10

557 62 6
                                    

Diantara ratusan orang yang berada di Mansion ini sepertinya hanya Arvy yang hanya bersantai setiap harinya ditemani camilan dan makanan manisnya setiap waktu.

Arvy sendiri tak masalah, jiwa mager nya ini sangat di raja kan sekali ditempat ini.

Keluarga yang lain mengurus pekerjaan mereka masing-masing, apalagi para pengganggu ketenangan Arvy alias kedua kakaknya itu sedang bersekolah.

Setelah perdebatan sengit antara Arvy melawan Daddy dan Opanya pada saat sarapan tadi ia akhirnya mendapatkan izin untuk bersekolah.

Kenapa bisa mendapat izin?

Wah jangan ditanya, Arvy jagonya kalau mencari alasan disertai sifatnya yang sedikit manipulatif itu.

Dan ternyata Arvyn si jiwa asli tubuh ini membohonginya soal umur.

Katanya lebih tua dirinya, mana ada begitu. Arvyn Zy Varga dan Zynoa Arvyn hanya selisih 4 bulan saja.

Cih, sialan. Perhitungan sekali dia dengan umur.

Tayangan dua pengembara nakal didepannya tak membuat Arvy bosan, ia bahkan berfikiran gimana kalo gue jadi pengembara nakal juga.

Tapi jika Arvy lihat kembali, disini ia benar-benar tidak melakukan apapun. Se-magernya jiwa Arvy paling tidak ia bahkan masih niat untuk membeli sebungkus Indomie di warung pojok rumahnya dulu.

Helaan nafas keluar dari mulut yang asik mengunyah kripik kentang ditangannya, "bosen~"

Ia merubah posisinya menjadi duduk, meletakkan semua makanan yang berada di pangkuan dimeja depannya itu.

"Nyoba jalan-jalan aja kali ya, lagian juga gue belum menjajah semua barang mewah disini."

"Siapa tau ada yang bisa dilelang."

Tapakan kaki berbalut kaos kaki itu mulai menjelajah lantai marmer yang tampak mengkilat itu, "gila, ini yang design siapa cuy! Aji gile bener cakepnya." Decakan kagum selalu keluar dari mulutnya yang tampak terkejut melihat setiap detail design Mansion ini.

"Wih ni lukisan kalo dijual bisa beli sawah pasti."

"Buset ada katana."

Ingin sekali rasanya Arvy mengambil pedang khas negara sakura itu, tapi sayang sekali pedang yang sering disebut juga sebagai pedang samurai itu tertempel pada tembok diatasnya.

"Hah, nasib masuk di raga yang pendek."

Tak menghiraukan lagi keberadaan pedang yang sempat menarik perhatiannya, ia lalu melangkahkan kakinya menuju taman dimana Arvy dibawa paksa kedua kakaknya beberapa hari lalu.

"Cantik banget."

Seakan masih terhipnotis akan keindahan taman dihadapannya ini, Arvy terus melanjutkan langkahnya menuju perkarangan bunga dihadapannya.

Cantik.

Desiran angin dengan aroma mawar di perkarangan bunga itu menyambut kedatangannya.

"Bunga mawar nya warna pink, cantik sekali warnanya."

"Humm wangi juga." Ia berkat setelah indra penciumannya menangkap aroma wangi dari bunga mawar itu.

Arvy melihat ke sekeliling nya, tak ada om bodyguard dimana-mana. Biasanya tak ada beberapa senti saja Arvy bisa melihat om-om berbaju hitam itu berkeliaran.

Atensinya teralihkan lagi kepada bunga dihadapannya, "petik satu gapapa kali ya?"

"Izin ya, gue petik satu mawar nya."

Entah Arvy yang terlena akan keindahan warnanya hingga ia lupa jenis bunga apa yang dihadapannya ini.

Tentu saja jika tidak berhati-hati duri dari bunga mawar bisa membuat siapapun terluka, seperti Arvy saat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

- KalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang