PRANG!!!
Lagi-lagi isakan tangis gadis 17 tahun itu terdengar. Ia meringkukkan badan di sudut ruang tamu di rumahnya. Ia tidak sadar banyak serangga yang sedang menghampirinya.Gadis itu tetap meringkuk sambil mengusap air matanya yang ng tidak berhenti mengalir sedari tadi. Badannnya yang perih akibat gigitan serangga pun sudah tidak ia pedulikan lagi. Sudah menjadi hal biasa baginya melihat orang tuanya beradu mulut sepanjang hari. Itu sudah seperti asupannya sehari-hari.
Tidak dengan adik kembarannya, yaitu Aline. Ia sosok yang ng tidak peduli terhadap apa yang terjadi di lingkungannya. Ia hanya fokus kepada belajar, belajar, dan belajar. Sehingga membuat gadis ini selalu dibanggakan oleh kedua orang tuanya.
Aline merasa sangat disayang, sehingga tak heran ia menjadi sombong terhadap orang-orang yang berada di sekitarnya. Aline menganggap remeh Alana, kakak kembarannya itu. Aline merasa bahwa ia merupakan segalanya bagi keluarganya tersebut.
Berbeda dengan Alana. Ia termasuk anak yang cukup cerdas dibanding Aline, kembarannya. Hanya saja sikap Alana sangatlah tertutup. Tidak ada yang tahu dengan kecerdasan Alana. Ia tidak mau ada yang tahu jika ia bisa menyaingi Aline. Ia takut Aline menjadi benci kepadanya. Cukup kedua orang tuanya saja yang menganggap Alana sebagai beban dalam keluarga. Jangan sampai Aline berpikiran negatif kepadanya.
Alana memiliki gangguan mental dan sering mengonsumsi obat tidur agar kedua matanya bisa beristirahat. Itu semua hanya diketahui oleh dokter psikolog yaitu Dokter Savana.
Alana mengenal Savana saat ia sedang membeli buku di toko buku tepat di depan rumah keluarga Alana. Dengan tak sengaja, Alana bertemu dengan Dokter Savana. Mereka menjadi sepasang dokter dan pasien sampai saat sekarang ini.
Dokter Savana adalah orang yang merawat Alana selama ini
tanpa sepengetahuan dari kedua orang tuanya. Dokter Savana
tidak pernah bosan dalam mendengarkan keluh kesah Alana
karena memang sudah menjadi tugasnya. Alana sudah dianggap
dokter tersebut seperti putri kandungnya sendiri.
***
"Kamu benar-benar anak yang tidak berguna, Alana!" sarkas Asya sang ibunda Alana.
"Ma-ma-maafin aku, Bunda," jawab Alana dengan kepala tertunduk semari menangis tersedu sedan.
"Kamu tidak bisa mencontohkan sikap baik untuk adikmu, Alana!" bentak Asya kepada Alana. Asya benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya jika berhadapan dengan Alana. Namun, Asya sangat berbeda sekali jika berhadapan dengan Aline.
"Maaf, Bunda. Tadi Alana cuma mau beli pulpen yang udah habis di toko depan, Bunda. Tiba-tiba Aline berlari menyeberang jalan dan hampir terserempet motor, Bunda. Alana sama sekali tidak mengajak Aline untuk ikut, Bunda," jelas Alana kepada ibundanya.
Tadi, di saat Alana ingin membeli pulpen di toko depan rumahnya, Aline mengikuti Alana tanpa sepengetahuan Alana. Ia menyeberang jalan tanpa melihat kanan-kiri. I hampir Ia terserempet motor di saat menyeberang jalan tadi. Kejadian itu disaksikan langsung oleh Asya. Asya menyeret paksa Alana dari toko tempat membeli pulpennya tanpa memikirkan Alana.
"Alasan kamu banyak sekali, Alana!" hardik Asya kepada Alana.
Alana sama sekali tidak menjawab perkataan fitnahan dari Asya barusan. Alana hanya bisa terisak dengan kepalanya yang menunduk ke lantai.
"Ada apa sih, nih, ribut-ribut? Baru pulang kerja juga bukannya disambut dengan suasana yang adem, ini malah ada keributan. Apa ini ulah kamu lagi, Alana?" tanya Bagas, ayahnya Alana dan Aline, sekaligus suami dari Asya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (TERBIT)
Teen FictionTantangan menulis novel 2024❤🔥 Diterbitkan oleh penerbit Faza Citra Productions📚 Juara 2🥈🏆 Start : 16 April 2024 Finish : 15 Mei 2024 https://id.shp.ee/roNKQ5f https://tokopedia.link/6R3HcwGnzKb