1. Rooftop

53 10 36
                                    



"Hoi, mau b*n*h d*r*, ya?"

Pemuda jangkung yang sedang memejamkan mata dan berdiri di tepi tembok pembatas rooftop terkejut dan hampir terjengkang. "Anjing, hampir jatuh gue!"

"Lho? Ya bagus, dong kalau jatuh." Gadis dengan mata almond dan rambut acak-acakan itu menggeliat.

"Gue udah ngeblok pintu rooftop pake kursi, harusnya lo nggak bisa masuk!"

"Ya, kan gue tidur di sini dari pagi. Lo bikin ribut ganggu tidur siang gue aja."

Pemuda yang berdiri di tepian tembok itu menghela napas panjang. Dia mengenali gadis itu sebagai teman satu kelasnya, Arya Cempaka. Suka membolos dan tidur di kelas. Anehnya, para guru tidak ada yang berani menegurnya. Mungkin karena nilai akademisnya tetap bagus? Entah.

"Lo murid baru itu kan? Siapa nama lo?" Arya ikut bersandar pada tepi tembok dan melongok ke bawah. Ternyata sudah ramai orang berkerumun dan pemadam kebakaran sudah menyiapkan matras penyelamatan. "Anjir, udah rame banget di bawah."

Pemuda jangkung itu berjongkok sembari menggaruk kepala. "Nah, itu dia, kalau gue nggak jadi loncat kasian mereka nggak sih? Udah repot-repot nyiapin ini itu. Gue loncat aja sekarang kali ya biar nggak mubadzir."

Arya terkekeh. "Ya, lo niat loncat atau nggak?"

"Awalnya enggak. Cuma mau me-time nikmatin angin di ketinggian." Sahut pemuda itu polos. "Tapi terus kok tiba-tiba mereka ribut sendiri, jadi kepikiran buat b*n*h d*r*. Kayaknya boleh juga kalau lompat, gitu gue pikir."

"Ya, tapi usaha b*n*h d*r* lo udah terhitung gagal menurut gue. Udahlah, lanjutin lain kali aja! Yuk, ikut gue!" Arya menggenggam lengan pemuda itu. "Oh, gue inget nama lo. Alwin. Ya ya ya, yuk mulai sekarang gabung ke klub gue!"

Alwin terkejut ketika tangan Arya melilit dan mencengkeram tangannya erat. Entah kenapa, ia merasa Arya tidak sesantai kelihatannya. Sepertinya, Arya berusaha mencegahnya meloncat dengan cara yang tidak kentara. Arya mencengkeram makin erat ketika Alwin berusaha melepaskan diri.

"Muka secakep itu, sayang kalau mati. Mending ikut klub gue aja," kata Arya sambil menarik lengan Alwin sedikit lebih kasar. "Ayo, buruan! Lelet amat!"

Tubuh jangkung Alwin terjengkang dan terseret menuju pintu keluar rooftop yang mulai bergetar karena ada orang berusaha mendobraknya dari sisi lainnya.

"Hhh, rusuh banget. Harus banget lo bikin keributan kayak gini?" Arya mengomel. "Coba kalau lo b*n*h d*r*nya di rumah, nggak bakal seribut ini. Setidaknya, kalau lo bener-bener ngelakuinnya, baru deh ribut di rumah lo!"

 Setidaknya, kalau lo bener-bener ngelakuinnya, baru deh ribut di rumah lo!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Alwin mengedikkan bahu. "Mereka aja yang lebay. Gue aslinya nggak ada niat apa-apa," kilahnya.

"Lain kali jangan b*n*h d*r* di sini. Ntar gentangannya di sekolah, nyusahin."

"Ya, itu urusan kalian!"

"Ini akademi swasta. Ntar bikin sekolah ini nggak laku kalau ada kasus b*n*h d*r*."

The Dating ClubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang