[Novelet fiksi]
Apa jadinya jika seorang playboy bertukar jiwa dengan seorang wanita yang menjadi korban ghosting? Mampukah mereka beradaptasi dengan tubuh dan kehidupan baru yang sangat berbeda dari sebelumnya?
⚠️Jika ingin berhasil, jangan meniru...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jika Azka dan Cahya sedang menonton perlombaan renang, sementara Niza memilih pergi ke perpustakaan kampus, tempat yang sering ia kunjungi. Setibanya di sana, Niza memilih buku yang sesuai dengan jurusan Azka.
Niza membaca dengan seksama dan berusaha memahami jurusan Azka. Dia tidak ingin nilai Azka menurun karena ketidaktahuannya. Namun, bagaimana dengan Azka? Apakah dia juga akan berpikir seperti Niza?
Selama setengah jam lamanya Niza membaca, tiba-tiba ada gerakan kursi di depannya yang dihalangi oleh meja di tengah-tengah. Seorang pria duduk dan menyapa Niza.
"Hai! Tumben lo ke sini," ucap Faris, pria yang pernah membuat Niza jatuh cinta.
Niza menatap wajah itu, berpikir mengapa pria tersebut muncul saat ia mulai melupakannya.
“Azka!” ucap Faris pelan.
“Kenapa lo?” tanya Faris, melihat pria di depannya sedang menatapnya.
“Jauh-jauh dari gue,” kata Niza sambil pergi meninggalkan Faris yang tampak bingung.
“Kenapa tuh anak?” tanya Faris sambil melipat tangan di depan dada.
Niza berlari keluar, tanpa sadar setetes air mata mengalir. Ia bertemu dengan keempat teman Azka, yang membuat langkahnya terhenti.
“Lah, seorang Azka meneteskan air mata?” ucap Ravi tidak percaya.
“Wanita mana yang telah menyakitimu?” tanya Daren sambil berakting sedih.
“Nangis? Ck, kelilipan tadi,” ucap Niza.
“Minggir, gue mau pulang,” kata Niza sambil melangkah cepat.
Setelah menjauh dari empat teman Azka, Niza mulai berjalan dan berusaha melupakan pria bernama Faris.
“Apa kabar, bro?” tanya Azka yang datang dari arah belakang sambil merangkul Niza.
“Bagaimana hidup sebagai seorang Azka?” lanjut Azka.
“Biasa aja,” jawab Niza.
Langkah Niza terhenti saat menyadari Azka menatapnya.
“Kenapa?” tanya Niza.
“Lo lagi enggak baik-baik saja, kan? Hayo ngaku,” ucap Azka.
"Wajah gue jadi jelek soalnya," tambah Azka.
Niza terdiam sejenak, lalu bertanya, “Lo pernah mencintai seseorang lalu ditinggalkan enggak?”
“Ah, ya, lo pasti enggak pernah merasakan itu, karena lo yang melakukan,” tambah Niza.
Wajah ceria Azka seketika berubah serius. “Maksud lo?”
“Enak banget ya jadi cowok, sesuka hati nyakitin cewek. Mudah banget cara melupakannya, tinggal cari cewek lain. Benar enggak?” ucap Niza.
“Enggak,” jawab Azka.
“Lo salah, tidak semua cowok yang lo pikirkan seperti itu,” ucap Azka.
“Kalau berpikir seperti itu, lo akan larut dalam kesedihan dan menganggap semua cowok sama. Susah untuk mendapatkan cinta jika masih berpikir seperti itu,” tambah Azka.
“Gue enggak butuh cinta,” ucap Niza.
“Ck, enggak butuh? Suatu saat lo bakal nyesal dengan perkataan lo,” ucap Azka.
“Gue sebagai cowok tidak setuju kalau lo anggap semua cowok seburuk itu,” kata Azka, lalu pergi meninggalkan Niza.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.