Warning : 🔞
MINGYU tersenyum kecil mendengar pertanyaan pria itu. Dia tahu Jimin sangat curiga kenapa dia masih bekerja dengan harimau ini.
"Tuan Jeon jauh lebih baik dariku, dialah yang membantuku saat aku hampir terbunuh ahlong, dan dia jugalah yang membantu melunasi semua hutangku"
"Bisa dibilang, aku tidak akan melupakan jasa-jasanya. Jika terjadi sesuatu pada Tuan Jeon, aku siap membantunya. Percayalah, apa yang kamu lihat pada diri Jungkook sebenarnya bagus tapi dia punya ego" ucap Mingyu sambil tersenyum manis.
Cerita Mingyu membuat Jimin tertegun, ia mengira Jungkook itu jahat dan kejam, ternyata sebaliknya.
Kemudian ponsel Mingyu mulai berdering menandakan ada seseorang yang menelponnya sehingga ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan melihat siapa yang menelepon.
"Oh Jimin, aku ada telepon. Kamu istirahat dulu, aku lihat kamu terlihat lelah.."
Jimin mengangguk sedikit dan melihat Mingyu mengangkat telepon dan meninggalkan Jimin sendirian. Sementara Jimin mulai menaiki tangga menuju kamar dan itu tak lain adalah kamar Jungkook.
KNOCK ! KNOCK !
Berkali-kali ia mengetuk pintu namun tak ada respon dari Jungkook. Lalu, dia membuka pintu perlahan seperti biasa di ruangan gelap.
"Daddy?"
Tiba-tiba tubuh kecilnya ditarik dan dibanting ke dinding dengan kasar. Jimin mengerang kesakitan saat bahunya dicengkeram erat.
"Ahh sakit.."
"Apa kau puas dengan ciuman kotor itu?"
Jimin terdiam lalu perlahan mengangkat wajahnya menatap mata merah Jungkook. Oh tidak, aura itu sudah ada.
"Apa maksudmu?"
Jungkook mengeluh kasar. Lalu ia mendudukkan Jimin dengan kasar tertumpu pada lutut dan membuka celananya. Dengan wajah yang menghadap ke arah p3nis yang sudah tegang. Jimin mulai takut.
"Suck."
"Jungkook aku tak mhpp-" Jimin hampir tersedak saat Jungkook mendorong masuk p3nisnya ke dalam tenggorokan Jimin. Air matanya mengalir keluar.
Jimin menghisap p3nis Jungkook, keluar masuk manakala Jungkook mendongakkan kepala ke atas sambil meremas rambut Jimin.
Nikmat.
"Ahh Jimin...ni aku maukan" kemudian dia melepaskan cecair ke dalam mulutnya dan Jimin menelannya.
Sudah biasa bagi Jimin. Sedikit tersentak saat Jungkook menariknya berdiri dan mencium kasar bibirnya.
Dia gigit bawah bibir Jimin membuatkan si mungil itu mengerang kecil.
"Ngh.."
xxx
MANAKALA Mingyu, setelah menyelesaikan panggilan telepon, dia mulai memikirkan kondisi Jimin. Cara Jimin bepergian seperti orang sakit. Apakah dia terjatuh atau ...
"Ahjumma, apa kamu punya obat pereda nyeri?" Ahjumma mendongak dan melihat seorang pria tampan muda berdiri di depannya.
"Iya, Mingyu. Kenapa? Kamu sakit ya?"
Mingyu menggelengkan kepalanya. "Bukan untukku. Ini untuk Jimin, pagi ini saya melihatnya terlihat sakit"
Ahjumma itu mengangguk mengerti. "Oh yeke.. kalau begitu biar aja saya memberikan obatnya pada Jimin, kamu istirahat dulu"
"Tidak apa-apa. Biarkan saya berbagi" Mingyu, entah mengapa bila teringat Jimin, dia asyik tersenyum aja.
Dia mengambil pil itu dari ahjumma sebelum menaiki tangga menuju kamar Jimin dan langkahnya terhenti saat mendengar suara aneh dari kamar Jungkook.
Ahh~
Ahh pelan~
Suara desahan dan rintihan dari Jimin.
"Apa mereka.. haih.." Mingyu mengeluh dan meninggalkan dari tempat itu.
Manakala Jimin sedikit terisak karena lubangnya dihujam kasar dari Jungkook. Walaupun Jungkook sudah menyembur cecair untuk kali kedua tetapi dia tetap melakukan sehingga puas.
"Ahhh.. Jung..."
"Hampirr.... Ahh Shitt!"
Crottt💦
Cairan sperma Jungkook mengalir keluar sampai ke paha Jimin, membuatkan Jungkook puas. Jimin mula pingsan apabila Jungkook menyemprot cecair untuk 3x. Jungkook melihat Jimin sudah pingsan dan dia mengeluarkan p3nisnya dari lubang Jimin.
Dia membelai lembut pada wajah polos Jimin lalu mengucup pada bibir plump pria mungil itu.
"You are mine, Jimin. Tiada siapa yang rampas milikkku.."
Jungkook menanam ciuman di seluruh tubuh Jimin dan diakhiri mengigit puting Jimin yang sudah bengkak. Leher Jimin penuh dengan gigitan Jungkook dan tubuh keringat membuatkan Jungkook maunnya lagi.
TO BE CONTINUED
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy's Boy 18+
RomanceSorot mata pria itu membuat Jimin tidak nyaman. Pria itu hanya duduk diam di sofa dengan menyilangkan kaki. Dua kancing teratas kemeja yang dikenakan pria itu sudah terlepas. Rambutnya yang sedikit berantakan disisir. Menyoroti ketampanan pria bern...