Hari pun sudah berganti pagi. Kini Alana masih menyelesaikan tugas-tugas Kelvin yang masih tersisa sedikit lagi. Ia sangat cepat dalam mengerjakan soal- soalnya. Sesekali ia melihat ke arah jarum jam yang sebentar lagi akan menujukkan pukul 07.00 WIB.
"Aduh bakalan selesai ga, ya," gumam Alana sambil memandang ke arah jarum jam yang terus menerus bergerak tanpa henti.
Alana selesai menerjakan tugas-tugas yang diberikan Kelvin. Ia bergegas menuruni anak tangga satu per satu hingga pada langkah terakhir kakinya tersandung akibat ikatan tali sepatunya yang terlepas.
"Awsss," rintih Alana kesakitan yang sudah terduduk di lantai sambil memegang sebelah kakinya yang sakit.
"Mau jadi anak seperti apa kamu jam segini baru bangun, Alana?" ujar Asya kepada Alana sambil berkacak pinggang.
"Alana udah bangun dari tadi subuh kok, Bun. Tadi Alana ngerjain tugas Alana dulu yang tertinggal sedikit lagi," ujar Alana sambil berusaha untuk berdiri tegak.
"Alasan kamu ada terus, ya, Alana. Contoh tuh si Aline, adik kamu ngerjain tugas sepulang sekolah. Ga kayak kamu ditunda mulu ngerjain tugasnya. Ada untungnya juga kamu disekolahkan di sekolahan biasa. Kalau sampai kamu sekolah di sekolah swasta itu hanya cuma buang-buang uang aja. Kamu tidak tahu bagaimana cara susahnya mencari uang, kamu taunya menghabiskannya saja," ujar Asya kepada Alana.
Alana yang mendengar pun hanya bisa tertunduk dan air matanya hampir turun ke pipi, tetapi tetap ia tahan agar tidak menangis. Lagi-lagi ia dicaci maki oleh orang tuanya sendiri. Tidak pernah sekali pun orang-orang memandang sisi baik dari Alana. Orang-orang hanya memandang buruk dari Alana.
"Maafın Alana, Bun," ujar Alana dengan tulus dan mata yang mulai berair.
Asya hanya diam membisu dan melangkahkan kaki menuju kamarnya meninggalkan Alana sendirian di lantai tanpa membantu Alana untuk berdiri.
Alana menghapus jejak air matanya dan kemudian beranjak keluar rumah menuju rumah Kelvin yang berada tepat di depan rumahnya.
"Assalamu'alaikum, Kelvin," ujar Alana sambil menekan bel yang berada di samping pintu rumah Kelvin.
Namun, tidak ada tanda-tanda yang akan memberikan jawaban dari dalam rumah itu. Rumah Kelvin tampak sepi dan tidak ada satu orang pun yang berkeliaran. Alhasil, Alana beranjak dari rumah Kelvin dan berlari ke arah di mana sekolahnya berada.
Tanpa berpikir panjang, Alana berlari sekuat tenaga tanpa memikirkan luka di kakinya akibat terjatuh dari tangga rumahnya tadi. Walaupun kakinya masih terasa sakit, ia tetap menahan demi sampai di sekolahnya.
Alana berlari dari rumahnya ke sekolah yang memakan waktu sekitar 15 menit. Pada akhirnya, ia telah sampai di sekolahnya pada pukul 07.45 yang sudah pasti ia telat 15 menit.
"Maaf, Nak, gerbang sekolah sudah ditutup. Pembelajaran sudah dimulai sekitar 20 menitan yang lalu," ujar satpam yang berada di gerbang sekolahnya itu.
"Apa aku boleh masuk, Pak? Kasih aku hukuman deh, Pak.
Yang terpenting aku bisa masuk dan mengikuti pelajaran, Pak," tanya Alana sambil mengatur napasnya akibat berlarian dari rumahnya tadi.
"Maaf, Nak, kamu tetap tidak bisa masuk," ujar satpam itu lagi lalu mulai melangkahkan kaki menuju posnya.
Alana yang mendengar penolakan itu pun langsung tertunduk lesu. Sia-sia perjuangannya berlari mengejar waktu agar bisa ke sekolah. Pada langkah ke tiga ada seseorang yang berhasil membuat langkah kakinya terhenti.
"Biarkan dia masuk," ujar seorang siswa laki-laki yang berwajah dingin itu kepada satpam yang berjaga di gerbang sekolah.
Seketika Alana pun berbalik badan dan melihat siapa yang berhasil menolongnya kali ini. Ia sama sekali tidak mengenali siapa siswa laki-laki itu.
Pintu gerbang sekolah pun dibuka kembali oleh satpam itu dan membiarkan Alana untuk masuk ke area sekolahan dan melanjutkan pelajaran.
"Terima kasih banyak ya, Kak," ujar Alana sopan kepada siswa laki-laki itu.
"Sama-sama," jawab siswa itu lalu melangkahkan kaki masuk ke area sekolah juga.
"Dia siapa, Pak?" tanya Alana kepada satpam itu.
"Loh kamu ga tahu siapa dia? Dia itu adalah anak dari pemilik sekolah ini. Dia baru pulang dari luar negeri. Dan mulai sekarang dia bersekolah di sini."
"Ohhhh dia pemilik sekolah ini. Dia anaknya ga sombong ya,
Pak. Dia mau pulang dari luar negeri demi bersekolah di sekolah
milik orang tuanya. Salut aku," ujar Alana sambil membayangkan
apa ia bisa bernasib seperti siswa itu.
"Sudah-sudah, sana masuk. Jam pelajaran berjalan terus, Alana," ujar satpam itu menjelaskan.
"Eh, iya aku lupa, Pak. Terima kasih banyak, Pak," ujar Alana mulai berlari masuk ke sekolah.
Sekarang jam yang dinanti-nanti oleh siswa-siswi SMA Negeri 1 Subarjo untuk berbondong-bondong ke kantin supaya mengisi perutnya yang tengah keroncongan.
Keadaan di kelas Alana saat ini sangat heboh. Entah apa yang membuat kelasnya kini menjadi ribut. Alana sama sekali tidak mempedulikannya. Alhasil Alana pergi keluar kelas untuk menghindari kehebohan yang sangat mengganggunya.
Alana masih mendapat hukuman dari ayahnya yang tidak diberi uang saku untuk sekolah. Alana pun tadi pagi lupa membawa bekal untuk ia makan di jam istirahat karena ia tadi tengah sibuk mengerjakan tugas Kelvin yang masih tertinggal.
Alhasil ia lagi-lagi tidak memakan apa pun di sekolah kali ini. Ia kini berniat untuk pergi ke kelas Kelvin yang statusnya kali ini adalah pacarnya untuk mengembalikan beberapa buku yang berisi tugas Kelvin yang telah selesai dikerjakan.
Saat sampai di depan kelas Kelvin, Alana tidak berhasil menemukan kekasihnya itu di dalam kelasnya. Ia pun bertanya kepada salah seorang murid yang berada di kelas itu.
"Permisi, Kak, Kelvinnya ada?" tanya Alana dengan sopan.
"Hm, Kelvin hari ini ga masuk sekolah, Kak," jawab seorang siswi itu kepada Alana.
"Loh, Kelvin ke mana ya? Apa tidak ada kabar, Kak?" tanya Alana lagi.
"Kelvin tidak ada kabarnya, Kak, tapi bukannya Kakak sendiri pacarnya Kelvin, ya? Kok kakak malah tidak tahu kabarnya," ujar siswi itu lagi.
"Hehe iya sih aku pacarnya. tapi aku tidak tahu kabar Kelvin dari kemarin," ujar Alana yang diakhiri dengan kekehan hambar.
"Ya sudah, Kak, aku pamit dulu, ya," ujar Alana kemudian pergi meninggalkan kelas Kelvin. Pikirannya kini bercabang, ke mana menghilangnya Kelvin kali ini. Baru beberapa hari mereka menjalin hubungan, tetapi sedikit demi sedikit masalah mulai bermunculan.
Sore ini, Alana merasa badannya ingin remuk karena beraktivitas di sekolah di luar ruangan. Tadi, siswa-siswi SMA Negeri 1 Subarjo mengadakan perlombaan untuk mengisi waktu luang mereka karena semua para guru sedang mengadakan rapat. Sehingga, seluruh siswa bebas melakukan apa pun dan pasti telah mendapat persetujuan dari guru mereka.
Kini waktu telah menujukkan pukul 15.15 WIB. Ini merupakan tanda bahwa seluruh murid-murid diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing.
Kini Alana tengah berjalan kaki menuju ke rumahnya. Ia ingin sekali cepat sampai ke rumahnya dan segera merebahkan tubuhnya di ranjang empuknya.
Selang beberapa menit, Alana telah sampai di depan rumahnya. Ingin melangkah beberapa langkah lagi, Alana salah fokus kepada lipstik wanita yang terjatuh di teras rumahnya.
Tanpa menunggu lama lagi, Alana langsung mengambil lipstik tersebut lalu memandangnya dengan waktu yang cukup lama. Ia cukup asing dengan lipstik itu. Alana tidak pernah melihat lipstik itu. Perasaannya pun menjadi tidak enak dan tidak ingin membuang waktu lagi, Alana melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah.
Berapa terkejutnya Alana melihat seorang perempuan yang berpakaian minim tengah terbaring di atas sofa dan terlelap di dada bidang ayahnya Alana.
BRUKK
Tas Alana terjatuh ke lantai dan suara itu membuat dua. orang di depannya terbangun dan mengalihkan kedua matanya ke sumber suara yang membuat mereka terbangun
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (TERBIT)
Teen FictionTantangan menulis novel 2024❤🔥 Diterbitkan oleh penerbit Faza Citra Productions📚 Juara 2🥈🏆 Start : 16 April 2024 Finish : 15 Mei 2024 https://id.shp.ee/roNKQ5f https://tokopedia.link/6R3HcwGnzKb