#3 Temu Seutuh

70 6 2
                                    

Hari berikutnya, aku datang lebih awal dari biasanya, kira-kira pukul 06.20 aku sudah berada di sekolah. kali ini aku lebih awal darinya yang selalu hampir tiap hari menyampaikan salam dari temannya. Aku langsung masuk kelas dan mulai menunggu jam kelas itu dimulai. Seketika itu lamunan diamku teralihkan dengan suara panggilan sama Tata teman sekelasku.

"Kin, bisa keluar sebentar?" tanya Tata dengan wajah menggoda

"Bentar lagi jam masuk ta, ada apa emangnya?" Tanya ku dengan serius

"Keluar aja sebentar, masih 5 menit lagi kok sebelum mulai pelajaran." Ajaknya dengan sedikit memaksa.

Aku langsung berdiri dari kursiku kemudian keluar kelas menghampiri Tata yang tidak sendiri. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara seorang wanita yang tidak asing selalu mengisi lamunanku,

"Kin !!! Dina salam lagi hehehehe" Sahut dia dengan riang gembira, yang tak lain dan tak bukan seorang wanita yang kini aku berdiri tepat didepan wajahnya.

Aku sedikit tertegun dengan sifatnya, aku bisa bayangkan wajahnya saat itu, tapi sebentar, sebentar sebelum aku lanjut. Aku buat kopi dulu untuk mengingat sesuatu hal yang sangat penting untuk aku paparkan secara detail, karena wajahnya itu mengingatkanku pada masa lalu yang cukup lama.

Oke kopi sudah ada, karena masih cukup panas aku coba teguk sedikit untuk membuat pikiranku lebih menerangkan yang sudah lama usang. Slurrrrrp .. kopi pahit ini lebih tidak kentara dari pikiranku yang terbuka dan tertegunku kini teralihkan

Aku mengingat dengan detail dari wajahnya saat itu, bisa aku bayangkan tapi tidak untuk dilukiskan, tapi jika aku disuruh untuk menuliskannya kira-kira wajahnya itu tidak buat aku lupa hingga hari ini. Oke aku sudah ingat, saat itu menurutku wajahnya berparas Turki dan bola matanya yang berwarna coklat, matanya itu sungguh indah seperti sebuah bola lampu yang dikerumuni seribu laron, karena sudut pandangnya ke diriku cukup buatku menarik minat bahwa bolehkah aku menjadi laron saat itu juga.

Seketika itu lamunanku terhenti karena Tata menepuk bahuku

"Kin! Kin! Kiiiiiin!" sedikit teriak yang membangunkanku saat itu.

"Iya gimana?" Jawabku dengan cepat.

"Apanya gimana?" Tanya Tata kembali. "Ini aku ajak yang kamu tanyakan kemarin, dia pun juga mau ngomong sesuatu katanya." Sambung Tata memperjelas keadaan saat itu.

"Kin, kira-kira jam istirahat pertama ada waktu gak? Aku mau pertemukan dengan orang yang selalu salam denganmu tiap harinya, Dina". Tanya dia, seorang yang masih memandangku dengan sorot matanya yang berwarna coklat itu.

"Secepat itu?" tanya ku dengan nada seakan bertanya apakah ini serius.

"Iya serius, nanti aku bantu asal kamunya mau bertemu dengannya" jawabnya dengan nada serius, tapi wajahnya seakan menggoda untuk mengatakan iya.

"Dimana?' Tanya ku lagi dengan sedikit berbicara untuk menarik simpati yang masih ku anggap ini tak kan terjadi.

"Dilorong belakang yang mau menuju ke UKS ya, jam istirahat pertama, ingat jam istirahat pertama!" Jawabnya dengan jelas dan penuh dengan semangat.

"Oke aku usahakan dengan senormalnya" jawabku mengiyakan niatnya.

"Yesssss!!!" jawabnya dengan riang gembira dan sedikit centil. Lalu kemudian beranjak pergi meninggalkan aku bersama Tata.

Lalu aku memotong langkahnya saat itu dengan bertanya "Temannya Dina, namanya siapa?"

"Panggil aja, Qidi" dengan meninggalkan senyum tipis dan meneruskan perjalanan menuruni anak tangga.

Begitulah pertemuanku dengannya yang secara langsung dan bertatap dengannya dengan jarak kurang lebih 30 sentimeter, aku masih ingat saat itu aku berbicara dengannya sorot mataku ke bawah karena tingginya hanya setelinggaku, badannya cukup ideal untuk wanita pada umumnya, dan kulitnya yang tampak merona karena matahari sedang begitu senang-senangnya menyinari kulit putihnya itu.

Qidi, nama yang unikuntuk seorang yang riang gembira dengan senyum tipis, bola mata coklat, berbadantegap dengan tangan yang selalu masuk didalam saku bajunya.

Qidi StoryWhere stories live. Discover now