Ceritakan padaku, bagaimana tempat tinggalmu yang baru, adakah sungai sungai itu benar benar, dilintasi dengan air susu, juga badanmu tak sakit sakit lagi, kau dan orang orang di sana muda lagi
Gala Bunga Matahari - Sal Priadi
***
Ceritakan padaku, bagaimana tempat tinggalmu yang baru, adalah isi hatiku saat melihat temanku yang telah terbujur kaku di hadapanku. Aku terdiam, dengan air mata yang terus menerus mengalir di pipiku. Padahal, tak ada rencana bahwa ketika kami bertemu, kami berada di suasana menyedihkan yang tak bisa tergambarkan hancurnya seperti apa.
Biasanya, kami tertawa lepas, topik apapun kami obrolkan. Namun kini, semuanya berbanding terbalik. Aku yang sembab, dan temanku yang terpejam selamanya.
Isabella Anjasmara. Kenapa kamu meninggalkanku, dengan kematian yang sangat tak terduga seperti ini? Kamu pamit ingin membujuk Angelo, namun dengan brengseknya laki-laki itu justru sengaja mencelakakanmu karena dirimu yang hebat telah mengungkap sisi buruknya.
Aku mengepalkan tangan. Suaraku hilang, akibat berteriak histeris sedari malam. Tanganku diperban, akibat telah puas melampiaskan amarah buasku pada Angelo yang telah bejat selingkuh dan membuat Isabel kecelakaan di jalan akibat mendengar kabar suara perempuan dari telfon yang ia angkat sambil berkendara dengan kecepatan tinggi di jalanan yang licin.
Aku ingin sekali, benar-benar ingin memeluk sekali lagi sahabat sejak masa sekolah dasarku itu, tetapi dokter bilang wajahnya sudah tak terbentuk, dengan beberapa luka parah di sekujur tubuhnya.
Aku tak kuat, benar-benar tak kuat menyaksikan sahabatku dikebumikan. Lantas, aku pulang ke rumah tanpa alas kaki, dengan pikiran hampa nan kosong.
"Rasyela!"
Teriakan itu berasal dari belakangku. Aku mendengarnya, namun kuabaikan. Tetapi, ketika hujan deras menerjang tubuhku tanpa ampun, kurasa ada lengan yang menarik diriku lalu merengkuhku dalam pelukan dingin yang sangat amat erat.
Ariestrian Diwangga. Pertama kali dalam hidup, ia menyentuh dan memberikan rasa simpati kepadaku, setelah sekian lama kita saling kenal biasanya ia hanya menatapku dari sudut matanya saja.
"Lo boleh hancur, tapi jangan sampe lo juga mati karena hampir ketabrak tronton kayak tadi!"
Ia berteriak diiringi isakan tangis yang begitu menyakitkan. Pelukan itu seakan-akan menghubungkan rasa sakit kami yang teramat dalam. Aku, dan Kak Aries, sama-sama tak rela, dan seperti dihujam kenyataan pahit. Nyawa yang seharusnya masih pantas hidup, dilenyapkan dengan seekor anjing berkedok manusia bernama Ray Angelo.
"Gue anter lo ke rumah. Dan mulai sekarang, gue..." Suara Kak Aries mulai tak terdengar, tertutup oleh suara air hujan yang semakin begitu deras.
Terimakasih, langit, kamu sudah menggambarkan perasaan sedihku yang teramat saat ini.
***
Adakah sungai-sungai itu benar benar, dilintasi dengan air susu, juga badanmu tak sakit sakit lagi, kau dan orang orang di sana muda lagi, aku masih menangis, untuk kelima kalinya dalam satu hari.
Pemakaman almarhumah Isabella Anjasmara sudah selesai. Menyisakan keluarga besar dan para tetangga yang masih berada di kediamannya. Aku seharusnya pulang, namun kunci rumah lupa kubawa, alhasil aku diperbolehkan untuk menginap semalam di rumah Kak Aries. Laki-laki itu sendiri merupakan kakak tunggal temanku yang terkenal dingin dan jarang berinteraksi dengan anak diluar circle pertemanannya.
Suhu badanku tinggi. Terlalu banyak menangis membuatku kepalaku berat diiringi dengan demam yang kurasa. Suara ponsel yang bergetar beberapa kali itu membuat mataku yang tak kusadari sudah terpejam, kini dengan perlahan mulai membaca beberapa pesan yang tertera di lockscreen ponselku.
Ariestrian Diwangga:
sini ke balkon lt. 2
jangan banyak nangis
gue juga sedih, jadi gue paham apa yang lo rasain
gamau kesini? gue gendongPesan itu terkirim sepuluh menit yang lalu, dan tak kusangka Kak Aries yang mengirimnya kepadaku.
Tok! Tok!
Dengan samar aku mendengar ketukan pintu. Kepalaku sangat pusing kala aku mencoba untuk duduk di ranjang. Dan ketika aku mencoba untuk turun dari kasur, dirasa aku hampir oleng dan benar saja, badanku limbung dan terjatuh di lantai kamar yang dingin.
Aku mengaduh, lalu kembali menangis kembali. Benar-benar sakit hati ini sangat teramat pedih. Dan sebuah lengan kembali memelukku dengan erat, bedanya kali ini ada kehangatan yang tersalur sehingga aku merasa sedikit ada yang mengerti perasaanku.
"Gue bilang jangan banyak nangis, Rasyela." Suara berat Kak Aries terdengar lembut di telingaku. Kepalanya bersembunyi di balik helai-helai rambutku. Aku ingin memeluknya kembali, namun energiku rasanya terkuras sangat habis, sehingga aku hanya terisak di pelukan hangatnya.
Aku tak paham, mengapa Kak Aries bisa sehangat ini secara tiba-tiba. Mungkin hanya hari ini ia memberikan simpati. Namun disamping hal itu, hatiku remuk tak bersisa.
***
author notes:
hai peeps! gimana kabar kelyan? hehe gw terinsipirasi dari lagu di atas, karna liriknya ngena banget tolong😭🙏🏻dan beberapa karakter pemain disini juga terinspirasi dari seseorang hihi. hitung2 bikin cerita ini karna gabut aja sie mwehehee. semoga suka, yawww!

KAMU SEDANG MEMBACA
Jarak Tanpa Arah
Romanceaphroditelouvre proudly present; Jarak Tanpa Arah ࿐ྀུ ❛❛Mengenalmu secara tidak sengaja, menyayangimu tanpa kecewa, namun mencintaimu dengan lara.❜❜ Dengan masa lalunya yang seringkali diputus secara sepihak oleh mantan-mantannya, Alfathar sudah tid...