❁❁❁❁
Ternyata bukan undangan makan malam biasa, mereka orang dewasa semua yang pembicaraannya berisi masalah bisnis dan uang. Orang-orang berpenampilan mahal beserta ajudan mereka, pebisnis muda, perintis hingga pegawai perusahaan biasa ada di sana dengan kesenjangan sosial yang jelas terlihat.
Raina hanya perlu tersenyum dan tidak bertingkah macam-macam. Mereka berdua hanya ditemani asisten Ayah, sedangkan penjaga yang mengiringi tetap berada di luar hotel yang di mana acara itu diselenggarakan. Tapi sampai saat ini membuat Raina sadar ternyata Ayahnya sangat dihormati banyak orang meski bukan acara miliknya, padahal bisa Raina pastikan mungkin Ayah belum sebesar beberapa bos besar yang mencolok di acara ini.
Membuatnya terpaksa memahami, bahwa inilah alasan Ayah lebih mementingkan pekerjaan dibandingkan keluarga. Tapi jika diingat kembali Ayah dan Bunda menikah juga karena perjodohan untuk kepentingan bisnis, berbeda dengan Bunda yang bisa menerima, tidak dengan Ayah.
Keduanya tersenyum saat pembicaraan Ayah dengan seorang paruh baya dengan 2 wanita di kedua sisi dirinya selesai dan mereka pergi.
"Bunda ada balas?"
Raina mengangguk, menoleh Ayahnya. "Tapi Bunda lagi sibuk, katanya ada event juga."
Raka mengernyit menaruh atensi sepenuhnya pada sang putri. "Dedek gimana? Ditinggal?"
"Sama nanny. Kata Bunda cuma sebentar, tapi gak balas chat Teteh lagi, Yah."
Helaan nafas terdengar, ia mengangguk ingin mengajak Raina untuk duduk di salah satu meja di venue acara tersebut. Namun belum sempat itu terjadi, Raka mendapat sapaan yang berujung obrolan.
Sepasang suami istri paruh baya dengan 1 anak mereka yang sudah dewasa. Mereka yang menyelenggarakan acara ini. Hanya obrolan biasa saling berbagi kabar, sedikit membicarakan Raina yang baru mereka liat kali ini setelah sering mendengar namanya, dan diikuti godaan mereka terhadap status Raka sebagai duda yang barang kali tertarik pada putri mereka.