Arum bilang, waktu sangat cepat berlalu. Diam-diam aku menyetujuinya, sadar tidak sadar, sudah lebih satu bulan semenjak MPLS berakhir. Rasanya baru kemarin aku deg-degan waktu pertama kali memasuki gerbang sekolah ini, baru kemarin aku bertemu dengan Alsa dan Arum yang ternyata satu sekolah lagi denganku, dan baru kemarin aku berjabat tangan dengan Kak Yarrow. Nyatanya, itu semua sudah terjadi bulan lalu.
"Bell, lewat kelas Adam, yuk. Sekalian jemput tuh bocah."
Di sela-sela kegiatanku memasukkan peralatan tulis ke dalam tas, aku mengiyakan ajakan Alsa untuk menjemput Adam di depan kelasnya. Oh iya, for your information, namanya Adam Flamenta. Dia juga teman satu SMP-ku. Malah Adam ini teman sekelasku waktu kami kelas IX. Namun, waktu itu kami tidak begitu dekat. Hanya sebatas teman sekelas kurasa.
Aku, Alsa, dan Arum berjalan beriringan keluar kelas. Namun kami harus berpisah setelah mencapai lapangan upacara. Arum berjalan lurus menuju tempat parkir motor kelas X karena dia membawa motor, berbeda denganku dan Alsa. Kami sama-sama naik angkutan umum. Setelah melakukan ritual wajib; yakni melambai-lambai singkat, aku dan Alsa berbelok ke utara menuju gedung jurusan IPA.
Adam berada di ruang lima. Dan dari denah kelas yang kubaca tadi pagi, kelas Kak Yarrow berada di ruang dua. Duh, sebulan ini aku sama sekali tak mendapati batang hidung Kak Yarrow. Ada setitik rindu yang timbulkan perasaan menggebu waktu aku menyadari jika kini aku akan melewati kelasnya.
Sepanjang jalan menyusuri koridor, aku bertingkah senatural mungkin meski diam-diam mataku melirik ke arah kelas Kak Yarrow. Beruntung aku berjalan di sisi kanan, dimana deretan ruang satu sampai tiga berjejer. Alsa bicara entah membahas apa, aku hanya iya-iya saja sebab aku fokus melirik kelas Kak Yarrow, mencari eksistensi pemuda itu yang tenggelam oleh riuh anak-anak kelasnya yang lain.
Setelah kelasnya terlewati, aku menghela napas kecewa. Presensi Kak Yarrow tidak terjangkau oleh mataku. Mungkin dia sudah keluar duluan mengingat isi kelasnya saat ini hanya menyisakan segelintir siswa saja di sana.
"Adam!" Alsa tiba-tiba berteriak. Aku yang masih meratapi rasa kecewaku jadi sedikit terkejut. Bocah itu melambai sedikit heboh yang ternyata dibalas Adam dengan kehebohan yang sama. Teman-teman sekelas Adam mungkin mulai terbiasa dengan keberadaanku dan Alsa yang beberapa kali mengunjungi kelas ini demi menjemput tuan putra Adam Sialan Flamenta satu ini.
"Lah, tumben cepet. Biasa aku nunggu sampai lumutan baru keluar kelas."
Celetukan Adam yang asal bunyi itu membuat tanganku tanpa sadar terangkat untuk menjitak ubun-ubunnya. Seperti biasa, bocah itu hanya terkekeh pelan, sepertinya ia merasa puas setelah menyindirku dan Alsa karena sering membuat Adam lumutan sebab menunggu kami yang entah kenapa selalu pulang lebih telat darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Larkspur In 2019
Teen FictionKatanya, jangan jatuh cinta di 2019. Nanti perasaannya sukar hilang. Published: 2024 July, 19th.