitar kita masih terdapat puing-puing pesawat dan petugas masih melakukan proses evakuasi. Dari total 110 penumpang, sampai saat ini pukul tiga pagi, sekitar 56 korban terindentifikasi identitasnya, 18 korban belum teridentifikasi, serta 36 lainnya masih dalam stasus belum ditemukan."
Perempuan dengan seragam salah satu stasiun tv yang tertutup pelampung itu menyampaikan informasi, bersama seorang kameramen dan juga petugas di atas sampan kecil yang mereka tumpangi.
Cahaya remang-remang dan hujan gerimis tidak menyurutkan tekadnya untuk melakukan liputan langsung.
Sebuah benda terapung kemudian mendekati sampan mereka, refleks, tangan Amerta meraih benda tersebut dan menunjukkannya pada kamera.
"Kami menemukan nametag, yang kemudian akan kami serahkan pada petugas, karena dalam kodisi seperti ini, identitas korban sangat diperlukan, dan dikhawatirkan, ini merupakan milik salah satu korban bernama.."
Ia menarik nametagnya dari depan kamera, mencoba membacanya dengan penerangan sederhana. Beberapa saat setelah melihat namanya, ia justru terkesiap seolah kehabisan nafas.
"Psst!" sang kameramen memberikan kode bahwa mereka masih melakukan siaran langsung.
Pelupuk mata Merta sudah dipenuhi air mata, dalam sekali pejaman dalam tunduknya, ia membaurkan air mata dengan tetesan air hujan yang menyapu wajah perempuan itu.
Ia berdehem kecil menyeimbangkan suara yang sebelumnya tercekat, "Dikhawatirkan milik seorang korban bernama Altair El Biru."
Masih dalam remang, cairan berwarna merah menetes dari kepalan tangan merta beserta nametag yang ia genggam kini.
"Turut berduka cita bagi seluruh korban dan keluarga yang ditinggalkan, sekian laporan dari tempat kejadian, terima kasih."
"Kamera, off!" kameramen itu kemudian menghela napas lega dan meminta petugas membawa mereka ke kapal evakuasi yang lebih besar.
Di atas kapal kini, dengan pencahayaan yang jauh lebih baik. Merta mendekati seorang petugas evakuasi wanita, "Saya menemukan ini pada saat proses liputan," Merta membuka genggaman tangannya, terlihat pula luka yang masih meneteskan darah, berasal dari jarum terbuka pada nametag yang ia genggam terlalu erat.
Petugas itu sedikit membulatkan matanya, mengambil benda yang diserahkan Merta. "Kamu butuh bantuan P3K?" tanyanya khawatir.
Merta tersenyum simpul, ia menggeleng pelan. "Saya akan menanganinya sendiri, tolong pastikan semua korban ditemukan, ya!"
****
Hii, karena sampe sekarang banyak bgt yang minta lanjutan ILY (katanya yg pertama gantung) jadi aku bikin dehhh sequelnyaa!!!
yang pertama bisa kamu baca di akun DayDreamProject10 yaa.Jangan lupa vote comment sampe semiliyarrrr.
Salam, bellaanjni
author jahat
KAMU SEDANG MEMBACA
I Lo(lea)ve You! II
Romancewhen the universe, matches us for the second time. original story by Bella Anjani Copyright all right reserved