Cerita Baper

13 4 0
                                        

23 Agustus.

Arta sedang duduk di kelas, di pojok. Tangannya lincah menulis. Saat hp-nya tiba-tiba berbunyi, dia meletakkan pensilnya. Membuka hp.

Ada pesan dari Shiva.

Eh? Foto profil Shiva ganti?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eh? Foto profil Shiva ganti?

Arta melihatnya sebentar. Mengetuk foto di pojok layar. Lalu kembali lagi. Tangannya mengetik.

Arta menyipitkan mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arta menyipitkan mata. Apa jawabannya tidak terlalu singkat?

 Apa jawabannya tidak terlalu singkat?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arta menatap layar.

Shiva mau ke sini? Ada apa?

Bahkan sebelum Arta memasukkan buku kecilnya dan alat tulisnya, Shiva sudah masuk kelas Arta, duduk di bangku kosong di depan Arta. Menyapanya.

"Sudah kuduga pasti sedang menulis." Ucap Shiva tersenyum.

"Kamu suka banget menulis, Ta. Memangnya menulis apa sih, novel?"

Shiva bertanya. Arta menggeleng.

"Cerpen, mungkin?"

Arta mengangguk.

"Aku boleh pinjam?"

Arta diam. Kikuk.

Satu detik.

Dua detik.

"Ya kalau tidak boleh, nggak apa." Raut wajah Shiva berubah, sepertinya dia penasaran dengan tulisan Arta.

"Boleh, tapi belum selesai." Pelan sekali Arta menjawab.

"Kalau sudah selesai boleh?"

"Ya." Arta mengangguk.

Detik kemudian Shiva menyapu pandangan. Kelas sepi.

"Arta." Panggil Shiva pelan.

Shiva menatap mata bulat Arta. Wajahnya serius.

"Apa?" Arta kikuk, berusaha tidak menghindar.

"Kamu punya pacar?" Shiva bertanya tambah pelan, tapi serius.

Arta terperangah, matanya membesar. Sempurna kikuk. Jantungnya serasa berteriak. Lalu menggeleng singkat.

Shiva manggut-manggut. "Kalau begitu, ada orang yang kamu suka?"

Jleb. Tubuh Arta panas dingin. Jantungnya benar-benar tidak bisa berhenti berdegup. Matanya ke mana-mana, menatap meja, pensil, kursi, bangku kosong, dan mata cantik milik Shiva lagi.

"Ada?" Desak Shiva. Beberapa detik kemudian Arta akhirnya mengangguk.

Sebenarnya Shiva hendak bertanya lagi, namun karena ada siswa lain yang masuk kelas, Shiva urung. Dia lalu berdiri.

"Oke, nanti lagi, Arta." Pergi meninggalkan kelas.

Napas Arta yang sempat tertahan  berhembus. Jantungnya masih berdetak kencang.

Apa yang ingin diucapkan Shiva tadi?



•••
Haloo, penasaran?
Like, komen, ya!
Biar cepet updatenya!!
Thanks reader...

•••Haloo, penasaran?Like, komen, ya!Biar cepet updatenya!!Thanks reader

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Cerita Arta ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang