Perasaan terasing itu hampir membuat Dazai gila. Sudah lama sejak terakhir kali dia benar-benar merasakannya. Seolah-olah dia bukan bagian dari dunia itu. Bukan bagian dari Agensi Detektif Bersenjata. Bahwa dia adalah makhluk planet yang lain.
Dazai akrab dengan rasa pahit di ujung tenggorokan yang menyatakan bahwa dia berbeda. Orang aneh. Namun biasanya perasaan-perasaan itu hanya kiasan semata. Kali ini, sejak terbangun di atap dan mendapat sambutan dari Odasaku, Dazai tahu dia benar-benar bukan bagian dari dunia yang ini. Dia hanya terus-terusan menyangkal kenyataan tersebut.
"Anu ... Kunikida-san?"
Nakajima Atsushi berdiri di depan pintu sambil memeluk setumpuk berkas. Jelas sekali ada rasa heran di wajahnya saat melihat Kunikida memarahi Dazai yang memasang ekspresi pahit.
Mendengar panggilan Atsushi, kedua orang itu sama-sama menoleh. Ekspresi Dazai mengatakan bahwa penyelamatnya baru saja tiba, dan dia berlari ke arah Atsushi sambil meminta tolong.
"Kunikida-kun hampir membunuhku. Tolong aku, Atsushi-kun!" kata lelaki muda itu tidak tahu malu.
Dazai bersembunyi di balik punggung Atsushi, mengintip sesekali untuk mengejek Kunikida yang terdiam di tempat, menghela napas dengan lelah kemudian memerintahkan Atsushi untuk meletakkan berkas itu di mejanya.
"Jangan dengarkan dia, Nakajima. Lanjutkan saja pekerjaanmu." Kunikida sudah bisa mengatur sikapnya lagi. Kali ini, dia terlihat lebih tabah untuk menghadapi tingkah aneh Dazai selanjutnya.
"Ah, baik!" Atsushi meletakkan berkas itu dengan patuh, menoleh pada Dazai dengan sikap meminta maaf, kemudian kembali ke mejanya dan mulai mengerjakan laporan.
Dazai memegangi dadanya dan tiba-tiba jatuh, berlutut di lantai sembari meratap dengan sikap berlebihan: "Aaaaah, tidaaaak! Bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa Atsushi-kun mengkhianatikuuu?"
"Dazai-san ... tidak melindungimu dari kemarahan Kunikida-san sama sekali bukan pengkhianatan."
"Nooooo!"
"CUKUP!" Kunikidalah yang akhirnya hilang kesabaran. "HENTIKAN SEMUA LELUCON KONYOLMU DAN KEMBALI BEKERJA!" Dia menyeret Dazai ke mejanya sendiri, sekali lagi memaksa lelaki dewasa yang selalu bertingkah konyol itu untuk bekerja.
Usaha Kunikida tidak menghasilkan apa pun.
Dazai berputar-putar di kursinya seperti orang sinting.
Atsushi hanya bisa tertawa masam mendengarkan Dazai menggumamkan semua keluhannya tentang Kunikida.
Dan pada staf yang lain, tanpa memedulikan kelakuan Dazai, mengerjakan pekerjaan mereka.
Semuanya berjalan seperti biasa.
"Kuharap Oda-san segera kembali," gumam Atsushi sambil mengintip Dazai dari balik layar laptopnya.
Semuanya ... berjalan sama seperti biasa.
--o0o--
Malam jatuh.
Bulan apa sekarang?
Sepertinya besok hujan gerimis akan turun.
Setelah mengunci pintu di belakangnya, Dazai menyeret kakinya dan menjatuhkan diri tepat di samping futon yang, sekali lagi, tidak sempat dirapikan. Bersamaan dengan itu, tetes-tetes air merembes basah dari pakaian dan badannya yang masih wangi aliran sungai.
Dazai baru pulang dari menenggelamkan diri. Niatnya, dia tidak akan naik ke permukaan sampai pingsan---atau mati sekalian. Kemudian dia akan bangun diiringi omelan nyaring Kunikida dan tatapan khawatir Atsushi. Juniornya itu tidak akan menyelamatkannya dari murka Kunikida, tapi tetap meladeninya sebisa mungkin.
Harusnya begitu ...
Dazai menghela napas dengan wajah jengkel. Akhir-akhir ini banyak sekali hal yang tidak sesuai dengan rencananya---atau, lebih tepat dikatakan bahwa rencananya yang menjadi berantakan karena bagaimanapun Dazai yakin dia mengenal tempat itu, ada sederet tanda seru merah yang memperingatkannya untuk lebih berhati-hati---amat, sangat, berhati-hati.
Tapi kenapa?
Dazai mengerang lagi. Dari sudut matanya, tampaklah meja kecil yang sampai tadi malam dipenuhi botol sake dan kepiting kalengan.
Sekarang meja itu sudah bersih, Dazai menggunakannya untuk memilah dan membaca ulang beberapa dokumen subuh tadi, sebelum berangkat kerja, sepulangnya ia dari pemakaman.
Itu adalah dokumen-dokumen yang berisi kontrak kerja dan lain sebagainya. Yang dia tandatangani saat baru diterima di Agensi Detektif Bersenjata---semuanya bertanggal satu tahun lalu.
Dokumen-dokumen itu kini tersimpan rapi dalam lemari, persis seperti semula. Seolah dijauhkan dari pandangan karena pemiliknya enggan menatap kenyataan yang tersaji di dalam tiap lembarannya.
Tiba-tiba Dazai bangun. Dia duduk sambil menekuk kaki, kepalanya mulai terasa pusing.
Apa-apaan semua ini?
Dia, tentu, sudah memikirkan segala macam kemungkinan guna merumuskan langkah selanjutnya. Namun, kesimpulan paling masuk akal yang Dazai dapatkan tadi subuh benar-benar terasa tidak masuk akal.
Lelaki itu berdiri, menyeret kakinya ke wastafel, memandang empat setengah botol obat penenang sembari menghela napas.
Apa yang harus dilakukan?
Dazai menggasak gelas plastik dan menenggak habis setengah botol yang menyisa dari obatnya. Itu merk baru. Dia ingat memang membeli obat merk itu ... hanya untuk coba-coba. Tapi efeknya tidak terlalu bagus, dan Dazai kembali membeli merk langganannya setelah ...
Lelaki itu tertawa sambil menatap cermin.
Sangat tidak seperti dirinya.
Dia meneguk dua gelas air lagi. Melepas pakaian, kemudian tidur dengan perban basah yang masih menempel di kulit pucatnya.
__________🥀
A.N
Ada beberapa hal yang harus aku riset lagi, nulisnya jadi ketunda; sorry.Dan dengan nasib terbaru Kunikida ... rasanya agak campur aduk waktu nulis bagian keseharian mereka di ADA T-T
KAMU SEDANG MEMBACA
Delusional Reality [Bungou Stray Dogs!AU]
FanfictionDazai terbangun di atap gedung Agensi Detektif Bersenjata, dan Odasaku berdiri tepat di hadapannya; padahal dia yakin tidak punya indra keenam. Apakah ini yang disebut gila? . . . . . . . © Asagiri Kafka & Harukawa_35 Alur cerita sepenuhnya milik...