CHAPTER 12🍂

6 1 0
                                    

Pagi ini, di rumah Alana. Ayahnya tengah membawa perempuan murahan itu lagi ke dalam rumah untuk yang kedua kalinya. Namun, penampilannya kali ini berbeda. Penampilannya sengaja dibuat seperti penampilan seorang asisten rumah tangga yang kusut. Tidak tahu drama dan masalah apa lagi yang akan dibuat oleh Bagas kali ini. Padahal kondisi keluarga sudah mulai membaik tanpa ada keributan lagi. Akan tetapi, sang ayah lagi-lagi mengulangi kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.

"Bun, aku ada seorang kenalan untuk dipekerjaan di rumah ini," ujarnya sambil membawa wanita itu ke depan Asya langsung tanpa ada rasa takut.

Asya memandang wanita itu dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Sepertinya wanita ini baik, buktinya pakaian yang dikenakannya juga terlihat sopan," ujar Asya dari dalam hati.

"Kamu yakin mau bekerja di sini?" tanya Asya serius kepada wanita itu.

Wanita itu sepertinya masih seumuran dengannya.

"Saya yakin 100%, Bu," ujar wanita itu meyakinkan Asya.

"Ya sudah, kamu saya terima untuk bekerja di sini. Nama kamu siapa?" tanya Asya tanpa berpikir panjang kepada wanita yang sebentar lagi akan menjadi asisten di rumahnya.

"Nama saya Clarisa, Bu," ujarnya sedikit menunduk.

"Oh, oke Clarisa, kamu sudah boleh bekerja di sini mulai hari ini," ucap Asya kepada Clarisa.

"Baik, Bu. Terima kasih banyak karena sudah mau mempekerjakan saya di rumah ini," ujar Clarisa sopan kepada Asya.

"Ya sama-sama," ujar Asya lalu menarik suaminya menuju kamar yang terletak di lantai atas dan meninggalkan Clarisa sendirian di sana.

Clarisa yang melihat itu hanya mampu diam membisu. Ia sudah tahu pasti Asya akan bertanya dari mana asal usulnya kepada Bagas. Namun Bagas dan Clarisa sudah membuat rencana matang dari awal.

Bagas yang ditarik oleh sang istri masih sempat-sempatnya

melihat ke belakang lalu mengedipkan sebelah matanya kepada

Clarisa. Clarisa yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa tersenyum.

Alana yang sedari tadi mengintip dari balik pintu kamarnya hanya bisa berdeham. Sepertinya ini akan menjadi masalah yang cukup besar. Namun, apa daya, ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk sekarang ini.

"Kamu kenal dia dari mana?" tanya Asya kepada Bagas. Ia akan mengintrogasi suaminya kali ini karena sudah berani- beraninya membawa wanita lain ke dalam rumah ini. Walaupun statusnya hanya sebagai asisten rumah tangga.

"Dia teman lama aku, udah dong jangan dibikin jadi masalah. Udah bersyukur aja kamu udah aku cariin ART. Biar kamu ga kecapean beres-beres rumah segede ini," ujar Bagas meyakinkan kepada Asya.

"Alana kan bisa disuruh-suruh buat beres rumah. Untuk apa dia dipelihara di rumah ini kalau bukan untuk disuruh kerja. Tidak mungkin kan ia dijadikan ratu di rumah ini," ketus Asya dengan suara yang cukup lantang dan pastinya suaranya bisa terdengar dari luar kamar.

Alana yang tidak sengaja melewati kamar dari kedua orang tuanya itu pun mendengar percakapan antara ayah dan bundanya. Ia tidak menyangka ia benar-benar dianggap benalu oleh keluarganya sendiri. Tak ingin mendengar apa pun lagi, ia segera meninggalkan tempat itu lalu ia beranjak ke dapur untuk mengambil air minum.

PRANGG!

Suara pecahan kaca menggelegar di rumah tersebut. Bagas dan Asya yang sedari tadi berdebat pun menghentikan pembicaraannya. Mereka berdua pergi keluar untuk mengecek apa yang terjadi pada sumber suara.

