Bab 9

42 5 1
                                    

Halo guys!
Kembali lagi👋


 Halo guys!Kembali lagi👋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Keesokan harinya, saat Azka dan Niza melakukan aktivitas seperti kuliah. Kuliah adalah tempat di mana seseorang menuntut ilmu, dan beberapa orang bersemangat saat kembali kuliah untuk mencapai tujuan mereka. Namun tidak dengan Niza, harus kembali kuliah dengan keadaan yang berbeda dan jurusan yang berbeda, bahkan dia tidak tahu apa-apa tentang jurusan televisi dan film.

Kampus Star Academic University, adalah Kampus Favorit di mana Niza kuliah sebagai jurusan Sejarah dan Azka sebagai jurusan televisi dan film. Beruntung mereka satu kampus, hanya beda fakultas. 

Sebenarnya, Niza tidak perlu banyak bertanya lagi kepada Azka di mana tempat kuliahnya, sudah pasti satu Kampus dengan Niza. Di ponsel Azka sudah ada grup kelas, grup Fakultas dan grup Kampus.

Dan yang membuat Niza tidak suka adalah teman-teman Azka, yang suka membicarakan tentang para wanita dan menawarkannya kepada Azka, padahal Azka sendiri telah memiliki pacar. Ternyata Azka sama saja dengan pria yang Niza temui, tidak bisa melihat wanita yang seksi, mata langsung saja berbinar.

"Gue ada kenalan cewek di Fakultas sebelah, gila! Cantik banget," ucap Ravi. Teman Azka yang suka mencari informasi para wanita. Mereka sedang berada di dalam kelas.

"Ayo!" seru Kenzie.

"Kalau masalah itu mah, enggak bisa ditolak," ucap Felix.

Sedangkan Niza menatap tidak suka pria bernama Felix, kenapa Niza harus bertemu pria yang ingin Niza kubur hidup-hidup, yang ternyata berteman dengan Azka.

"Azka, ini adalah kesempatan kita ya, kan?" ucap Daren. Salah satu teman yang pura-pura cool depan wanita, kalau dengan teman sendiri sikap coolnya hilang.

“Kesempatan pala Bapak kau, pergi saja kalian, gue pusing,” ucap Niza.

"Tiba-tiba gue ngidam, enek lihat wajah dia,” tambah Niza sambil menunjuk Felix.

"Emang cowok bisa hamidun?" tanya Kenzie dengan penasaran.

"Di novel bisa," jawab Ravi.

"Udah ya, kalau kalian mau ketemu tuh cewek, pergi sana! Jangan ngajak-ngajak gue, karena gue enggak suka sama cewek," ucap Niza sambil melipat tangan di depan dada.

Ravi, Daren, Felix, dan Kenzie menutup mulut mereka secara bersamaan, tidak percaya. Keempat pria itu berpikir bahwa teman mereka menyukai pria. Mereka menelan ludah dengan susah payah, merasa takut jika Azka,  menyukai salah satu di antara mereka berempat.

"Pergi sana! Jangan ganggu gue," ucap Niza kesal.

"Lo enggak suka di antara kita berempat?" tanya Daren hati-hati.

"Maksud lo apa? Ya enggak lah, tipe gue itu seperti Kim Taehyung, idol Korea," ucap Niza sambil membayangkan betapa tampannya idol tersebut.

"Astaga! Tolong selamatkan Azka," ucap Ravi.

Daren memegang kedua bahu Niza dan berkata, "Azka, kalau ada masalah, beritahu kami."

"Apa sih, najis dipegang lo, lepasin!" ucap Niza.

"Sadar, Azka, sadar! Lo cakep, kenapa harus suka cowok?" ucap Daren sambil menggoyang-goyangkan tubuh Niza, dengan posisi tangan masih di kedua bahu. Suaranya terdengar oleh teman-teman kelas mereka, membuat penghuni kelas keheranan.

“Lah, gue kan cew—” ucap Niza terpotong, dia lupa bahwa sekarang dirinya adalah cowok.

“Ha-ha-ha, itu gue lagi akting. Iya, akting! Kan mahasiswa perfilman,” ucap Niza sambil tertawa. Orang-orang di kelas pun menghela napas lega.

Niza mengutuk dirinya dalam hati karena tidak menyadari posisinya yang sekarang berbeda dari sebelumnya. Dia berharap semua ini segera berakhir dan dia bisa kembali.

Sementara itu, ada Azka yang merasa kesulitan belajar sejarah, karena baginya, sejarah adalah masa lalu yang harus dilupakan, bukan dipelajari. Meskipun membingungkan dan membuat Azka pusing, Azka merasa beruntung memiliki temannya Niza yang selalu membantunya, cantik dan baik hati

Azka menyadari bahwa dia adalah teman Niza, karena saat memasuki kelas, wanita itu sudah memanggil Niza dan mengajaknya duduk bersama. Hari keberuntungan Azka tidak boleh ditolak, begitu pikir Azka, seorang pria yang mengagumi wanita. Namun, dia tetap setia, seperti yang sering dia katakan.

“Dengar-dengar ada lomba renang, ya? Ayo ke sana, mumpung mata kuliah sudah selesai,” ucap Azka.

“Tumben lo mau nonton lomba renang. Biasanya, lo lebih suka ke perpustakaan,” balas Cahya, teman Niza.

“Halah, ngapain ke perpustakaan? Lama-lama juga gue bosan,” ucap Azka.

“Kesambet apa lo semalam? Biasanya, perpustakaan itu nomor satu buat lo,” balas Cahya.

Azka mendekatkan wajahnya ke wajah Cahya, membuat Cahya mundur. Lalu, Azka berkata dengan suara pelan, 

“Gue kesambet neng Cahya yang cantik.”

Cahya menahan napasnya dan menelan ludah dengan susah payah.

Azka menarik tangan Cahya, lalu mereka menuju tempat perlombaan. Cahya mengamati dengan teliti bagaimana cara temannya itu berjalan, seolah dia seorang pria.

“Kenapa liatin gue? Mulai tertarik, ya?” ucap Azka sambil tersenyum menggoda.

Cahya mulai merasa ngeri dan melepaskan paksa tangannya dari pegangan Azka.

“Lo kenapa sih, Niza? Lo aneh banget,” ucap Cahya.

“Aneh gimana?” tanya Azka.

“Cara lo jalan, terus kayak goda-goda gue. Gue jadi takut, tahu,” ucap Cahya.

Azka menggaruk kepalanya yang gatal. “Ya udah, sih. Terima aja teman lo dengan gaya barunya,” jawab Azka.

Cahya merasakan keanehan dengan temannya yang bernama Niza. Meskipun wajah wanita di depannya mirip Niza, Cahya merasa bahwa dia bukanlah Niza yang dikenalnya.

Setiap orang memang pasti akan berubah, tetapi perubahan Niza membuat Cahya merasa takut.








TBC

.

.

.

Ketika Jiwa Tertukar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang