17. Anggrek Hitam

18 2 2
                                    

Bugh! Bugh! Bugh!

William memukul James tanpa henti, amarahnya meluap-luap seperti bara api yang siap membakar habis apa saja di sekitarnya.

Wajah James berdarah, tapi William tidak peduli."Kamu apain anak saya, hah?!" teriak William di antara pukulannya yang semakin keras.

Bugh! Bugh! Bugh!

"JAWAB!!!" teriaknya yang menandakan emosinya benar-benar sudah berada pada puncaknya.

**

Elaina yang baru saja sadar, mencoba mengubah posisinya yang semula tiduran menjadi duduk. Matanya masih kabur, tapi dia langsung merasakan kehangatan pelukan ibunya, yang menangis tersedu-sedu."Elaina! Syukurlah, akhirnya kamu sadar juga, sayang..." Carla menciumi kening putrinya dengan wajah penuh air mata.

Elgard dan Edgard berdiri di belakang Carla, menatap adik mereka dengan kekhawatiran yang mencuat dari wajah mereka.

Edgard menunduk, mencoba menatap mata Elaina dengan pandangan penuh rasa bersalah."Ina, lo nggak apa-apa, kan?" suara Elgard bergetar, tangannya gemetar saat menyentuh bahu adiknya yang lemah.

Elaina mengangguk pelan, wajahnya pucat. "Gue cuma... kecapean bang. Serius, nggak ada apa-apa..." Dia mencoba tersenyum, tapi bibirnya bergetar, membuat senyum itu terlihat menyedihkan.

Elgard memandangnya, matanya menyipit dengan ketidakpercayaan. "Gue nggak percaya, Na. Ada yang nggak beres. Gue yakin James ngelakuin sesuatu ke lo. Dia juga yang bikin kebakaran itu, gue yakin!"

Edgard mendekat dengan wajah penuh kemarahan yang terpendam. "Iya, abang setuju sama El. Waktu kebakaran itu... El koma gara-gara dia, Na. Ini semua gara-gara dia!" Elaina menggelengkan kepalanya, air mata mulai mengalir di pipinya. "Nggak, nggak, kalian salah... Bukan dia. James nggak-" Tapi sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, William, yang sudah kembali berdiri, menghampiri mereka dengan wajah merah padam.

"Ina! Jangan mau dibohongin sama dia! Dia itu pembohong, manipulator! Udah jelas dia yang salah di sini!" Elaina terdiam, tatapannya penuh ketakutan saat melihat James yang terbaring lemah di lantai, wajahnya berlumuran darah.
Tapi dia tahu, tak ada yang akan percaya padanya sekarang.

Akhirnya, James ditangkap, dan Elaina hanya bisa melihat dari kejauhan, tangannya mencengkeram erat baju ibunya. Dia ingin berteriak, ingin menahan mereka, tapi suaranya hilang tenggelam dalam keraguan.

**

"Hadehh, makin unik aja hidup gue, ada aja masalah, gak habis-habis lagi," gumam Elgard pelan.

Beberapa jam kemudian, setelah semuanya selesai di kantor polisi, Elgard duduk di kursi belakang mobil, perasaannya campur aduk. Tangan dengan gemetar meraih ponsel baru dari saku celana jeansnya. Dia berharap ada sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya dari semua kekacauan ini.

Tapi ketika dia melihat layar ponselnya, notifikasi dari nomor tak dikenal menarik perhatiannya.

+62 ×××
Hi, El! Apa kabar? Kamu ke mana aja enggak sekolah selama akhir-akhir ini? Katanya kamu lagi sakit? Cepat sembuh, ya!

Alis Elgard berkerut. "Siapa ini? Dari mana dia dapet nomor gue?" gumamnya pelan. Suaranya hampir tak terdengar, tapi ada kecurigaan yang menggantung di udara, berat dan mengganggu.


Elgard:
Siapa?

Tak ada jawaban. Orang itu hanya membaca balasan yang Elgard kirim untuknya.

Elgard:
Woy, jawab!
Lo siapa?

+62×××
Padahal belum lama, tapi kamu udah lupa sama aku? Secepat itu ya, El?☺️

Elgard:
¹Wong ora nggenah!

"Jangan-jangan, anak-anak ALEXE? tapi, siapa? Evan? Valent? Rico? Kalau rico, kayaknya nggak mungkin bakal se-iseng itu. Ohh, pasti ini valent!"

Elgard semakin dibuat bingung oleh nomor tak dikenal itu.
Tak lama kemudian, ia mendapatkan pesan baru, dari nomor baru yang juga tak ia kenali siapa pemiliknya.

+62×××
Woy!
Lo di mana?
Gue ke rumah lo, tapi lo nggak ada.
Tega kamu mas!

Elgard mengernyitkan keningnya, ia merasa bahwa dirinya tengah di permainan oleh seseorang yang tidak menyebutkan identitasnya terlebih dahulu ketika menghubunginya.

Elgard:
Siapa?

+62×××
Parah!
Sama temen sendiri lupa!
Gue Valent yang paling cakep sedunia

"Hah? Valent? Terus, nomor sebelumnya tuh siapa?" gumamnya dalam hati.

"Lo lagi ngapain sih? Keliatannya bingung amat," tanya Edgard yang menyadari adik laki-lakinya tengah di selimuti rasa kebingungan.

Elgard menggelengkan kepalanya. "Gue cuman lagi liat wangsap aja kok bang. Kenapa?"

"Nggak kenapa-kenapa sih, yaudah kalau gitu. Bay the way, besok jangan lupa, berangkat sekolah! Lo udah di cariin sama bu Sari tuh!" ucap Edgard dengan nada sedikit mengejek.

Ting!
+62×××
Pengen tau aku siapa, kan?
Ketemuan di lokasi ini mau nggak?
|Location

Pesan itu sederhana, tapi di matanya, ada sesuatu yang terasa... salah.

-TBC-

NB:
¹Orang nggak jelas!

ELGARD (Otw Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang