08.

324 49 13
                                    

Jeongwoo berjalan dengan tegap di depan para teman lamanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeongwoo berjalan dengan tegap di depan para teman lamanya. Awalnya dia tidak mau pulang lewat gerbang depan, namun karna gerbang belakang sekolahnya sedang dalam masa perbaikan terpaksalah dia lewat sini.

Mata tajamnya tidak menoleh untuk memandang siapapun, hanya fokus ke depan.

"Temannya siapa sekarang?." Celutuk salah satu dari gerombolan itu, mengarah ke jeongwoo. tapi yang jeongwoo tau pasti ini bukan suara dari salah satu antara Asahi, junkyu, junghwan, maupun jihoon.

"Anak sebelah rumahnya. kau tau gak?, anak yang waktu itu gempar di bilang meninggal sama mamanya sendiri." Sahut salah satu dari mereka.

Untuk pembicaraan ini jeongwoo memperlambat langkahnya, namun tetap dengan proporsi badan yang tetap menghadap ke depan.

"Haha! Tau taunya main sama dia." Entah kata siapa lah itu, yang jelas jeongwoo ingin sekali meninju wajah mereka semua satu persatu. Namun tidak, ini sudah pukul berapa, haruto akan menunggu lama nanti jika jeongwoo harus meladeni anak anak pengecut ini.

merasa muak, jeongwoo membawa kaki jenjangnya sedikit berlari keluar dari sana.

"Nak ruto beneran mau main hari ini?, badanmu panas loh, nak." kata si bibi khawatir, punggung tangannya tergerak menempel ke dahi putih haruto.

Suhu tubuh haruto agak naik sedari pagi tadi, anak itu demam agaknya, wajahnya juga sangat pucat. si bibi khawatir namun si empunya mana peduli, saat dirasa dia masih bisa berdiri maka ya, dia akan pergi bersama jeongwoo.

"aku gak apa apa kok, bi. kata jeongwoo hari ini mau buat rumah pohon!. aku gak pernah liat rumah pohon itu kaya apa, makannya aku gak sabar!." Lihat, dia malah sangat semangat.

Melihat senyum lebar haruto yang mampu membuat siapapun ikut tersenyum itu sedikit dapat meyakinkan ke-khawatiran si bibi, di elusnya lembut rambut legam haruto kemudian berkata, "Anak se- ceria kamu kenapa harus dikurung terus terusan ya nak?, bibi bingung sama ibu kamu." kata si bibi, mata si bibi berkaca-kaca sekarang.

Mendengar itu haruto tanpa sadar menunduk lesu, dia bahkan tidak tau apakah ibu dan ayahnya pernah bertanya tentang kabar dirinya selama mereka di luar negeri?, tak pernah rasanya.

"tapi jangan mikir yang aneh-aneh soal ibu sama ayah ya, nak. Mereka selalu minta pak Bobby buat fotoin kamu setiap kamu lagi belajar terus di kirim ke mereka, kok. Mereka liat kamu setiap hari." Si bibi sedikit bisa mengurangi rasa sedihnya.

Haruto mengangguk beriringan dengan senyumnya yang mengembang, kedua lengan kurusnya terangkat guna memeluk hangat bibi ayu. ah, jika saja bibi ayu tidak mandul, mungkin dia bisa melihat anaknya bisa berteman baik dengan haruto.

Come - Jeongharu [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang