7. 🔞

5 1 0
                                    

Walau sempat terkejut dengan ajakan Erika, Reka gak mau buang kesempatan ini. Kapan lagi bisa sarapan bareng Erika di apartemennya. Ucap Reka dalam hati sambil mengikuti langkah kaki Erika di depannya.

Kedua sosok tersebut telah berada di dalam apart. Sosok wanita mempersilahkan sosok lelaki tersebut masuk dan menyuruhnya untuk duduk di sofa depan TV yang lumayan berukuran besar itu.

"Kak Reka duduk disini dulu ya, aku nyiapin sarapannya dulu, 15-20 menit paling lama" kata Erika seraya berjalan meninggalkan Reka dan menuju dapur.

"Oke Er, santai aja. Gak usah buru-buru" Reka berkata sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

Di atas meja tv terdapat beberapa bingkai foto yang memuat gambar Erika maupun keluarga dan sahabatnya. Di sebelah sofa tempat dia duduk terdapat Biola dan Gitar yang Reka yakini milik Erika. Di samping itu terdapat jendela besar dan pintu menuju balkon.

Sebenarnya ukuran apartemen Erika tidak bisa dikatakan besar atau pun kecil, menurut Reka ukurannya sudah pas untuk Erika dan terlihat sangat nyaman untuk ditinggali.

Sekali lagi pandangan Reka diedarkan ke sekeliling hingga matanya menangkap sosok Erika di dapur yang terlihat sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

"Butuh bantuan gak Er?" Ucap Reka sambil berdiri dan berjalan ke arah dapur.

Sejujurnya sudah sejak tadi Reka memperhatikan kegiatan Erika di dapur. Bagi Reka, Erika terlihat cantik dan menggemaskan, ditambah lagi dengan ikatan rambut Erika yang dicepol asal-asalan. Berantakan namun terlihat menggemaskan bagi Reka.

"gak ada kok kak. Aman terkendali, kak Reka tinggal nunggu beres aja. Dikit lagi selesai." Jawab Erika tanpa melihat Reka, dirinya fokus pada nasi goreng (menu andalan Erika) yang ada di wajan. Saking fokusnya Erika tidak menyadari bahwa Reka sudah berada tepat di belakangnya.

"Kelihatannya enak" ucap Reka tepat disamping telinga kanan Erika. Posisi tubuh Reka begitu dekat bahkan nyaris bersentuhan langsung dengan tubuh Erika.

Erika sangat terkejut mendengar suara Reka tepat disamping telinganya. Dia dapat merasakan hembusan napas Reka di telinga bahkan pipi kanannya. Nyawa Erika menghilang sepersekian detik. Saking terkejutnya dia reflek menolehkan wajahnya ke sumber suara itu dan benar saja wajahnya langsung berhadapan dengan wajah Reka. Posisi tubuh mereka sudah menempel dengan lengan kiri Reka berada di meja seakan mengukung Erika. Mereka saling bertatapan untuk beberapa saat hingga Reka kembali memajukan wajahnya lebih dekat lagi dan mengatakan

"Can i kiss you?" Ucap Reka dengan suara berat dan pelan. Lebih seperti sebuah bisikan.

Matanya menatap dalam mata Erika dan seakan mengisyaratkan permohonan.

Tanpa menunggu lama, anggukan kecil pada kepala Erika menandakan permohonan itu langsung terkabulkan. Entah setan dari mana hingga Erika menganggukkan kepalanya.

Begitu melihat isyarat kecil dari sang wanita, tanpa pikir panjang Reka langsung menyatukan kedua bibir mereka. Tangan kanannya perlahan mematikan kompor yang ada dibelakang Erika.Dikecupnya pelan bibir mungil milik Erika. Sekali, dua kali, tiga kali, hingga kecupan yang keempat perlahan bibir Reka bergerak mengesap bibir atas dan bawah Erika secara bergantian. Awalnya Erika hanya diam saja dan tak membalas, namun perlahan diapun mulai ikut membalas ciuman itu. Ciuman itu semakin panas kala Reka mulai menyusupkan lidahnya kedalam mulut Erika dan mencari lidah lainnya. Terbawa suasana, Erika tak sadar mengeluarkan desahan kecilnya saat Reka mengesap lidahnya. Mendengar itu Reka tak tinggal diam, tangannya perlahan merengkuh pinggang langsing Erika, menariknya agar lebih dekat lagi dengan tubuhnya. Erika pun ikut mengalungkan kedua tangannya ke leher Reka. Kedua insan ini menikmati ciuman panas mereka hingga pasokan oksigen menipis dan membuat mereka melepaskan ciuman mereka.
Mereka saling bertatapan seraya mengambil oksigen sebanyak mungkin.

Reka memulai aksinya kembali. Kali ini leher Erika yang menjadi sasarannya. Dikecupnya leher putih dan mulus itu sambil sesekali dihisapnya pelan. Erika reflek memiringkan kepalanya memberi akses lebih banyak kepada Reka untuk mengeksplor lehernya.

"Kak Rekaa ahh" desah Erika tertahan saat Reka sengaja menghisap lehernya agak kencang dan meninggalkan sedikit tanda merah disana.

Tiba-tiba kewarasan Erika kembali saat dia merasakan satu tangan Reka mulai menjalar ke dalam kaosnya. Dengan segera Erika mendorong pelan tubuh Reka hingga terpisah dari tubuhnya.

"Kak Reka stop kak."

Reka yang terkejut dengan dorongan itupun ikut tersadar dengan apa yang telah dia perbuat. Dengan segera dia langsung meminta maaf kepada Erika.

"Maaf Er, Maafin aku. Aku gak bisa kontrol diriku" ucap Reka memohon maaf kepada Erika dengan wajah penuh penyesalan.

"Iya kak, aku juga salah terbawa suasana" jawab Erika tak menyalahkan sepenuhnya ke Reka, dia pun juga merasa bersalah karna terbawa suasana.

"Aku lanjut masak trus kita sarapan ya kak" ucap Erika sambil berbalik ke arah kompor dan menyalakannya. Dia melanjutkan kegiatan memasaknya yang sempat tertunda itu.

Reka pun memilih kembali menduduki sofa di depan tv itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

VAREKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang