Bab 3

116 10 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sungguh di luar dugaan, jika jiwa  pria berada dalam tubuh wanita, begitu pula sebaliknya. Bukankah itu aneh? Di luar dugaan Azka, ia harus menjalani hidup sebagai seorang perempuan. Lalu, di mana tubuhnya? Terakhir kali yang ia ingat, ia sedang menolong seorang wanita dengan memeluknya dari belakang. 

Bayangkan saja jiwa pria harus menjalani kehidupan di tubuh seorang wanita. Bagaimana Azka harus menjalani hidup sebagai wanita? 

Azka menggaruk kepalanya, merasakan pusing. Ia ingin berteriak sekarang juga, namun berteriak di rumah sakit bukanlah cara yang baik untuk melampiaskan semua.

Saat malam tiba, Delisa dan Ammar pergi ke rumah untuk mengambil baju ganti anak mereka. Karena Delisa hanya membawa satu baju ganti untuk anak perempuan mereka, Niko ditugaskan untuk menjaga kakaknya. Sayangnya, Niko tertidur pulas di atas kursi bantal. 

Azka yang melihat Niko tidur pulas mengambil kesempatan untuk keluar dari kamar ruang rawatnya, tidak lupa membawa infus yang terpasang di tangannya.

Saat Azka keluar, ia melihat sekeliling dan mencari keberadaan tubuhnya. Ia menduga bahwa tubuhnya sudah meninggal. Sebelumnya, saat dia berada di cermin toilet, Azka menyadari bahwa tubuh yang ditempatinya adalah wanita yang dia tolong sebelumnya.

Azka mendekati perawat yang bertugas dan menanyakan nama pasien yang disebutkannya. Ia yakin tubuhnya dirawat di rumah sakit yang sama, karena Azka dan wanita yang ditolongnya mengalami kecelakaan secara bersamaan, tidak mungkin mereka dipisahkan sebagai korban kecelakaan.

Azka terkejut mendengar dari perawat bahwa nama yang disebutkan sedang dirawat di salah satu kamar. Ia segera menuju kamar tersebut dan mengetuk pintunya. Ketika pintu itu terbuka, ia melihat ibunya, Andin, di dalam kamar.

“Ya? Cari siapa?” tanya Andin sambil tersenyum ramah.

“A-anu, saya mau jenguk Azka,” jawab Azka, sedikit gugup.

“Kamu teman Azka? Eh, kamu juga pasien di rumah sakit ini?” tanya Andin, memperhatikan wanita di depannya yang terpasang infus.

“Iya,” jawab Azka singkat.

“Oh, ya sudah mari masuk,” ucap Andin mempersilakan masuk.

Azka melihat tubuhnya yang sedang menikmati buah, sementara Niza, yang sedang mengunyah apel, berhenti sejenak. Wajah dan tubuh Azka terlihat jelas, membuat Niza merasa seolah sedang bercermin.

“Katanya dia temanmu,” ucap Andin.

“Ha-ha-ha, i-iya,”ucap Niza, sambil tertawa terpaksa.

Azka kemudian duduk di kursi samping brankar Niza. Mereka berdua terdiam, pikiran mereka dipenuhi tanda tanya. Sementara itu, Andin merasakan ada yang aneh dengan pertemanan anaknya.
Andin merasa kehadirannya mungkin membuat suasana kurang nyaman, sehingga Andin memilih untuk keluar dari ruangan tersebut.

Setelah kepergian Andin, Niza pun berkata "Tubuh gue!" 

"Lo siapa ha!" ucap Niza.

"Kok lo bisa ada di tubuh gue?" tanya Niza, menatap tajam.

"Enggak tahu, tanyakan pada takdir" jawab Azka.

“Gara-gara nolongin lo, jiwa kita ketukar gini,” ucap Azka.

“Jadi, lo cowok yang nolongin gue?” tanya Niza.

“Iya, ganteng kan?” ucap Azka menaik turunkan alisnya. Sementara Niza menatap tidak suka dengan kepercayaan diri Azka.

"Kenapa bisa gini coba?" ucap  Niza frustasi.

"Gue mau balik ke tubuh gue, apa perlu kita tabrakan ulang?" ucap Niza

"Kalau bisa gue juga mau, tapi kalau enggak bisa? Meninggal dong," ucap Azka.

"Ya, masa gue harus hidup di tubuh cowok, apalagi cowok modelan kayak lo,” ucap Niza

"Bentar, gue lagi memikirkan jalan keluarnya" ucap Azka yang sepertinya sedang fokus memikirkan caranya, semoga dengan caranya bisa kembali dengan semula.

“Haa!” ucap Azka, yang sepertinya mendapatkan petunjuk.

“Gimana? Lo tahu caranya?” tanya Niza.

“Enggak,” jawab Azka dengan santai.

“Bangke!” Niza kesal.

“Terus, kita harus gimana?” tanya Niza, frustasi.

“Kamu nanya ke saya? Saya harus nanya ke siapa?” jawab Azka, bingung.

“Ihhh!” Niza semakin kesal. 




 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.













Ketika Jiwa Tertukar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang