#6 Semeja Secerita

45 5 1
                                    

Jalan pun terus berjalan, kami berjalan tidak saling bersama, tapi aku mengikutinya dengan beberapa langkah lebih lambat dari dia. Kantin cukup jauh karena berada dibelakang sekolah, kantin di sekolah ini hanya ada disini, ada 4 kantin, dua dibawah dan dua diatas.

Untuk kantin bawah lebih didominasi anak siswa kelas X dan XII, sedangkan kantin diatas lebih banyak anak-anak kelas XI. Jadi saat sudah sampai didepan kantin, aku tetap mengikuti dia menaiki tangga disamping kantin bawah. Kantin dibawah ini cukup ramai karena untuk harga disini lebih murah dari atas begitulah informasi yang aku dapat dari berita burung yang selama ini aku dengar.

Ketika sampai di kantin atas, tempatnya tidak begitu ramai dan cukup tenang, tidak ada yang aku kenal disini, karena hampir didominasi sama kakak kelas, hal menarik dari Qidi disini dia tidak memikirkan apa yang aku pikirkan.

Kemudian aku mengikuti terus Qidi hingga kami berakhir di meja paling kanan di pojok kantin itu, dibelakang meja ini ada kantin yang Qidi omongkan sebelumnya, kantin Bude.

"Bude, pesan minuman biasa ya dua, sama gorengan bakwannya 4 deh" sahut Qidi yang masih berdiri, tangannya masih berada di sakunya.

"Iya non, aman wae toh, kiran gak kesini hari ini karena sudah cukup siang" jawab Bude yang sambil menyiapkan minman yang dipesan Qidi

"Hihihi ada urusan tadi Bude" jawab Qidi yang sembari duduk tepat didepan wajahku.

"Sering kesini ya?" Tanyaku padanya

"Iya sering kesini, dari masuk sekolah sampai sekarang. Oh iya minumanmu juga uda aku pesankan ya, ayo kita makan dulu karena uda lewat siang ni" Jawab Qidi dengan mengeluarkan bekal yang dibawanya.

Aku pun mengeluarkan juga bekal yang aku pegang di tangan kiri, aku cukup malu awalnya mengeluarkan bekalku karena hanya ada nasi dan telur mata sapi serta 3 helai sayur selada segar, tapi aku juga sudah keburu lapar jadi aku membuang rasa maluku karena ini makanan bukan hasil curian.

"Wah bekal kita sama ternyata, pake telur mata sapi juga." Teriak Qidi saat dia melihat isi bekalku

Lalu aku melirik bekalnya, lengkap sekali pikirku bekalnya. Telur, ayam goreng, sambal tempe, dan sayur bening dengan isian jagung, wortel, jamur dll.

"Ini aku tambah, biar kamu tambah sehat" Qidi menunjukan setengah daging ayamnya ke bekalku.

Aku hanya senyum ketika dia menaruh ayam goreng di bekalku. Kami pun sambil makan sama-sama tanpa ada canggung yang diawal cukup terasa pikirku.

Lalu Bude menghampiri kami dengan membawakan apa yang dipesan oleh Qidi diawal.

"Ini Non minumannya" Seketika itu langsung meletakan minumannya dimeja kami.

"Terima kasih, Bude kenalin ini Kin anak baru kelas atas." Jawab Qidi dengan mengenalkan diriku kepada Bude.

"Wah cocok" Jawab Bude seketika itu

"Bukan!" Jawab kami serentak berdua.

"Kami hanya temanan Bude" Jawab Qidi dengan menggoyangkan tangan kirinya menandakan kami tidak ada hubungan apa-apa.

"Oh semoga segera" Jawab Bude kembali dengan senyum dan mulai berjalan kembali ke kantinnya.

Kami berdua saling menaatap heran lalu melanjutkan makan bekal kami yang sudah setengah, lalu Qidi tiba-tiba bertanya yang memotong suapan ku.

"Kin, kamu sudah punya gebetan?" Tanya Qidi yang tiba-tiba saat itu

"Saat ini lagi gak ada" Jawabku dengan tenang karena begitulah benarnya.

"Bagus jadi bisalah kamu sama Dina nanti" balas Qidi dengan semangat.

"Lah tiba-tiba sekali kamu, ada apa sebenarnya?" Jawab ku yang seakaan terkejut dengan expresinya.

"Gak ada apa-apa, aku ini mak comblang, aku belum pernah gagal menyatukan dua orang yang jatuh cinta" Perjelas Qidi dengan nada semangat.

"Dibayar berapa kamu? Hahaha" aku bertanya dengan mengejeknya.

"Aku cukup dibayar dengan kebahagiaan mereka" Jawab Qidi dengan cepat

"Tapi bagaimana aku bisa jatuh cinta, melihat orangnya saja aku belum pernah, emm Dina itu seperti apa orangnya" Aku pun bertanya kepadanya tentang Dina.

Sambil mengunyah lalu menelan yang ada dimulutunya, lalu dia berkata

"Dina itu orangnya tinggi, aku aja hanya setinggi lehernya, wajahnya putih bulat dan dia itu tipe pemalu Kin, jarang keluar kelas juga" Jawab Qidi menjelaskan tentang Dina yang membuat aku menerawangkan wajahnya dipikiran.

"Dina lihat kamu pertama kali saat naik tangga menuju ke kelas, dia kegirangan kecil bilang kalau kamu imut lucu dan cool, lalu ketika hari berikutnya dia tanya kepadaku, Kin sudah datang belum? Aku jawab sudah tadi dia ada lewat." Sambung Qidi kembali menjelaskan.

"Oh begitu, lanjutkan ceritanya" jawabku yang semakin menarik untuk aku dengarkan.

"Nanti kalo Qidi ketemu dia selanjutnya, titip salam ya untuknya" Sambung Qidi menjelaskan.

"Makanya dia sering titip salam ya" Jawabku.

"Iya makanya aku sering sampaikan kalo ketemu kamu Kin. Aku gak ngada-ngada kok, dia beneren suka sama kamu itu. Tinggal kamu aja pendekatannya gimana, aku kasikan nomornya gimana?" jawab Qidi dengan semangat.

"Soal nomor telepon nanti aku minta sendiri, terpenting kamu bisa bantu aku untuk aku bertemu kembali dengannya?" Pintaku kepada Qidi.

"Bisaaaa! Pulang sekolah ya, di halte bus depan. Gimana?" Jawab Qidi dengan semangat.

"Boleh jam pulang sekolah" Jawabku dengan memakan suapan terakhir dari bekalku.

"Eh ngomong-ngomong kenapa kamu dipanggil Non sama Bude?" sambungku yang bertanya kepadanya.

"Karena aku suka dipanggil Nona hehehe" Jawab Qidi dengan ketawa.

Begitulah percakapan kami semeja di kantin itu, aku masih ingat suasana dan tata letak kantin itu sampai hari ini, mungkin kantin ini menjadi tempat yang paling menarik ketika jam istirahat, karena disana tempat kami sering bertemu selanjutnya.

Jam pelajaran terakhir pun dimulai, jam pulang pun menunggu ... 

Qidi StoryWhere stories live. Discover now