Aline yang sedari tadi sedang menonton TV bersama Alga pun ikut melihat ke sumber suara. Aline dan Alga sekarang sudah menjalin hubungan semenjak Aline meminta untuk menjadi milik Alga. Tentu saja Alga menerima karena terpaksa. Ia tidak mau bisnis papanya menjadi hancur karena tidak mau menjadikan Aline kekasihnya.

"Apa apaan ini?" tanya Asya kepada Clarisa. Banyak pecahan kaca yang berserakan di lantai. Dapurnya pun terlihat sangat berantakan.

"Itu tadi Alana yang lakuin ini semua, Bu," ujar Clarisa bohong kepada Asya.

"Loh, kok Alana, sih? Alana aja baru datang mau ambil air minum," ujar Alana tidak mau difitnah oleh Clarisa.

"Kamu kenapa bohong? Kamu tidak suka saya, ya? Biar saya dipecat dari rumah ini? Iya?" tanya Clarisa bertubi-tubi agar mendapat perhatian dari Asya.

"Bener-bener kamu ya, Alana. Sudah tahu salah, masih juga ngelak," ujar Asya mulai tersulut emosi.

"Maaf atas tidak kenyamanannya, saya yang akan urus anak bodoh ini dulu," ujar sang ayah kepada Clarisa lalu menarik kasar tangan Alana dengan kuat.

"Ayah mau bawa Alana ke mana?" tanya Alana yang kesusahan mengikuti langkah sang ayah yang lebar.

"Diam kamu! Kamu udah buat ulah kali ini," ujarnya tetap melangkahkan kaki ke arah kamar mandi.

BYURR!

Bagas menyiram tubuh Alana dengan air yang berada di sana. "Ini karena kamu udah mulai macam-macam sama Clarisa," ujar Bagas.

"Alana ga ngapa-ngapain, Yah. Aku mohon dengerin penjelasan aku dulu," pinta Alana terisak di sela-sela tangisnya.

"Kamu anak bodoh! Apa kamu ga bisa belajar di kamar aja tanpa melakukan kesalahan apa pun? Kamu contoh Aline, dia bisa membanggakan kami. Tidak kaya kamu, beban keluarga!" ujarnya sambil bekacak pinggang melihat Alana yang tengah kedinginan itu.

"Alana ini manusia, Yah, bukan robot! Jadi stop ngebandingin Alana dengan Aline," ucap Alana melawan. Ia tidak sanggup lagi jika terus-terusan dibandingkan dengan Aline saudara kembarnya itu.

"Kamu berani melawan saya?" serigai Bagas. PLAK!

Satu tamparan mendarat di pipi kiri mulus Alana. Alana hanya bisa meringis kesakitan menahan perih di sekujur pipinya.

"ΚΕΝΑΡΑ AYAH BAWA PEREMPUAN MURAHAN ITU KE RUMAH? KENAPA AYAH SAMA BUNDA GA SAYANG SAMA ALANA SEPERTI KALIAN SAYANG SAMA ALINE?" jerit Alana kesal dan diiringi isak tangis. Ia tidak peduli akan memancing emosi ayahnya lagi.

PLAK!

Satu tamparan lolos kembali di pipi kanan Alana.

"Jaga mulut kamu, Alana! Sepertinya kamu udah berani

melawan saya," seringai Bagas lalu menjambak rambut putrinya tanpa merasa kasihan.

Alana hanya bisa menikmati sensasi perih di sekujur badan yang disebabkan oleh Bagas. Ia hanya diam dan menerima semua perlakuan kasar dari ayahnya itu. Asya yang melihat salah satu dari putrinya tersiksa itu hanya mampu diam membeku tanpa ada niatan untuk membela dan memberhentikan perlakuan suaminya kepada Alana.

"Kamu terlalu baik, Alana. Kamu menerima diperlakukan kasar oleh orang tuamu sendiri tanpa ada perlawanan. Kamu anak yang kuat, gumam Alga yang melihat pemandangan itu dengan Aline yang bersandar manja di pundaknya.

ALANA (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang