#2 Suara di Tangga

76 5 0
                                    

Hari-hari aku lewati dengan seperti biasanya, aku selalu kalah telat karena bisa dikatakan rumahku cukup jauh walau tidak pernah telat masuk kelas tapi aku selalu berusaha untuk tetap datang tepat waktu.

Setiap kali aku naiki anak tangga menuju kelasku, aku selalu berjumpa dengannya dan dia selalu menegurku dengan selalu menyampaikan salam temannya yang salam kepadaku.

"Kin, Dina salam" sahutnya dari bawah saat aku menaiki tangga yang tepat dibawah kelasnya.

"Iya waalaikumsalam" walau sebenarnya aku tahu bahwa sepertinya Dina belum ada saat itu disana.

Besok masih seperti biasanya, aku selalu berjumpa dengannya dan nada bicaranya lagi-lagi seperti sudah menjadi budaya untuk selalu menyampaikan salam temannya kepadaku.

"Kin, Dina salam ya." Sahutnya ketika aku menaiki anak tangga pertama.

"Iya, terima kasih salam balik ya" Jawabku dengan nada bahagia.

"Waalaikumsalam, katanya" jawabnya dengan cepat juga. Aku jadi penasaran dan meneruskan pertanyaan.

"Ada Dinanya?" Tanyaku dengan penasaran.

"Gak ada hehehe" jawabnya sambil ketawa, aku pun ketawa kecil sambil menaiki anak tangga untuk menuju kelasku.

Hari berikutnya aku masih kalah telat dengannya, lagi-lagi dia yang duluan sampai dan kemudian menegurku lagi.

"Kin, dapat salam lagi dari Dina"

"Iya, Dinanya mana?" jawab ku dengan penasaran mana orang yang salam denganku itu

"Belum datang, nanti aku ketemukan ya" jawabnya dengan ketawa

"Oh oke, salam balik untuknya" jawab ku dengan mengirim balik salamku Dina.

Kira-kira ini menjadi hal yang semakin membuatku penasaran siapa orang yang hampir tiap saat selalu salam denganku, tapi aku juga penasaran siapa orang yang selalu menyampaikan salam ini kepadaku, kenapa tidak Dinanya yang langsung menyampaikan salam itu ? Kenapa harus selalu wanita yang kutemui dibawah tangga yang berdiri didepan pintu kelasnya menyampaikan salam ini kepadaku ? Pikiranku dibuat selalu bertanya, tapi aku ingat sesuatu untuk menjawab satu diantara dua pertanyaan ini.

Ketika aku sudah sampai di kelas, aku meletakan tas di meja kemudian aku melihat dikiri pojok kelas ada Tata yang sedang mengobrol dengan teman sebangkunya, Dian.

"Ta, aku mau tanya sesuatu" tanya ku yang sembari menghampiri mejanya.

"oh iya kenapa kin?" Jawab Tata dengan santai

"Cewek yang kemarin ada salam denganku dari kelas lain, kamu kenal ta?" Tanya ku dengan wajah serius.

"Yang datang kesini kemarinkan ya?" Jawab Tata dengan wajah mengingat-ingat yang terjadi.

"Iya benar, yang datang kesini dan duduk disini" aku menjawab dengan cepat dan menunjukan kursi yang dahulu dia duduki.

"Dia anak kelas Sepuluh A, teman sebangku ku dulu itu sejak Sekolah Menengah Pertama. Namanya ..." Ketika Tata mau menerangkan namanya aku langsung memotong dengan cepat "Namanya simpan saja, nanti biarkan aku yang kenalan dengannya."

"Emang ada apa Kin? Hm curiga!" Tanyanya dengan senyum-senyum tipis menandakan ada sesuatu.

"Tidak ada apa-apa Ta, hanya aku penasaran saja dan biarkan penasaranku terjawab dengan sendirinya, terima kasih ya informasinya." Jawab ku dengan meninggalkan Tata dan aku kembali ke mejaku untuk mempersiapkan jam pertama pelajaran dimulai.

Begitulah aku dan begitulah kenyataan diriku yang selalu ingin mencari tahu dengan sendirinya, padahal jika dipikir, bertanya dengan Tata akan memberikan jawaban tentang perempuan itu, tapi kenyataanya aku penasaran dengan dia yang selalu datang lebih awal dan selalu berdiri didepan pintu kelas sembari menyampaikan salam temannya. 

Kenapa aku berpikiran tentangnya? Apa karena dia yang selalu menjadi embun penyejuk hati dikala matahari sedang malu-malunya untuk berdiri menjalani hari?

Suaranya ditangga itu selalu memenuhi lamunanku kala pelajaran matematika menghabiskan energi di pelajaran pertama ini.

Qidi StoryWhere stories live. Discover now