3 - I Build Conversation With Him

7 3 0
                                    

Hari Sabtu yang kunantikan akhirnya datang juga. Sebab Sabtu pagiku terlalu monoton, aku lewati saja. Sabtu siangku lebih istimewa, kau tahu kenapa? Aku baru bisa melihat batang hidung Kak Yarrow yang sepertinya tenggelam di lautan manusia hari ini.

Agenda MPLS hari ini tidak sepadat hari-hari sebelumnya, hanya ada pertunjukan pentas seni dari masing-masing jurusan dan akan dilanjutkan dengan penentuan kegiatan ekstrakurikuler oleh para siswa baru, kabarnya sih setiap siswa diwajibkan mengikuti satu kegiatan ekstrakurikuler. Dari informasi yang kudapat, ada banyak ekstrakurikuler di SMA Bakti Nusantara—sekolahku omong-omong. Pramuka sudah pasti wajib diikuti. Dari bidang olahraga, seni, pecinta alam, religi, sampai jurnalistik, atensiku tertuju pada satu ekstrakurikuler; Teman Perpustakaan, yang lebih dikenal dengan sebutan Tempus.

Aku kepo setengah mati dengan ekstrakurikuler satu itu. Kabar sedapnya, Kak Yarrow berdiri tak jauh dari posisiku saat ini, jadi bisa modus tipis-tipis nanti. Demi ketertiban para siswa baru dalam pemilihan kegiatan ekstrakurikuler, kami para siswa baru diminta untuk antri menuju beberapa stand yang berisikan pameran dari masing-masing ekstrakurikuler. Kalau dari ekskul olahraga sih sudah pasti banyak cogan yang pamer bisep dan keahlian, ya. Sudah tidak perlu diragukan lagi, apalagi dari tim futsal, beuh, hawanya nyampai sini. Padahal jarakku masih lumayan jauh dari jajaran stand.

Oke, mari fokus denganku kembali.

Kak Yarrow berdiri di satu titik di mana sedikit lagi aku akan menemui titik itu. Dia benar-benar menjalankan perannya dengan baik, menertibkan siswa baru slengean yang keluar jalur antrian. Sesekali juga ia menimpali jika ada yang bertanya, bibirnya pun tak luput dari senyuman yang mematikan. Aduh, tahan, Bell. Tidak lucu kalau kau jatuh menggelepar di sini.

“Kak Yarrow cakep banget, edan!”

 Konsentrasiku yang tengah menyelami keindahan Kak Yarrow seketika buyar ketika Poppy memekik tertahan. Bocah pendek—aku juga pendek, sih, tapi Poppy masih sedikit di bawahku— yang berdiri tepat di depanku itu tiba-tiba menoleh ke belakang, sedikit membuatku terkejut karena gerakannya yang tanpa prediksi. Ditambah pekikan menggebu dan sedikit makian pelan di belakangnya.

“Iya, Pop, tau kok kalau cakep,” aku menanggapi dengan santai, padahal tidak tahu saja dia jika dalam hatiku sudah jedag-jedug bukan main. Alsa dan Arum yang mengantri di belakangku seketika melongok, cukup membuatku terkejut karena muncul dua wajah di samping kiri dan kananku.

“Siapa yang cakep, Bell?”

“Kak Yarrow. Udah, ah, balik lagi.”

Bisa kurasakan dua temanku itu mendengus, kendati demikian Arum dan Alsa tetap kembali ke antrian masing-masing. Pandanganku kembali mematri ke depan. Tak pedulikan ocehan Poppy pasal paras Kak Yarrow yang enak dipandang, sebab perhatianku dari tadi memang sudah tertuju pada objek ocehan Poppy itu.

Hingga tiba saatnya kakiku berada di satu titik depan kak Yarrow, ya ampun kakiku gemetar! Napasku mendadak tersengal, deg-degan bukan main harus berada di satu garis lurus dengan Kak Yarrow. Jarak kami pun terpaut tak lebih dari satu meter, aku sampai menahan napas ketika melihatnya tersenyum.

Aduh, Bell, tolong lakukan sesuatu sekarang juga! Basa-basi kek, atau apa begitu, please lakukan sekarang juga! Jangan pernah menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

“Kak Yarrow, boleh tanya-tanya seputar ekskul di Baktara nggak?” pertanyaan itu main lolos begitu saja dari mulutku, tanpa saringan, tanpa revisi, tanpa rencana. Meluncur begitu saja, sampai membuatku terkejut sendiri. Arum dan Alsa yang masih berdiri di belakangku pun sepertinya sama terkejutnya denganku. Beruntung pertanyaan yang kuajukan masih berada di garis normal, kalau aku tiba-tiba bertanya tipe Kak Yarrow yang seperti apa, apa tidak pingsan dua manusia yang berdiri di belakangku itu?

Larkspur In 2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang